Cinta Terakhirku

Sumber Foto: istockphoto-1199604536-1024×1024

Cinta terakhirku

Setiap orang pasti pernah jatuh cinta. Cinta kepada ayah, ibu, kakak dan adik juga kepada kekasih. Bahkan ada banyak orang cinta kepada harta benda atau disebut juga cinta duniawi. Cinta kepada manusia dan cinta kepada harta benda sudahlah biasa namun cinta kepada Sang Pencipta manusia adalah luar biasa.

Kisah ini terjadi padaku ketika di dalam perjalanan karirku penuh denggan liku-liku. Orang bilang aku telah sukses karena aku adalah rakyat kecil yang dapat menyelesaikan program Doktorku. Memang benar aku orang yang sangat beruntung walau mereka  tidak tahu bagaimana malang melintangnya aku untuk menyelesaikannya. Pengorbanan waktu, tenaga, biaya dan perasaan yang aku alami selama menyelesaikannya.

Bagi sebagian orang menjadi Doktor adalah mudah tatkala kita memiliki kedudukan yang tinggi dan dana yang cukup. Tinggal perintahkan orang lain untuk membantu mengerjakannya walau ide-ide dari dia.  Bahkan segala referensi dan pengetikan untuk menyelesaikannya dari orang lain. Yang terpenting memiliki kekuasaan dan dana. Cara ini adalah cara smart yang tidak perlu banyak memeras otak.

Bagiku yang memiliki pangkat dan kedudukan yang stuck hingga pensiun harus berusaha untuk pandai mengatur waktu dan kuliah. Akupun sempat terasingkan di tempat kerja dan tidak diberikan pekerjaan selama enam bulan. Hingga saat ini aku tidak mengetahui kesalahanku karena tidak ada penjelasan  sama sekali.  Apa yang aku hadapi menjadi cambuk untuk segera menyelesaikan Doktorku.

Beberapa orang mungkin berfikir jika aku tidak betah bekerja di ruangan sebelumnya. Beberapa orang mungkin juga berfikir karena aku tidak dapat bekerja atau membuat kesalahan yang fatal. Yang aku tahu aku sudah berusaha mengikuti aturan kerja. Datang lebih pagi, mengikuti apel dan kegiatan lainnya.

Peristiwa itu membuatku lebih kuat dan semakin dekat dengan Yang Maha Esa. Karena Allah SWT-lah yang menjadi tempatku mengungkapkan kesedihan dan kegembiraan. Selesai sholat, aku panjatkan doa dan mengadu apa saja yang aku rasakan. Rahasia kehidupanku hanya Allah Yang Maha Tahu. Aku menyadari setiap peristiwa tentu ada hikmahnya. Maka aku harus senantiasa berpositif thingking kepada keputusan-Nya.

Permohonan yang terdalam dari lubuk hati di dengarkan oleh-Nya. Aku dapat menyelesaikan program Doktorku dengan gemilang. Putra tunggalku menjadi orang terdekat yang menemani dan menjadi partner untuk berdiskusi. Dia senantiasa memberiku semangat ketika aku mendapatkan masalah dan senantiasa mendukung ketika aku dalam kondisi terpuruk.

Hingga suatu hari aku dipindahkan ke institusi lain dengan job lebih rendah. Orang disekelilingku semakin bertanya-tanya mengapa aku dipindahkan dan mengapa job-nya lebih rendah.  Kembali hanya Allah SWT Yang Maha Tahu. Akupun tetap mengevaluasi apa yang telah pernah aku lakukan. Kembali aku berserah diri kepada-Nya dan mengikuti irama kehidupan.

Pindah ditempat baru memberiku udara segar. Aku tidak perdulikan dengan turunnya grade job-ku. Aku dapat bekerja lebih dekat dengan rumah dan aku tidak perlu menghabiskan ongkos banyak untuk transportasi karena ada bus kantor yang parkir dekat dengan rumahku. Setiap pagi selalu ada snack dan minuman. Snack atau jajanan terkadang dari anggotaku, dan terkadang dari aku atau bapak buahku.

Walau setiap hari harus apel dan berolah raga tiga kali dalam seminggu, aku berusaha melaksanakan dan menikmatinya.  Siapa sangka masih ada hal baik yang aku alami ketika aku diturunkan grade job-ku dan dipindahkan di tempat baru. Aku tidak lagi memikirkan pandangan orang lain terhadapku. Yang terpenting aku bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuanku.

Aku semakin cinta kepada Allah SWT, Tuhanku Yang Maha Kasih dan tempatku menghamba dalam segalanya.  Aku semakin percaya pasti ada keajaiban-keajaiban seperti yang aku impikan dan aku rasakan di dalam hati. Masa depan putraku dan aku adalah dalam genggaman-Nya. Allah menjadi cinta terakhirku dan takkan tergantikan oleh apapun dan siapapun.

 

Jakarta, 21 Januari 2024

Nani Kusmiyati, pecinta literasi

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar