Sumber foto: Dokpri
Oleh-oleh dari Negeri Tirai Bambu
“Selamat pagi Tor, ijin menghadap.” Aku dengar dari balik bilik tempat sholat khusus untuk personel di ruanganku.
“Selamat datang dari China sun, silakan duduk.” Aku dengar suara Pabandya Dukdik (Dukungan Pendidikan) mempersilakan beberapa orang yang serasa tidak asing mendengar suaranya.
Sambil masih mengenakan mukena, aku melongok ingin tahu siapa yang datang. Wajah yang tidak asing bagiku walau aku tidak bertemu dengan mereka selama 3 tahun.
“Good morning Ma’am.” Sapa salah seorang perwira korps pelaut berprofesi pilot dengan senyum khasnya sambil menganggukkan kepala kepadaku.
“Welcome on board sun. Long time no see.” Sapaku kemudian.
Tiga orang perwira, dua berprofesi kombatan dan satu profesi penerbang duduk di hadapan perwira pendidikan siap mendapatkan arahan.
Aku segera melepas mukenaku dan merapikan diri walau tidak sempat menyapu pipiku dengan bedak padat dan memulas bibirku dengan lipstik. Aku segera bergabung dengan pembicaraan mereka. Sang pilot bercerita tentang pengalaman terbangnya membawa pejabat tinggi. Sebagai seorang pilot dituntut untuk cepat tanggap dalam mengambil keputusan ketika kondisi kritis pada saat terbang.
Pengalaman seru dimulai ketika prediksi adanya cuaca buruk dan fuel (bahan bakar) yang hanya diperkirakan mampu terbang selama dua jam. Sebenarnya perjalanan menuju tujuan hanya sekitar satu jam. Namun karena jadwal penerbangan sedikit tertunda bersebab ada hal urgent yang mesti dikerjakan oleh pejabat tinggi tersebut maka resiko cuaca buruk akan dihadapi. Info cuaca yang kurang bersahabat sudah didapat jika berangkat terlalu siang.
Namun sebagai bawahan dia hanya dapat menginfokan kepada pejabat tersebut agar segera berangkat. Perjalanan dimulai dan setelah beberapa saat mengudara, kabut tebal datang. Sang pilot menuturkan pengalamannya bagaimana dia menggunakan seluruh indra dan feeling-nya ketika tidak mampu berdasar pada data yang seharusnya terbaca.
Sempat berputar-putar di udara untuk beberapa saat, perasaan khawatir muncul ketika melihat bahan bakar yang sudah mulai berkurang banyak. Berkecamuk pikiran akan berbalik atau meneruskan perjalanan dan mendarat di bandara terdekat. Akhirnya dia memutuskan untuk segera landing di bandara di Surabaya.
Namun beberapa pesawat juga ikut mengantri untuk mendarat di bandara yang sama. Bersyukur akhirnya segera mendapat giliran untuk mendarat. Berusaha menenangkan diri sendiri juga menenangkan penumpang yang berada di dalamnya akhirya sang pilot berhasil mendarat dengan sempurna. Ucapan hamdallah yang diucapkan hampir bersamaan oleh crew dan penumpang pesawat sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT Sang Pencipta yang Maha Kasih yang telah memberikan keselamatan hingga mendarat walau Surabaya bukanlah destinasi yang akan dikunjungi.
Cerita sang pilot membuat hatiku ikut deg-degan dan tenggelam di dalamnya. Kami mendengar dengan mata tanpa berkedip ke sang pilot karena tidak ingin terlewatkan detail pengalamannya.
“Begitulah Tor sedikit cerita tentang profesi saya. Dan saat ini saya bersyukur bisa belajar di China dan kembali ke Indonesia dengan sukses dan selamat. Senang bisa bertemu mentor lagi. Saya tidak menyangka mentor sudah pindah di kantor ini.”
Begitu kalimatnya yang keluar secara beruntun sambil tersenyum dan memandang kedua temannya. Belum lagi aku berkata, dia sudah mengeluarkan paper bag (tas dari karton tipis) berwarna hijau dan diserahkan kepada perwira pendidikan dan satu paper bag yang sama diberikan kepadaku.
“Sun, kok saya dapat oleh-oleh juga? Bukannya ini untuk personel yang membantu keberangkatanmu ke China?” Tanyaku kemudian.
“Aman Tor, ini memang rejeki mentor. Semoga berkenan ya.” Katanya kemudian. Sang pilot dan kedua temannya berdiri dan pamit untuk laporan ke bagian pemberangkatan ke luar negeri. Aku hantarkan mereka hingga pintu ruangan. Aku pandangi mereka melangkah meninggalkan lorong kantorku. Aku bergumam dalam hati bahwa aku bangga terhadap mereka. Para perwira muda yang bertalenta.
Aku menuju mejaku dan mengintip isi dari paper bag yang berisi kaleng berbentuk segi empat berwarna hijau dengan tulisan huruf China juga ada gambar daun teh. Dibawahnya tertulis, jasmine tea. Dan kaleng berbentuk oval dengan bunga-bunga kecil berwarna ungu yang ternyata berisi teh dan gula-gula kecil dengan bungkus kain transparan dikemas begitu menawan. Teh-teh itu memang pantas diberikan sebagai oleh-oleh. Di dalam paper bag juga aku dapati gantungan kunci berwarna merah dari bahan karet dengan gambar naga melingkar.
Aku sangat senang sekali mendapatkan oleh-oleh dari negeri Tirai Bambu. Aku berdoa suatu saat aku bisa ke negeri ini juga. Oleh-oleh lainnya yang kudapat dan sungguh spesial adalah pengalaman mereka selama di negeri China juga pengalaman menjalani profesinya sebagai penerbang dan sebagai komabatan.
Jakarta, 23 Februari 2024
Nani, pecinta literasi.