Dokpri
PRESTASINYA MENJADI SENI MEMOTIVASI
Iz Shafura
““`Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru.”“`(Ki Hajar Dewantara).
Bismillah. Seseorang telah memberikan motivasi untuk terus bersemangat dan berprestasi. Tidak masalah dengan dirinya sebagai seorang istri, seorang ibu, seorang karyawan, bahkan sebagai Abdi Negara. Dr. Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M., CTMP., lulusan S1 Bahasa Inggris di UIA (Universitas Islam Syafi’iyah, UIA) Pondok Gede dan S2 MSDM (Manajemen Sumber Daya Manusia) di UPN Veteran Jakarta dan S3 IM (Ilmu Manajemen) di UNJ.
Berdinas di TNI AL selama 38 tahun. Pernah menjadi Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, Cobra Gold di Thailand, Ausindo di Darwin Australia, COREL for English Teacher di Cambodia, Junior Officer Exchange di Singapore dan Malaysia. Kegiatan Navy To Navy Talk di Thailand, kunjungan ke lembaga bahasa dan Naval War College di Korea Selatan. Berbagai pencapaian yang luar biasa.
Membaca curriculum vitae yang singkat milik Letkol Nani sungguh menambah motivasi diri saya untuk bisa berkarya dan berjiwa besar, tangguh di segala medan. Minimalnya di bidang yang saya tekuni. Tentu tidak sebagus Bu Letkol yang penuh deretan prestasi. Level saya jauh sekali di bawahnya. Tetapi setidaknya figur suksesi seperti beliau akan jauh lebih memotivasi siapapun yang membaca buku auto biografinya kelak. Saya sudah menemukan seni menyemangati diri dengan literasi sejak mengenal Mayor Nani tahun 2020 dalam grup menulis Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Tentu tidak sulit untuk mencari tahu tentang beliau. Karena beliau cukup produktif berkarya membuat buku. Tulisannya sangat bagus. Tidak seperti saya yang tulisannya seperti ceker ayam. Oh salah ya…maksud saya tulisan saya masih ke sana ke mari entah wara wiri ke mana terlebih dahulu.
Laksana membaca sebuah buku “Inspiring Women,” ketika kami chatingan cukup membuat saya terharu, mungkin tersanjung. Seorang yang disiplioner, bertabur prestasi dan sukses di dunia pendidikan selain dunia militer, tetapi menyempatkan diri menelepon saya, memberi motivasi yang detil.
Bagi saya itu adalah sebuah prestasi. Prestasi yang tidak diberikan tepukan penghargaan, tidak dipublikasikan berupa piagam penghargaan. Bahwa seorang Mayor (sekarang Letkol.) Memberikan motivasi yang lebih dari sekedar sebuah tepukan penyemangat di bahu saya. Seolah beliau berkata “Ayo, kamu bisa. Tunjukkan pada dunia, bahwa kau mampu.” Wuiihh …seperti syair lagu ya.
Beliau humble dan low profile. Di atas semua itu, beliau komunikan yang baik. Good looking pula. Saya ingin berbincang-bincang secara langsung. Saya jadi berandai-andai. Seandainya ada kesempatan untuk acara launching buku di radio tempat saya bekerja dulu, alangkah bahagianya saya. Seperti memiliki seorang bestie yang saya sebut ‘Gurunda’. Jika berkenan mengisi acara talk show di radio pemerintah di kota kami. Dalam acara inspirasi siang.
Tentang prestasinya, sahabat-sahabat terdekatnya tentu lebih hafal dan mengerti. Sayapun menyebut gurunda kepadanya karena beliau sudah memberikan ilmu kehidupan. Ilmu yang tidak saya dapatkan dari perkuliahan, tidak saya dapatkan ketika saya mengajar para mahasiswa kala itu. Tidak saya dapatkan saat mengajar anak-anak Raudhatul Athfal, melainkan dari Letkol Nani yang baik hati.
Mungkin beliau tidak ingat moment menelepon saya. Saat kota saya mengalami gempa, saat saya susah payah belajar mengabdi kepada ibunda yang tiba-tiba sakit parah dan lumpuh sehingga ibu membutuhkan saya full. saat saya kewalahan mencari uang semesteran kuliah anak semata wayang saya. Beliaupun berkisah bahwa beliaupun berjuang, melalui itu semua. Sungguh kesuksesaan tidak didapatkan dengan berongkang-ongkang kaki. Bahkan seekor burung elangpun berlatih menangkap mangsanya dan surga bagi keturunan elang dan rajawali bukan pada jalan raya yang datar, melainkan di puncak-puncak gunung, di lembah-lembah curam.
Saya tak sabar ingin berada di buku yang sama, walau pada lembaran yang berbeda dengan beliau. Agar dengan bangga saya perlihatkan pada anak-anak didik saya “ini teman ibu loh Nak!”. MasyaAllah semoga apapun yang tergoreskan berupa seni memotivasi diri saya sendiri, bisa membawa hasil menjadi prestasi seperti yang bu Letkol Nani torehkan berupa jejak digital motivator andal. (Seperti judul buku antologi dengan bu Kanjeng). Hmmm….luar biasa. Semoga berkah usia bu Nani sahabat penaku di YPTD. Terselip do’a untuk semuanya, semoga prestasi kita menjadi ladang amal ibadah menuju surga-Nya.
Selain seorang ahli militer, ternyata sahabat pena saya ini (boleh dibilang begitu) karena saya hanya mengenalnya di dunia pena, Letkol Nani juga sang ibu yang hebat. Menjadi kebanggaan keluarga. 38 tahun mengabdi itu amazing. Saya yang baru 22 tahun saja begitu terkesan akan jatuh bangunnya berproses. Ada banyak hal yang harus ditingkatkan bahkan tak sedikit hal yang harus dikorbankan. Semua bermakna perjuangan.
Konon katanya orang kreatif itu bergerak juga di luar bidang yang bukan pekerjaannya. Beliaupun demikian. Buktinya beliau bisa mengikuti Kursus Intensif Bahasa Inggris (KIBI) tingkat Advanced, Kursus Dasar Instruktur Bahasa inggris.
Ada judul tulisannya yang paling saya sukai yaitu “Februari Bermakna (Aksara Berkisah dalam Lomba Blog Jadi Buku).”
Letkol Nani, saya lebih merasa akrab memanggilnya begitu. Sekian banyak fotensi besarnya adalah uraian kisah metode dan teknik beliau melakukan seni keseimbangan. Seni menyeimbangkan dunia kodratnya sebagai perempuan dan kesempatannya yang diraih dalam penyetaraan gender. Jika ada tokoh Kartini modern di era sekarang, Letkol Nani nominatornya.
Dalam chating singkat diiringi alunan musik, saya sempat bertanya apakah beliau suka kebaya atau batik?. Saya lupa beliau menjawab apa tetapi saya lebih sering melihat potretnya dengan gaya baju resmi yang fashionable. Jika ada kesempatan bertemu, saya ingin melihat koleksi assesorisnya. Karena biasanya perempuan tetaplah perempuan. Seperkasa apapun, perempuan menyukai perhiasan. Eh tapi saya belum tahu pasti tentang beliau. Oh ya, sesekali saya sempat bertanya, mampukah saya menjalani pengabdian menjadi guru madrasah selama itu masa kerjanya?. Semoga saja dan harus bisa. Tentang buku beliau saya ingin sekali membaca “Di Celah Senja” dan “ Sepanjang Tapak Kaki.”
Sumber Artikel:
Iz Shafura
Penulis Santuy, Penulis buku anak-anak.
Jonggol, 16 Februari 2025
Nani Kusmiyati
English Teacher