Makna Emansipasi di Masa Kini

pexels-fauxels-3184298

Makna Emansipasi dimasa kini tentunya berbeda dengan emansipasi pada saat era Raden Ajeng Kartini. Emansipasi pada saat era Rajen Ajeng Kartini lebih kepada persamaan hak untuk mengenyam pendidikan dan dapat belajar di luar rumah. Dapat memilih teman siapa saja dan tidak seharusnya perempuan dipingit (tidak boleh keluar rumah).

Saat ini kaum perempuan bisa sekolah setinggi apapun asalkan mampu baik finansial maupun daya pikirnya. Perempuan dimasa kini juga bebas memilih bekerja apapun sesuai kodratnya. Emansipasi di Indonesia tentunya dipengaruhi oleh budaya Indonesia yang terdiri dari berbagai adat istiadat dan suku. Walau saat ini ada beberapa perempuan yang menjadi sopir Trans Jakarta namun kita tidak banyak melihat perempuan sebagai tukang batu. Mungkin ada perempuan yang bekerja kasar layaknya para pria namun hal itu disebabkan oleh keadaan dia harus mencari nafkah dengan bekerja apa saja. Juga karena dipengaruhi budaya dimana para perempuan tumbuh.

Perempuan dimasa kini terkadang tidak merasa puas akan jabatan dan pendidikan yang telah dimiliki. Masih banyak perempuan yang ingin memiliki kedudukan atau karir lebih tinggi daripada pria. Jika awalnya mereka selesai S1 sudah merasa luar biasa namun saat ini karena tuntutan jaman S1 tidak ada artinya lagi, mereka ingin menjadi Doktor bahkan Profesor. Dan terbukti sudah banyak Doktor dan Professor duduk berdampingan dengan para pria dan bahkan para pria menjadi stafnya bukan menjadi pimpinannya.

Di dalam keluarga, peran perempuan sedikit bergeser yang semula banyak bekerja di rumah namun sekarang mereka bisa bekerja hingga sore di kantor karena tuntutan pekerjaan. Sementara suami jaman sekarang banyak yang tinggal di rumah mengurus anak-anak dengan segala kebutuhan rumah tangga. Walau sebenarnya hal ini boleh-boleh saja tapi tampak dunia sedikit terbalik. Sebagai perempuan bijaksana dan sebagai istri yang baik walau dia dapat menghasilkan uang lebih banyak atau walau memiliki pekerjaan yang bagus daripada suaminya, sudah seharusnya tetap memposisikan sebagai istri dan ibu dari putra putrinya.

Ketika di kantor dia adalah pemimpin namun ketika di rumah suamilah yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Kerja sama yang bagus dalam mengelola rumah tangga adalah tanggung jawab mereka berdua (suami dan istri). Saya salut melihat para suami yang rela mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan lebih suka merawat putra putrinya demi kebahagiaan rumah tangganya. Dia mungkin ingin bekerja di luar namun saat ini mencari pekerjaan lebih sulit untuk pria dan lebih mudah untuk para perempuan. Para pria tidak punya pilihan lagi selain membantu istrinya untuk mengelola rumah tangga.

Nah jika saat ini perempuan sadar, tetaplah menjadi perempuan yang berjasa untuk keluarga, lingkungan dan bangsanya. Hargai suami dan anak-anak sebagai bagian dari kebahagiaanmu. Jangan lupakan peranmu di rumah sebagai istri dan ibu dari putra putrimu.  Hormati mereka agar mereka menghormatimu. Jadikan emansipasi untuk menghargai namun bukan untuk menjadikan dirimu tinggi hati.

Demikian pendapat saya tentang emansipasi bagi kaum perempuan Indonesia.

Jonggol, 7 April 2023

Nani Kusmiyati

Tinggalkan Balasan

3 komentar

  1. Artikel yang bagus Bunda Komandan Nani. Setinggi dan sehebat apapun jabatan kita di kantor jangan lupakan kodrat kita seorang perempuan kita adalah seorang ibu dan istri dan kita harus melaksanakan perannya dirumah semoga kita bisa menempatkan diri kita sesuai peran kita. Aamiin