Obrolan sore menjelang berbuka puasa hari kesebelas
Topik sore ini seru banget, ada yang membahas tentang nilai-nilai kebangsaan, ada yang membahas tentang agama, ada juga yang membahas kenapa bendera Israel di G20 ikut terpajang tapi tidak ada yang protes, hingga kopi pahit dan kopi Arabica Wine Papandayan. Walau saya satu group dengan para penggagas topik-topik tersebut diatas, saya lebih suka menyimak. Mendengarkan dari berbagai sudut pandang dari latar belakang pendidikan dan profesi yang berbeda-beda. Tidak salah mereka memiliki pendapat yang berbeda namun satu yang harus digaris bawahi ketika kita menyampaikan pendapat mesti menggunakan bahasa yang netral dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
Ini yang agak susah karena setiap individu dibekali ilmu cara berkomunikasi yang berbeda-beda bukan karena mereka tidak belajar namun lingkungan dimana invididu tumbuh dan bersosialisasi membentuk cara berkomunikasi yang berbeda. Kita semua belajar berdemokrasi, salah satunya kemerdekaan menyampaikan pendapat juga menghargai pendapat orang lain. Jika situasi diskusi semakin memanas sebaiknya mulai meredamnya dengan membahas topik-topik yang umum dan ringan, kecuali memang acara diskusi tersebut memang diacarakan karena untuk memenangkan suatu pemilihan tertententu.
Ketika kita mengungkapkan pendapat, gunakanlah bahasa yang umum yaitu bahasa yang mudah dipahami dan kita mesti tahu siapa kelompok yang sedang berdiskusi dengan kita. Apakah mereka dari kalangan akademis atau mereka heterogen (campur) dari berbagai profesi atau mereka dari kalangan anak muda atau orang tua.
Pengalaman ini sedang dialami oleh putra saya yang sedang mengikuti Training of Trainer (TOT) di suatu lembaga terkenal di Jakarta. Para pesertanya adalah individu-individu yang memiliki gelar Profesor dan Doktor, hanya beberapa yang begelar SPd (setingkat S1). Mayoritas mereka adalah dosen, widyaiswara dan guru. Sedangkan putra saya baru honorer beberapa bulan di sebuah Yayasan Sekolah Menengah Pertama. Itupun seminggu sekali baru dapat mengajar karena materi bahasa Inggris diajarkan hanya seminggu dua kali. Dan terdapat guru utama untuk mengajar bahasa Inggris.
Mengikuti TOT adalah pengalaman bagus baginya walau saya masih sedikit membantu untuk memberikan masukan-masukan bahasa yang tepat ketika presentasi individu di depan kelompoknya. Sebagai orang tua saya hanya bisa memberikan pilihan dan support namun dia sendiri yang bebas menentukan. Prinsip demokrasi saya coba terapkan di lingkungan keluarga. Saya yakin melalui latihan putra saya akan semakin memiliki percaya diri untuk berbicara di depan umum terlebih ketika ingin menyuarakan nilai-nilai kebangsaan yang sedang dipelajari saat ini.
Waktu berbuka tiba dan kamipun siap menyantap semangkuk bakso dan mie ayam yang kami bagi berdua. Teh manis hangat juga ikut menemani.
Alhamdulillah sampai juga berpuasa di hari kesebelas.
Jonggol, 2 April 2023
Nani Kusmiyati
Alhamdulilah… Semangat terus Kak Galaxi…
Slmt berbuka puasa jg ya..
Moga menjadi keg TOT mjd pengalaman yang sangat berharga utk di kemudian hari bagi nanda Bu Nani.
Salam sayang sll utk Bu Nani dan keluarga