SANG ANAK BATU ( IBNU HAJAR  AL ASQOLANY )

Terbaru16 Dilihat

 

 

 

SANG ANAK BATU ( IBNU HAJAR  AL ASQOLANY )

OLEH NUR AISAH  MTSN BBANGKALAN

      NPA 13342000026

 

Ibnu Hajar Al Atsqolany tumbuh dan besar sebagai anak yatim piatu. Ayahnya sudah meninggal sejak Ia berumur 4 tahun dan ibunya pada saat Ibnu Hajar Al Atsqolany balita. Sejak ditinggal orang tuanya dia diasuh kakak tertuanya   yang bernama A zaky AlKharubi.

Pada masa pendidikannya , semula ia seorang santri yang bodoh.Ia belajar pada seorang kiyai beberapa tahun. Nmun ia belum juga bisa baca tulis. Hingga akhirnya ia berputus asa. Ahirnya Ibnu Hajar Al Asqolany minta izin kepada gurunya untuk pulang ke rumahnya. Sang kiyai berpesan sebelum pulang, supaya terus belajar menimba ilmu di rumahnya.

Akhirnya Ibnu Hajar pulang ke rumahnya. Sesampainya di tengah jalan, didapatinya hujan lebat yag terpaksa ia berteduh di sebuah gua. Karena hujannya semakin lebat, Ibnu Hajar Al Asqolany mmutuskan untuk masuk ke dalamnya. Didalam goa Ibnu Hajar Al Asqolany   mendengar suara gemerincik air. Dengan penasaran didekatinya sumber suara itu.

Ternyata Ibnu Hajar mendapati sebongkah batu yang terkena air hujan. Dilihatnya batu itu berlubang karena hantaman air hujan yang cukup lama. Ibnu Hajar pun berfikir dan merenung . Batu yang sekeras ini bisa berlubang   karena hantaman air hujan yang bertahun-tahun. Padahal hati dan pikiranku tidak sekeras ini ? berarti saya harus lebih lama belajar lagi. Pikirnya.

Dari pengalamannya tersebut, akhirnya Ibnu Hajar Al Asqolany memutuskan untuk tidak jadi pulang ke rumahnya. Ia membelokan arah kembali ke pondoknya dan berniat mau belajar menuntut ilmu dengan lebih rajin dan giat lagi. Sang kiyaipun mengiyakannya. Di Pondok ia belajar sangat rajin tanpa kenal lelah. Denga usaha yang maksimal, ditambah bekal kecerdasan yang dimilikinya,akhirnya Ibnu Hajar Al Asqolany menjadi orang yang banyak ilmu dan banyak mengarang kitab  yang pada akhirnya menjadi   seorang ulama besar. Dari pengalaman di gua yang menagmbil pelajaran dari sebongkah batu itulah, akhirnya beliau dikenal dengan nama Ibnu Hajar Al Asqolany yang berarti anak batu.

Ada pelajaran yang bisa diambil dari kisah tersebut

  1. Didalam mencari ilmu diperlukan adanya kecerdasan. Dengan memiliki akal yang sempurna maka orang tersebut mampu mengalahkan rintangan yang menghadang. Sebagai contoh Ibnu Hajar Al Asqolany bisa mengambil pelajaran sekaligus menagmbil keputusan dari kejadian yang dijumpainya karena adanya kecerdasan – akal yang sempurna.
  2. Didalam mencari ilmu dibutuhkan adanya kesabaran menghadapi apapun yag terjadi.Termasuk sulitnya menerima pelajaran, capek , bosan dan sebagainya.Jika seseorang berusaha sunggh-sungguh maka ilmupun akan diperolehnya.
  3. Didalam mencari ilmu dibutuhkan ketekunan. Seseorang yang rajin, istiqomah dalam belajar insyaAllah ilmupun akan diperolehnya . Malas adalah sifat yang harus disingkirkan.
  4. Didalam mencari ilmu, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar apalagi untuk mendapatkan ilmu secara utuh dan mendalam. Waktu yang panjang mutlak diperlukan. Dengan begitu, seseorang akan mengetahuinya mulai dari dasar-dasarnya sampai yang paling tinggi.
  5. Didalam mencari ilmu ,dibutuhkan bimbingan seorang guru. Karena dari lisan seorang guru bisa diketahui dengan jelas apa-apa yang tidak kita ketahui .Walaupun sumber ilmu bukan bisa didapatinya dari yang lain, tapi adanya guru mutlak diperlukan.
  6. Yang tidak kalah pentingnya didalam mencari imlu membutuhkan biaya. Walaupun sifatnya relatif.

 

Tinggalkan Balasan