Ketika tiba-tiba harus terbaring di tempat tidur, rasanya ajal kian dekat. Tepar karena badan terasa lemas dan sekujur tubuh seperti remuk. Kepala pusing, mual, asam lambung naik dan perut melilit.
Selain itu, suhu badan panas terutama di bagian leher. Terasa sakit kalau menelan air ludah, apalagi makanan keras. Ya, meski sudah terbiasa diserang gejala seperti ini jika sakit radang tenggorokan dan sakit maag kronis saya kumat, tetap saja was-was. Jangan-jangan…..
Iya, was-was jangan-jangan sudah terpapar virus Covid19? Atau setidaknya masuk kategori OTG (orang tanpa gejala).
Panik sepanik-paniknya. Apalagi beberapa teman sudah memberi saran. Saran yang kontradiktif.
Satu pihak mendesak agar saya segera ke klinik, rumah sakit untuk PCR untuk mengetahui apakah positif atau negatif. Di sisi lain, mereka mencegah, katanya di rumah saja. Cari obat alternatif. Ke rumah sakit riskan. Orang sakit biasa, bisa di-covid-kan. Waduh.
Saya panik sekaligus benar-benar terpukul. Sebab dalam sebulan terakhir ini, keluarga besar kami lagi mendapat cobaan berat. Ini karena serangan virus Corona yang sudah mampir ke keluarga kami.
Putra sulung saya Akbar, misalnya, saat bertugas ke Bali bersama 20 orang rombongannya, semua terpapar Corona, sisa dia yang negatif. Pulang ke Jakarta barulah dia dapat giliran terpapar juga karena mungkin virusnya baru bereaksi dan lgs PCR. Ternyata positif. Akhirnya Isolasi mandiri 14 hari di hotel atas tanggungan kantor.
Pulang ke rumahnya, ibu mertua dia yang tinggal serumah di Salemba juga terpapar karena tiap hari keluar rumah menggelar dagang di pasar. Juga terpaksa harus isolasi mandiri di rumah selama 14 hari karena takut ke RS. Akbar akhirnya bersama isteri dan 2 anaknya mengungsi ke rumah saya di Bekasi.
Ditinggal sendirian di rumah selama 2 hari menjelang lebaran idul adha karena bergabung dengan kami di Bekasi, kondisi kesehatan ibu mertua Akbar makin parah. Hasil PCR juga positif Covid dan harus isolasi mandir 14 hari.
Istrinya (anak mertua Akbar) segera pulang ke sana usai sholat Idul Adha. Nekat pasang badan merawat ibunya. Tapi begitu ibunya dinyatakan sembuh, gantian dia yang positif ikut terpapar Covid19. Akhirnya Isolasi mandiri juga 14 hari.
Dua anaknya (Senandung dan Seruni) ditinggal di Bekasi. Ada nenek Biah, Fifi yang bantu awasi si kecil ini. Selain Akbar yang masih masa pemulihan.
Tapi Alhamdulillah semuanya berhasil melewati masa krisis ini. Akbar sudah pulih, juga ibu mertua dan istrinya. Sekeluarga kembali ke Salemba berkumpul dalam satu rumah lagi.
Datang Berita Duka
Saat kondisi tenang, sore harinya bunda Biah (Sitti Rabiah) dapat kabar dan kiriman video dari Makassar kalau pamannya (adik lelaki almarhum bapaknya, mereka cuma 2 bersaudara) lagi sekarat.
Semua keluarga berkumpul, kami yang di Jakarta hanya bisa berdoa. Malam harinya, ajal menjemput sang paman pas 17 Agustus. Innalillahi wa inna ilahi roji’un.
Sebelumnya pada 13 Agustus, adik saya Prof Dr Gemini Alam, juga ngirim kabar dari Makassar. Dia sekeluarga: anak dan istri, masuk RS Unhas, Makassar. Mereka bertiga dirawat di ruangan berbeda karena Covid19. Kami kembali kelabakan dan diliputi ketegangan.
“Alhamdulillah Prof Alam sudah negatif, juga anaknya mbak Oka sudah bisa pulang. Tinggal istrinya, mbak Ayu masuk ICU dan belum sadar,” lapor kakak saya Hajjah Memang dari Makassar.
Saya sekeluarga hanya bisa berdoa. Prof Alam hanya bisa dihubungi via WA untuk memberi semangat. Agar tetap tenang, tegar dan menjaga imun tubuh tidak drop.
Selama 10 hari dalam perawatan, pada 22 Agustus kakak saya Hajjah Memang mengirim kabar lagi, meneruskan pesan Prof Alam ke putrinya, mbak Oka :
“Amih (mami, ibu) seperti tertidur pulas nak…tdk sadar. Semua terkontrol oleh mesin. Saturasi rata2 90-92.” Begitu pesan melalui WhatsApp. “Itu kabar dari abah (bapak) pagi ini bude”
Kakak saya Hajjah Memang menambahkan : “Saya sekarang masih di RS, karena sampai sekarang belum sadar”.
Ya Allah, lindungilah dan sembuhkanlah penyakit adik saya sekeluarga: anak dan istrinya. Kami kembali dirundung ketegangan dan hanya bisa berdoa dan memberi mereka semangat. Itu pun hanya bisa dari jauh. Jakarta – Makassar.
Esok harinya pada [23/8 20.31] adik saya Alung, persis di bawah Prof Alam : mengirimkan kabar usai saya sholat Maghrib.
“Meninggal mba Ayu..barusan. di RS Unhas. Sementara diurus. Jenazah akan di bawa ke rumah duka di Antang”.
Rasanya jiwa kami melayang. Dalam sebulan terakhir ini (Juli – Agustus 2021), keluarga besar kami tengah dicoba Allah. Diberikan ujian apakah kuat dan tahan menjalani kehidupan yang semakin tidak menentu ini?
Gelar Malam Takziyah
Acara Malam Takziyah dan Doa Bersama secara hibrid (online dan offline) pun digelar untuk almarhumah Dwi Utami Budiwati Binti Istadi atau Mbak Ayu (Isteri dari adik saya Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt) pada Rabu, 25 Agustus 2021 Waktu : 19.30 WITA. Keluarga yang tidak berhalangan hadir atau di luar daerah, mengikuti via Zoom Meeting termasuk saya di Bekasi dan anak-mantu di Jakarta
Takziyah digelar langsung dari rumah duka : Komplek Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Antang, Jalan Sastra 3 Blok A No. 55 Kota Makasar, Sulsel dengan penceramahan Ustadz Drs. H. Agung Wirawan.
Peserta Takziyah yang diikuti oleh 215 partisipan yang berakhir pukul 20.35 WITA ini, selain keluarga besar Prof Gemini Alam yang ada Sulawesi Selatan seperti di Makassar, Maros, Mandai, Wajo tapi juga dari luar Sulsel seperti Jakarta dan Bekasi (Jawa Barat).
Ikut bergabung pula rekan sejawat Prof Alam dari Fakultas Farmasi Unhas dimana beliau pernah menjabat Dekan Farmasi (2014-2019), juga dari perwakilan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Ikatan Apoteker Indenesia (IAI) dimana Prof Alam sekarang menjabat Ketua DPD Sulsel, RSUD, BPPOM, Dinkes, dan lain-lain termasuk hadir secara person antara lain dari Bali, Purbolinggo, Kendari, NTB, Jogya, Banda Aceh dan lain-lain.
Atas nama keluarga Prof Alam, melalui Zoom meeting tersebut, dari Bekasi saya mewakili keluarga mengucapkan terima kasih kepada pak ustadz, partispan, dan semua yang hadir pada acara Takziyah.
Baik yang hadir secara offline maupun online, juga wabil khusus kepada bung Ismail, dari Fakultas Farmasi Unhas yang menjadi admin dan memfasilitasi aplikais zoom di acara ini.
Semoga Corona cepat berlalu dari negeri ini, juga di muka bumi ini. Dan kita semua diberikan kesehatan dan keselamatan. Tetap beribadah, tetap bahagia dan selalu menjaga protokol kesehatan. Aamiin.
Salam Literasi
#NurTerbit #KMAA 9 #PraharaCorona