JANGAN MATI KECUALI SUDAH MENULIS BUKU !
Beberapa hari lalu, tepatnya Jumat 23 Agustus 2024, saya mampir di toko buku Gramedia, Metropolitan Mal, Bekasi Barat, Kota Bekasi. Awalnya hanya mau “window shopping”. Tidak ada persiapan untuk membeli buku, alias hanya mau “cuci mata” melihat buku-buku terbitan terbaru.
Harga buku paling murah, rata-rata di atas Rp100 ribu. Kebetulan memang ada voucher belanja senilai Rp100 ribu dari Gramedia. Itu hadiah voucher selain dapat uang tunai Rp200 ribu dari lomba menulis “Pengalaman Menulis di Kompasiana” (Kompas Grup). Lomba digelar oleh Kompasianer Jogya, tiga tahun lalu atau tahun 2022 silam.
Saya mendatangi bagian customer service Gramedia Metropolitan Mal, Bekasi Barat. Mempertanyakan apakah voucher belanja hadiah lomba menulis tersebut masih berlaku, atau sudah hangus? Apalagi sudah lewat tiga tahun.
“Masih berlaku Pak. Caranya bapak (Abang kalee…tua banget dipanggil bapak hehe…) belanja melalui Gramedia.com. Nanti harga belanjaannya dipotong dari voucher belanja senilai Rp100 ribu rupiah itu,” kata mbaknya (lupa kenalan siapa namanya) di bagian costumer service Gramedia.
Maka, semua rak buku saya “plototin”. Mulai rak berisi buku-buku fiksi, non fiksi, populer, biografi, komunikasi, hukum, keluarga, sampai buku cerita anak dan buku terbitan baru yang termasuk “best seller”.
Di salah satu rak buku tersebut, saya tergelitik dengan satu judul buku ini: “Menulislah, Engkau Akan Dikenang” ditulis oleh M. Anwar Djaelani (Pustaka Al Kautsar). Isi bukunya merekam kisah hidup puluhan ulama-penulis di negeri ini. Wow…. cukup menarik.
Hampir setengah jam, saya “tersandera” di rak buku ini. Apalagi di balik buku “Menulislah, Engkau Akan Dikenang” ini, saya menemukan tulisan seperti ini: “Jika engkau ingin kekal, maka menulislah,” kata sebuah pepatah.
Pasti menarik nih, pikir saya. Saya pun “melahap” semua kata pengantar di sampul belakang dari buku yang ditulis Anwar Djaelani ini. Beginilah kutipannya…
*****
“Jika engkau ingin kekal, maka menulislah,” kata sebuah pepatah.
Terkait itu, sangat mudah kita mendapatkan contohnya. Lihatlah Imam Al-Ghazali yang punya banyak karya buku. Meski telah lebih dari seribu tahun wafat, nama dan pemikirannya terutama di buku “Ihya Ulumiddin” terus disebut dan dikutip orang di berbagai penjuru dunia.
Sementara, di negeri ini nama Hamka (Prof Haji Abdul Malik Karim Amrullah) akan lama diingat orang. Misal, lewat karya “Tafsir Al-Azhar” dan “Tasawuf Modern”-nya. Bahkan, nama Hamka juga bisa diingat melalui novel islami-nya seperti “Di Bawah Lindungan Ka’bah” dan “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”.
Begitu juga ulama semisal Hasbi Ash-Shiddiegy, A. Hassan, dan Natsir. Hasbi Ash-Shiddiegy akan diingat antara lain lewat “serial” panduan ibadahnya seperti “Pedoman Haji”.
A. Hassan diingat antara lain melalui “Tafsir Al-Furgan” dan “Pengajaran Shalat”-nya. Natsir akan diingat antara lain lewat “Capita Selecta” dan “Fighud Dakwah”-nya.
Buku ini “Menulislah, Engkau Akan Dikenang” ditulis oleh M. Anwar Djaelani (Pustaka Al Kautsar) merekam kisah hidup puluhan ulama-penulis di negeri ini.
Setelah membacanya, semoga timbul niat kita menulis. Niat itu bukan karena ingin nama kita menjadi kekal dalam ingatan masyarakat. Bukan, sama sekali bukan untuk itu!
Kita menulis semata-mata karena Allah dan berharap nilai dakwahnya berjangka panjang. Hal ini, karena berdakwah lewat tulisan punya sejumlah keutamaan termasuk bisa diakses dalam waktu yang lama. Bahkan, berkemungkinan “abadi”
Bismilah, menulislah. Ikuti jejak para ulama yang di samping aktif berdakwah lewat lisan juga melalui tulisan.
“Jangan mati kecuali Anda sudah menulis karya,” pesan Allahuyarham Ali Mustofa Yogub berulang-ulang.
Iya betul. Sebab kalau terlanjur kita keburu mati, paling ada satu buku — yang Insyaallah pasti terbit — namanya buku YASIN. Ada terlampir foto profil diri kita, sedikit biografi kapan lahir dan wafat.
Nah, buku Yasin itulah yang akan dibaca Pak Ustadz, para tetangga yang datang di malam tausyiah. Innalilahi wa Inna ilaihi raji’un. Alfatihah untuk almarhum atau almarhumah si Pulan……
*****
Alhamdulillah, saya sendiri sudah berhasil menerbitkan sedikitnya ada 11 buku. Dikumpulkan dari tulisan yang berserakan di Kompasiana (Kompas Grup) Kumparan, Blogdetik (Detik Grup), VivaNews (Viva Grup), Harian Terbit (Pos Kota Grup) dan blog pribadi nurterbit.com
Ke-11 buku tersebut terdiri dari 6 buku karangan sendiri, 5 di antaranya buku keroyokan bersama penulis buku lainnya (antologi) dan ber-ISBN (International Standard Book Number) adalah kode pengenal buku yang unik dan terdiri dari 13 angka.
ISBN digunakan untuk mengidentifikasi buku yang diterbitkan oleh penerbit dan berisi informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit. Satu ISBN hanya digunakan untuk satu buku dan tidak dapat digunakan untuk buku lain.
Semua buku ber-ISBN dari kumpulan tulisan Bang Nur itu, diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) dengan desain cover Bang Ajinata, selain ada juga diterbitkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Antara lain untuk buku kumpulan tulisan sendiri dari Bang Nur : “Lika-Liku Kisah Wartawan” (PWI Pusat), “Wartawan Bangkotan”, “Menulis Sampai Tua”, “WTS – Wartawan Tanpa Surat Kabar”, “Mati Ketawa Ala Netizen”, “460 Jam Menulis Tanpa Henti”, “Menulis Gaya Wartawan”.
Untuk buku keroyokan, misalnya buku “Darah Dagingku Wartawan – Kenangan Bersama Harmoko”, “Bunga Rampai Prahara Di Tengah Corona”, “70 Tahun Thamrin Dahlan”, “Antologi YPTD 1”, “Kompilasi Penulis Buku YPTD”.
Virus hobi menulis dari Bang Nur ini, kemudian menular ke anak-istri. Dimulai dengan mencoba menulis di Kompasiana, blog pribadi, jadi content creator di media online, hingga menulis di website YPTD https://terbitkanbukugratis.id.
Istri Bang Nur, Bunda Sitti Rabiah yang sehari-hari sebagai tenaga pendidik, menerbitkan buku “Guru TK Ngeblog” dari kumpulan tulisannya di bugurusiti.com. Sedang putri bungsu Siti Harfiah Nur yang content creator dan blogger, mengumpulkan tulisannya di fifishn.com menjadi buku “Blogger Milenial”. Kedua buku karya ibu dan anak ini, juga diterbitkan oleh YPTD.
Begitulah. Saat saya masih asyik di rak buku Gramedia Metropolitan Mal Bekasi Barat, saya kemudian meng-klik Gramedia.com. Berbelanja buku, mencari buku yang saya minta. Ketika sudah mendapatkan buku yang dicari, tinggal dipotong (diskon) sesuai nilai voucher belanja Rp100 ribu itu. Keren…
Salam : Nur Terbit
Tulisan ini juga sudah dimuat di Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/nurterbitdotkom/66cd559bc925c47ff94c1af2/jangan-mati-kecuali-sudah-menulis-buku?page=1&page_images=1
#kisahbangnurterbit Kompasiana Gramedia.com Kompas.com Mal Metropolitan Bekasi Thamrin Dahlan PWI Pusat- Gedung Dewan Pers Wartawan Bangkotan Nur Terbit CATATAN NUR TERBIT Nurterbit Wartawan Horor Komedi Ajinatha