Adakah Cerita  dari  Posko  PAS 2/PAT pada Masa Pandemi Covid 19 ?

Terbaru50 Dilihat

Oleh Nuraini Ahwan

Menulislah setiap hari,

Tulisan ini merupakan lanjutan dari pelaksanaan penilaian semester 2 atau penilaian akhir tahun yang dilaksanakan dengan teknik pembentukan posko pendistribusian soal dan pengembalian lembar jawaban. Sekolah Dasar Negeri 1 Dasan Tereng punya cerita di poskonya.

Mari kita menengok kembali pelaksanaan penilaian semester 2 atau penilaian akhir tahun hari pertama dan hari ke -2 di masa pandemi covid 19.  Tanggal 8 dan 9 Juni 2020,  banyak cerita dari setiap koordinator posko. Belum lagi cerita dari panitia siap siaga di sekolah. Cerita dari posko dimulai dari cerita pendistribusian soal, perilaku siswa, teknik pelaksanaan yang berubah di tengah perjalanan, perilaku orang tua dan ramainya komentar melalui whatAap grup kelas milik mereka.

Semua akan menjadi cerita yang layak ditulis  agar bisa dibaca oleh siapa saja saat ini bahkan esok . Cerita  terjadinya wabah yang mengubah tatanan hidup, sosial, budaya, ekonomi dan sosial Wabah corona virus disease 19 (covid 19) yang mengubah pula pelaksanaan penilaian akhir tahun bagi anak-anak negeri.

Posko pendistribusian soal penilaian akhir tahun punya cerita.

Hari pertama pendistibusian soal, diwarnai dengan kegembiraan, keseruan yang mengasyikkan sebagaimana  ditulis pada tulisan sebelumnya.  Koordinator berangkat penuh senyuman. Menenteng tas berisi soal dengan kartu pengenal atau name teks tergantung dengan manis di leher. Berangkat bersama menuju posko masing-masing.

Orang tua yang mewakili putra-putri mereka sudah menunggu di posko masing-masing sesuai dengan daftar posko yang diposting melalui whatsaap grup kelas. Tak sabar menunggu, orang tua ada yang menjemput koordinatornya yang tidak bisa mengendarai sepeda motor.

Berbagai teknik pendistribusian yang dilakukan oleh koordinator di masing-masing posko. Teknik pengerjaan soal pun berrbeda-beda. Tergantung kesiapan tempat koordinator sendiri. Dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, soal didistribusikan langsung kepada siswa.  Ada yang membawa pulang dan mengembalikan setelah jam berakhir, ada juga yang mengerjakan soal di lokasi posko jika memungkinkan.

Sepanjang pelaksanaan sampai hari ke-2, masih terjadi lalu lalang panitia sekolah mengantar kekurangan soal di posko. Panitia penerima pengaduan kekurangan soal, tidak melepas handhone sepanjang pelaksanaan. Mereka khawatir kendala di posko tidak cepat ditangani. Kekurangan soal bukan karena kekurangan saat membawa ke posko tetapi lebih disebabkan karena kekeliruan saat pendataan tempat tinggal dengan posko. Sehingga mengakibatkan ada siswa yang mendapatkan posko yang jauh dari rumahnya.

Saat memonitoring pelaksanaan di setiap posko, masih ditemukan siswa yang tidak menggunakan masker dan jarak tempat duduk yang belum memenuhi persyaratan psysical distancing. Siswa yang tidak menggunakan masker disuruh kembali untuk mengambil masker atau diberikan masker cadangan yang disiapkan sekolah. Ada yang duduk sangat berdekatan disuruh mengatur kembali jarak tempat duduk oleh petugas monotoring. Ini rupanya yang akan menjadi perbaikan hari berikutnya termasuk tidak ada lagi kekeliruan posko.

Berwarna–warni pakaian anak anak yang datang layaknya bukan anak sekolahan yang kita kenal selama ini. . Bermacam-macam pendapat tentang pelakasanaan ini tetapi semuanya saya jawab dengan santun. Pesan whatsahap dari orang tua yang meragukan kejujuran anak sewaktu mengerjakan soal di rumah, kekhawatiran orang tua jika anak mengerjakan di posko maupun pendapat orang tua yang mendukung pelaksanaan di posko.

Ramainya komentar dari orang tua dalam whatsaap grup kelas membuat cenat-cenut kepala. Dari orang tua yang enggan membaca pesan masuk dari awal sehingga cendrung salah sambung. Minta pesan dikirim ulang. Pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya ditanyakan kepada guru kelas tetapi ditanyakan kepada sesama orang tua. Jawaban pun menjadi beragam.

Pendapat pro kontra tentang pelaksanaan maupun keraguan terhadap kejujuran menjadi perbincangan hangat dalam grup kelas. Sampai pelaksanaan pun masih ada. Wajarlah menghadapi orang tua dengan latar belakang pendidikan yang beragam. Wawasan pun beragam. Tingkat kepedulian pun berbeda. Jadi sangat di maklumi keberagaman dan perbedaan pendapat ini. Lagi-lagi konsekuensi membentuk grup dan berada dalam grup. Sabar dan melayani sepenuh hati.

Inti dari jawaban saya adalah bagaimana kita merancang kegiatan ini bisa berjalan lancar dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan memberi kepercayaan kepada anak-anak untuk bekerja secara mandiri, jujur dan bertanggun jawab. “Allah Maha Melihat, Malaikat Mencatat”

Kalimat dengan menyebut nama Allah dan Malaikat ini merupakan kalimat yang sangat dihapal oleh anak-anak dan diharapkan akan menjadi kendali diri dalam berbuat yang bertentangan dengan ajaran agama.

Mendengar cerita dari masing-masing koordinator posko dan  panitia yang bertugas di sekolah  pada dasarnya  semua mengatakan menikmati kegiatan ini. Handphone panitia yang tak henti berdering, sambung menyambung di hari pertama, berkurang di hari ke dua, perjalalan keliling petugas monitoring, bertemu dan berbincang dengan orang tua di posko, hilir mudik panitia menyambangi posko yang kekurangan soal, bertemu dengan anak-anak seakan mengobati sedikit kerinduan hati.

“Saya benar-benar senang dengan teknik ini, semangat dan  luar biasa bisa memberdayakan semua guru. Tidak ada guru yang tinggal diam dan duduk manis di sekolah. Semua bekerja sesuai tugasnya. Bahkan guru yang tidak mendapat tugas tak berat tangan untuk memegang sapu membersihkan sekolah” ujar seorang guru.

Dokumentasi kegiatan  di posko berupa foto dan video meramaikan whatsaap  grup sekolah. Koordinator masing-masing posko bisa melihat bagaimana pelakasanaan di posko sebelah. Saling memberikan masukan begitu melihat postingan teman. Masker, tempat duduk, jarak dan lain sebaainya menjadi bahan diskusi para koordintor posko.

Apapun cerita yang terekam di setiap posko, biarlah menjadi cerita untuk dikenang. Komitmen untuk tetap mendedikasikan diri pada pendidikan anak bangsa meskipun covid 19 melanda negeri tercinta Indonesia.

Lombok, 9 Juni 2020

 

 

Tinggalkan Balasan