Masa pandemi covid 19 berdampak juga pada sistem pendidikan Indonesia. Sekolah tidak bisa melakukan tatap muka dalam pembelajaran kepada siswa-siswinya. Hal ini berdasarkan kebijakan pemerintah yang tidak membolehkan sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka, maka di gantilah dengan pembelajaran daring atau disebut dengan belajar dari rumah (BDR).
Sebagai orang tua tentu saya memiliki kekhawatiran terhadap proses pembelajaran yang diterima oleh anak saya. Caira Lenita Queentasya anak saya yang nomor 3 sedang duduk di bangku kelas 2 madrasah ibtidaiyah. Sebagai orangtua yang khawatir akan pendidikan putrinya tentu memantau apa yang diberikan gurunya pada saat belajar dari rumah.
Ada beberapa pilihan sarana belajar dari rumah yang tersedia di antaranya yang banyak digunakan di sekolah adalah Google classroom, WhatsApp, zoom, google meet dan berbagai macam platform yang menyediakan sarana komunikasi dalam pembelajaran.
Pemantauan saya Caira mendapatkan pembelajaran melalui WhatsApp dan Google classroom, beberapa kali di selingi dengan zoom meeting, namun WhatsApp yang menjadi pilihan utama dalam pembelajaran jarak jauh.
Proses belajarnya kalau hari biasa atau tatap muka dimulai dari jam 6.30 sampai dengan jam 14.00, tetapi pada saat pandemi berlangsung pembelajaran melalui WhatsApp berlangsung dari jam 6.30 sampai jam 11.00.
Pengelolaan kelas di dalam jam pembelajaran setiap hari saya nilai cukup menarik dan tidak membosankan. Tidak mengurangi hak-hak anak dalam belajar. Setiap hari saya melihat wali kelas didampingi oleh wali kelas pendamping sehingga pembelajaran dapat terkontrol dengan baik.
Proses pembelajarannya diawali dengan absen kehadiran melalui voice note dengan membaca doa mau belajar dan dan surat pilihan yang ditentukan oleh wali kelasnya. Setelah itu siswa diwajibkan mengirimkan foto diri dengan berbagai macam tema. Diantara tema-tema nya adalah mempersiapkan sarapan, salat Dhuha, olahraga, Pamit berangkat sekolah dan lain sebagainya.
Memasuki pembelajaran secara klasikal. wali kelas membimbing anaknya pada bab pembelajaran yang akan dibahas. Setelah itu memberikan penjelasan melalui voice note pada WhatsApp yang dibagikan kepada anak-anak di dalam grup kelas.
Setelah menjelaskan dan menanyakan apakah ah sudah cukup jelas apa yang disampaikan oleh ibu guru, anak-anak diberikan tugas untuk mengerjakan rangkaian tugas Latihan pada halaman berikutnya. Dalam menjawab soal anak-anak bervariasi cara yang disampaikan wali kelas. anak dibolehkan menjawab pada buku paket lalu difoto dan dikirim ke ke grup atau japri ke wali kelas ada juga tugas yang diselesaikan melalui voice note menjawab soal.
Tidak jarang wali kelas memberikan pertanyaan dari bahan bacaan yang telah dijelaskan. Guru memberikan pertanyaan melalui VoiceNote lalu anak-anak menjawab dengan VoiceNote pula soal demi soal.
Secara umum pembelajaran di kelas anak saya terlaksana dengan baik dan tidak membosankan bagi anak-anak. Ini membuktikan manajemen sekolah sudah membuat sistem yang baik dalam proses belajar dari rumah.
Bahkan dalam pembelajaran tahfidz cukup dipahami oleh anak-anak. metode tahfidz yang digunakan adalah menghafal dengan geraka, untuk menyampaikan materinya beliau merekam terlebih dahulu gerakan hafalan ayat-ayat. Setelah itu dikirim melalui WhatsApp, anak-anak ditugaskan untuk menghafal gerakan lalu membuat video seperti apa yang disampaikan oleh guru tahfidz lalu mengirimnya melalui japri kepada guru tahfidz tersebut.
Malam hari tak jarang wali kelas membuka kelas tambahan belajar. tujuannya untuk belajar mengaji bersama dan menghafal beberapa surat pilihan yang sudah ditentukan dari kurikulum sekolah. Kelas ini biasanya menggunakan aplikasi zoom secara klasikal, cukup membantu dalam pembelajaran hafalan surat pilihan.
Sejauh ini tidak ada ada wali murid yang mengeluhkan tentang pembelajaran jarak jauh yang diselenggarakan madrasah ibtidaiyah tersebut. jika membandingkan dengan sekolah lain atau sekolah dasar. Sekolah tersebut sudah terbilang baik. Dapat dilihat dari komunikasi yang baik antara wali kelas dan anak didiknya.
Nilai-nilai classical yang biasa didapat pada saat pembelajaran normal, bisa dipenuhi dengan baik oleh manajemen sekolah dan wali kelas. Ada sekolah yang hanya membagikan materi fotokopi dan dan diambil orang tua dan tidak jarang disertai dengan tugas, sore atau keesokan harinya orang tua mengembalikannya lagi. Jika seperti ini tentunya saja interaksi antara guru dan siswa tidak berjalan dengan baik.
Sebagian sekolah yang saya tahu hanya menyampaikan materi melalui Google classroom dan menggunakan Google classroom sebagai satu-satunya aplikasi sebagai alat pembelajaran jarak jauh, tidak ada interaksi di antara guru dan murid.
Belajar melalui media apa saja jika, dikemas dengan baik dan menarik pasti akan membawa dampak positif kepada anak didiknya. Tuntutan untuk menjadi kreatif bagi seorang guru dan manajemen sekolah memang sudah menjadi kewajiban. Sekolah dengan kualitas yang baik pasti akan menjaga mutu pendidikannya dan pasti akan mendapat sambutan yang baik di masyarakat khusus sekolah swasta pasti akan mendapatkan siswa dengan mudah.
Tetapi sebaliknya bagi sekolah yang tidak memiliki kreativitas tinggi dalam pembelajarannya tentu saja akan mendapatkan feedback atau umpan balik yang tidak bagus. diantaranya sekolah tersebut akan sulit mendapatkan siswa di kemudian hari, salah satunya disebabkan kualitas pembelajaran yang tidak baik.
By. Nurhadi