Sumber gambar : tempo.co
Selamat pagi sobat,
Dalam rangka memperingati Hari Santri pada tanggal 22 Oktober 2021, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau disingkat BPIP menyelenggarak lomba penulisan artikel dengan tema “Hormat Bendera Menurut Hukum Islam” dan “Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam”.
Lomba penulisan artikel ini kemudian menuai pro kontra di masyarakat. Kontroversi ini masih terus berlanjut. Ada pihak yang mengkritisi, namun ada pula pihak yang mendukung lomba penulisan artikel tersebut.
Dari pihak yang mengkritisi, salah satunya datang dari Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay.
Seperti dirilis oleh bisnis.com (14/08/2021) bahwa Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini menilai bahwa lomba penulisan artikel BPIP tersebut tidak produktif.
“Tidak produktif karena diyakini tidak akan mampu meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila. Juga tidak kontekstual karena temanya sangat jauh dari kondisi kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia,” kata Saleh.
Saleh mengatakan bahwa lomba yang bertema “Hormat Bendera Menurut Hukum Islam” dan “Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam” tidak urgent untuk dibahas. Pasalnya, sejak zaman perjuangan kemerdekaan, hormat bendera dan lagu kebangsaan tidak pernah dipersoalkan.
“Para ulama dan para santri selalu menjunjung tinggi dan menghormati eksistensi bendera negara dan lagu kebangsaan,” kata Saleh lagi.
Menurut Saleh, masih ada banyak tema yang lebih tepat untuk diajukan dalam perlombaan. Misalnya, tema tentang bantuan sosial di era pandemi dalam perspektif Pancasila, meneguhkan nilai persatuan dan gotong royong di masa pandemi, akses terhadap pelayanan kesehatan sebagai manifestasi keadilan sosial. Bisa juga mengungkap nilai-nilai spritualitas di balik pandemi COVID-19.
“Meskipun temanya tidak spesifik menyebut kata santri, tetapi dipastikan bahwa para santri sangat menguasai tema-tema tersebut. Tinggal mencari referensi agar bisa diaktualisasikan sesuai dengan tema yang diminta,” kata Ketua Fraksi PAN DPR tersebut.
Saleh menuturkan, BPIP sudah sering kali membuat polemik dan hiruk pikuk. Apalagi, bangsa Indonesia sedang fokus menghadapi COVID-19 dengan berbagai varian baru yang lebih agresif. Sudah semestinya, kata Saleh, berbagai program kementerian lembaga diarahkan pada upaya mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi.
“Solusi itu bisa bentuknya bantuan fisik. Bisa juga bentuknya pemikiran. Kalau soal hormat bendera dan lagu kebangsaan, ya tidak solutif. Sebab, itu tidak pernah dipersoalkan. Tidak perlu dicarikan solusi,” pungkas Saleh.
Sementara itu dari pihak yang mendukung diadakannya lomba penulisan artikel, salah satunya datang dari Direktur Pusat Studi Pemilihan Pancasila (PSPP) Syaiful Arif.
Seperti dirilis oleh sindonews.com (15/08/2021) bahwa Syaiful Arif mengaku sangat mendukung tema lomba penulisan artikel dalam rangka peringatan Hari Santri oleh BPIP.
Tema lomba penulisan artikel yang diangkat BPIP dianggapnya sudah tepat untuk menguatkan nilai-nilai kebangsaan di kalangan santri.
“Kita memang harus melihat konteks dari lomba ini. Ini konteksnya dalam rangka peringatan hari santri nasional. Maka tema yang dipilih spesifik Islam,” kata Syaiful Arif.
Menurut Tenaga Ahli Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (2017-2018) ini, tema yang spesifik ini menjadi pelengkap dari program BPIP yang lain, misalnya lomba penulisan artikel Pancasila dengan tema Ketauladanan Pancasila oleh ASN, Lomba Pidato Hari Kelahiran Pancasila dengan peserta para pelajar dari SD, SMP, SMA hingga mahasiswa.
Dengan demikian, kata dia, BPIP tidak hanya mengadakan lomba khusus tema Islam, tetapi juga telah mengadakan lomba-lomba kebangsaan untuk semua kalangan. “Saya tahu ini karena saya menjadi juri dari salah satu lomba tersebut,” terangnya.
Dari pihak yang mengkritisi maupun pihak yang mendukung adanya lomba penulis artikel yang diselenggarakan BPIP, menurut hemat saya masing masing memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyikapi hal tersebut. Pro kontra dari lomba penulisan artikel sebaiknya dapat menjadi masukan untuk BPIP dalam membuat program program berikutnya yang lebih baik dan akomodatif.
Hanya saja yang patut dicermati adalah apakah program yang dilakukan oleh BPIP tersebut hanya sebatas lomba lomba saja ? dan adakah tolok ukur yang bisa dilihat dari hasil lomba lomba tersebut atau hanya sekedar untuk menghabiskan anggaran tahunan BPIP saja.
Lomba semacam itu menurut hemat saya hanya bisa menyentuh sekelompok kecil saja dari lapisan masyarakat Indonesia, katakanlah komunitas yang mempunya minat menulis saja dan kita tahu bahwa budaya literasi di Indonesia dalam hal membaca dan menulis masih sangat rendah.
Menurut hemat saya, BPIP harus bisa melakukan terobosan dengan membuat program yang bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat sehingga tujuan BPIP untuk menjadikan Pancasila dapat dihayati dan diamalkan oleh masyarakat Indonesia dengan baik dapat terwujud. Program yang dibuat sebaiknya yang tolok ukurnya akan bisa dilihat, misal menurunnya kasus tawuran antar pelajar atau menurunnya tingkat kejahatan seksual di kalangan remaja.
Kita juga berharap ke depannya BPIP tidak lagi membuat polemik di masyarakat dengan munculnya program atau pernyataan pernyataan yang tidak produktif dan justru memperburuk citra BPIP.
Sesuai dengan namanya sebagai Pembinaan Ideologi Pancasila maka hendaknya BPIP lebih berperan sebagai Badan yang aktif memberikan keteladanan dalam pembinaan perilaku kehidupan sesuai dengan nilai nilai luhur dari Pancasila.
Mari kita tunggu kiprah BPIP selanjutnya ..
Sobat, saatnya saya undur diri ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 25 Agustus 2021