Turun Sebelum Diturunkan


Usai menulis saya membaca, sekadar jalan- jalan di dunia maya, menyapa sahabat literasi. Penulis puisi ini salah satu penulis unik dari NTT yang menjadi sahabat Bu Kanjeng. Cermati puisi yang ditulis, lumayan cukup menggelitik.

*Turun Sebelum Diturunkan*

Puisi Aster Bili Bora

Kalau aku belum layak di matamu, taruh aku di hatimu.
Kalau juga aku belum layak di hatimu, taruh aku di jantungmu.
Kalau juga aku belum layak di jantungmu, taruh aku di darahmu.
Kalau juga aku belum layak di darahmu, taruh aku di tanganmu
Kalau juga aku belum layak di tanganmu, taruh aku di kakimu.
Aku sudah setengah mati bersamamu membangun negeri
Kadangkala lupa makan tenggelam dalam kerja nonstop
Kadangkala pula aku pulang rumah sampai larut malam
Orang lain kerja untuk hidup tetapi aku kerja untuk mati.

Bapak jangan salah menilai aku sedang gila jabatan.
Tetapi aku minta bapak berpikir jernih dan bertindak adil
AkuĀ  sudah berpuluh tahun banting otak banting tulang
Belum pernah merasakan yang namanya promosi jabatan
Otak sudah buntut mau banting apa baru ada pengertian
Sampai kapan aku dijadikan penonton setia yang sakit hati?
Bila seumur hidupku, aku tak layak di mata dan di hatimu
Juga tak layak di jantung, di darah, di tangan, dan di kakimu,
Maka dengan hati tersiksa biarkan aku bertanya padamu:
Apakah Bapak masih memiliki mata yang melihat kenyataan?
Apakah Bapak masih memiliki hati yang merasakan yang kurasakan?
Katakan sejujurnya bila telah tuli telinga, buta mata, dan buta hati
Jangan hanya mau naik, tetapi tidak rela turun.
Turun segera sebelum diturunkan!
Alam butuhkan pemimpin yang adil menabur cinta untuk semua.
Masyarakat ingin pemimpin yang berlaku jujur dan adil.

Tambolaka, 20 Oktober 2023

Aster Bili Bora, sastrawan tinggal di Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT.

Semoga mencerahkan buat yang suka puisi

Tinggalkan Balasan