Empat Juli 2021, kondisi suami makin melemah. Kepala mengalami nyeri yang luar biasa, mata tidak sinkron dan membayang, pipi mati rasa, gigi bagian kiri makin menggila, perut mual disertai muntah sudah pasti kondisi makin parah. Berat badan pun turun secara drastis. Saya hanya pasrah atas apa yang terjadi. Saya juga bingung melakukan tindakan apa untuk mengurangi beban beliau. Yang saya pikirkan bagaimana cara menyembuh dan meringankan penderitaan beliau. Beliau hanya berbaring dalam suasana redup Karena cahaya atau sinar terang dapat menyilaukan penglihatan nya.
Benar-benar berat hari-hari yang dilalui. Karena belum ada obat penyakit ini, suami hanya mengkonsumsi obat nyeri. Sementara cara lain beliau meminum obat herbal baik hasil racikan maupun dari daunan atau batang pohon yang dianggap mampu mengobati penyakit tersebut. Apapun yang masuk akal kami coba lakukan, tentu saja semuanya Kami kembalikan kepadaNya. Kami hanya bisa berusaha, berdoa, dan pasrah. Dia lah yang menguji dan semua akan kembali pada nya.
Hari Senin pun datang tanggal 5 Juli 2021 pun datang. Hari ini adalah jadwal pengambilan hasil CT Scan. Sebelum ke rumah sakit, pagi nya saya tetap kerja, meskipun masih libur sekolah, tapi saya dan beberapa rekan mendapat tugas tambahan terlibat dalam kepanitiaan PPDB tahun 2021. Menjelang jam 10 pagi, saya meminta izin untuk meninggalkan pekerjaan karena harus mengambil hasil CT Scan selanjutnya membawa nya ke dokter yang menangani suami. Jadi saya izin tidak bisa melanjutkan pekerjaan hari ini. Untung nya teman-teman mengerti dan memberikan izin. Sambil menunggu ojol, saya berjalan menuju kantor utama. Saya menyimpan dan mengambil beberapa berkas. Sambil duduk saya berpikir, moga hasil CT-SCAN membawa kabar baik bagi keluarga.
Sambil membuang nafas, saya melafalkan ayat Allah SWT, semoga semua baik-baik saja. Beberapa menit kemudian, bang ojol pun datang, masih dengan suasana tidak tenang, saya berdoa sepanjang perjalanan semoga hasil nya membawa kabar baik. Sesampai di rumah sakit, saya pun langsung menuju ruang radiologi, tapi tak satupun petugas di sana. Saya pun memanggil, “Permisi.” Keluarlah salah satu petugas dan bertanya, “Bisa dibantu?” Mau mengambil hasil CT Scan, “Saya Berkata” atas nama (menyebutkan nama suami).
Petugas tersebut mencari berkas yang dimaksud, tapi tidak ketemu. Beberapa saat kemudian, teman nya sekaligus petugas yang bertugas kemaren datan dan membantu mencari dan menemukan berkas tersebut. Setelah penandatanganan bukti pengambilan, petugas pun memberikannya pada saya dan berkata dokter sendiri yang akan membaca hasil nya. Setelah Selesai, kembali saya memesan ojol menuju rumah sakit utama dimana suami berobat.
Sesampai di rumah sakit, saya langsung mendaftar. Seperti biasa suasana rumah sakit tidak pernah sepi walaupun corona. Setelah pendaftaran selesai, saya menelpon suami agar segera datang menyusul. Sambil menunggu saya pun mengisi perut yang mulai keroncongan. Makanan yang dimakan terasa hambar, mungkin suasana hati sedang tidak bersahabat karena memikirkan hasil CT Scan.
Jikalau benar hasilnya positif, maka mau tak mau harus diterima dengan lapang dada. Ya Allah, kuat dan tegar kan hati ini, biar siap menerima apapun hasil nya.
Jam sebelas lewat giliran kami masuk ruangan. Hati kembali cemas sementara jantung berdetak tak normal menunggu dokter membaca hasil CT-SCAN. Bagai dihujani kerikil tajam, begitu sesak nya dada ini mendengar penjelasan dokter. Dengan rinci dan detail beliau menjelaskan melalui gambar bahwa hasil tersebut menyatakan positif kanker Nasofaring. Beliau menyebut dengan istilah “Massa”. Massa telah menyebar ke arah kiri dan kanan tapi penyebaran nya lebih banyak ke kiri. Saya berusaha menahan air mata. Tapi dokter tidak berhenti memberi motivasi, menyemangati dan mengingatkan untuk menghubungi salah satu pasien beliau dengan penyakit yang sama sehat setelah menjalani kemoterapi dan radioterapi.
Entahlah apakah aku siap dengan segala resiko yang muncul ke depan nya. Terlalu lambat untuk berpikir Karena shock mendengarkan penjelasan dokter. Dokter menyarankan melakukan Biobsi untuk mengambil sample melalui endoskopi, kemudian sample tersebut akan dikirimkan ke laboratium untuk mengetahui tingkat keganasan.
Apapun yang disarankan dokter demi kesembuhan suami akan kami ikuti. Penyakit ini tidak bisa dianggap remeh Karena dia Membunuh secara perlahan. Perkembangan penyakit ini sendiri dari hari ke hari makin membuat kondisi penderita melemah. Moga saja suami bisa bertahan dan mampu melawan semua rasa nyeri yang muncul.