Hari Minggu satu hari sebelum keberangkatan, kami sekeluarga terutama yang laki-laki: abak, abang tertua, saya, Adek ke 4 dan ke 5 beserta anak sulung saya dan anak adek ke 4 mengunjungi kebun sederhana dan kecil yang sempat digarap suami ketika beliau masih bugar. Lokasinya sangat dekat dengan sekolahan beliau dan sangat jauh di jangkau dari Kota Pangkalpinang.
Untuk melihat suasana kebun tersebut, kami pun berangka menggunakan Mobil abang tertua. Perjalanan yang kami lalui kali ini terasa sangat cepat, berbeda dengan perjalanan pertama yang sangat lama sampainga. Alasan cepat sampai dikarenakan sepanjang jalan Kami bercerita tiada habis. Ada-ada saja topik yang dibahas sehingga membuat semua orang antusias dan ikut bercerita.
Untuk sampai ke lokasi kira-kira menghabiskan waktu lebih kurang 1 jam 30 menit. Meskipun sangat jauh, mungkin ini akan menjadi kunjungan terakhir ke tempat tersebut sebelum suami benar-benar sembuh. Abang tertua harus memarkirkan Mobil di jalan kecil kebun sawit tetangga, agar mudah menjangkau lokasi yang dimaksud. Setelah memarkirkan Mobil, saya berjalan terlebih dahulu untuk memimpin menuju kebun tersebut. Tidak sampai dua menit, Kami pun sampai.
Anak-anak sangat senang berwisata seperti ini karena mereka bebas melakukan apa saja. Kami meletakkan semua peralatan dan mulai berpencar. Kedua adek saya mencabuti kacang tanah yang siap panen yang daun nya mulai menguning. Saya berkeliling melihat pohon cabe dan mengecek buah jagung sambil melihat sekeliling.
Semenjak suami sakit, kebun kecil ini tidak terawat. Tanaman terong tidak lagi subur, sayur gando (bahasa daerah kami) kering kerontang, sayuran bayam, kangkung, dan pakcoi pun kondisi nya menyedihkan karena kekurangan cairan. Abang tertua fokus memetik sayuran kemudian membantu kami membersihkan kacang.
Bagaimana dengan kedua bocah kecil? Saya sempat tersenyum dan menggelengkan kepala melihat keasikan mereka berdua bermain menggunakan media air dan tanah. Mereka terlihat asik dengan permainan mereka, sesekali mereka pun ikut membantu membakar sampah dedaunan kering.
Aku bersama abak, membersihkan dan memisahkan kacang tanah dari daun dan tangkainya. Tapi sangat disayangkan, kacang tanah yang kami panen lebih banyak ompong nya dari pada isinya. Kalau dilihat dari penampilan batang dan daunnya, tidak ada yang mengira jikalau gagal panen tapi kami tetap bersyukur, masih ada yang bisa dipanen. Melihat kondisi kacang seperti itu, kami tidak berani membagi-bagikannya dengan tetangga takut isi nya kosong sehingga mengecewakan mereka yang menyantap nya.
Abak sempat berkata, pelajari dan cari alasan mengapa kacang tidak memberikan hasil yang maksimal padahal dari rupa dan bentuk kacang hasil panenan sangat bagus kualitas nya. Rencana awal memang suami ingin memenuhi lahan ini dengan kacang tanah, karena lahan nya masih banyak bekas batang pohon, maka untuk sementara di tanami Jenis tanaman lain seperti jagung dan cabe. Rencana hanya tinggal rencana, kondisi suami tidak memungkinkan untuk melanjutkan berkebun, biarlah kebun tersebut seperti itu adanya, hingga ada waktu berkunjung kembali.
Sebelum pulang, ternyata Adek kelima berkeliling di pohon jagung. Dia pun kaget ketika beberapa jagung ada yang sudah tua dan siap panen. Dia pun memanen jagung-jagung tersebut dibantu oleh dua bocah. Lumayanlah bisa sekali rebus untuk keluarga besar. Meskipun hasil yang didapatkan seadanya, tapi ada kepuasan tersendiri bisa berkunjung kesana. Saya dan adek pun tidak lupa mengabadikan foto dan video tentang kondisi kebun dan aktivitas kami selama berada di sana.
Menjelang siang, kami pun meninggalkan kebun dan kembali melakukan perjalanan pulang. Di pertengahan perjalanan, kami pun mampir di kebun keluarga dekat dari abak dan almarhumah mamak. Mereka bercerita sangat lama, mengenang cerita dan memori lama yang mereka alami. Tidak lupa merekapun membahas hal-hal serius. Kami hanya mendengarkan cerita mereka, sesekali kami pun ikut nimbrung.
Sebelum kembali melanjutkan perjalanan, kami pun dioleh-olehi Nanas, sayuran, pisang tanduk, bibit terong bulat kampung beserta daun ruku-ruku. Di daerah kami tinggal memang banyak yang tidak tahu daun tersebut karena daun itu jarang tumbuh di kota kami, dan masyarakat pun hanya tahu daun kemangi. Hanya orang-orang tertentu yang tahu akan fungsi daun tersebut.
Setelah puas bercerita, kami pun pamit. Di sepanjang jalan, cuaca terlihat sangat cerah. Sehingga bisa menyaksikan keindahan alam di sekeliling. Ketika memasuki daerah kota yang ramai, kamipun berhenti makan siang untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Andalan makanan kami adalah nasi Padang. Masing-masing anggota keluar bebas memilih menu favorit nya. Saya lebih memilih ayam karena hanya pilihan itu saja yang menggiurkan. Seperti biasa, jika abak bertemu tunjang, maka makanan itu akan menjadi pilihan utama nya.
Setelah menghabiskan waktu lebih kurang 30 menit makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan. Perjalanan hari ini sangat luar biasa, jarang-jarang bisa berkumpul bersama anggota keluarga, meskipun belum lengkap tapi saya bersyukur akan moment yang didapatkan.
Sesampai di rumah, saya bergegas mengeluarkan semua bawaan dan merapikan nya. Setelah rapi, saya pun merebus sebagian kacang untuk dimakan bersama untuk menghilangkan penat. Kemudian saya pun membersihkan diri dan menemui suami, menanyakan Kondisi dan keperluan beliau. Setelah memenuhi kebutuhan beliau saya pun mencari anak-anak. Mereka sibuk bermain dengan teman-teman sehingga keberadaan saya diabaikan. Saya langsung bergegas ke dapur dan mulai memasak untuk makan malam.
Semua berjalan seperti biasanya. Seolah-olah tidak ada yang terjadi dalam keluarga ini. Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan bercerita sambil makan kacang rebus. Jika sudah berkumpul seperti ini, akan sulit sekali memisahkan diri dari rombongan. Ada-ada saja yang menjadi topik bahasan sehingga tidak membosankan. Waktu jualah yang harus memisahkan kami sehingga kami masuk ke rumah masing-masing. Perjalanan hari ini akan punya cerita dan kenangan sendiri karena tanpa disadari keluarga adalah orang-orang yang selalu hadir ketika menghadapi masalah. Semoga moment ini menjadi penyemangat saya untuk senantiasa kuat dalam menjalani dan menghadapi semua masalah dalam kehidupan.