Akhirnya hari yang dinantikan datang juga. Kamis tepatnya tanggal 29 Juli 2021, kami kembali menemui dokter THT sambil membawa hasil biobsi. Tentu saja saya harus mengikuti beberapa prosedur terlebih dahulu. Di pintu masuk di hadang satpam untuk menanyakan keperluan ke rumah sakit. Saya juga dihadang petugas untuk mendeteksi apakah saya bebas dari corona. Demi kepentingan bersama, saya sangat memaklumi nya dan saya setuju perlakuan seperti itu sehingga membatasi penyebaran covid-19.
Saya langsung melakukan pendaftaran awal untuk mendapatkan nomor antrian di lantai satu dengan menunjukkan surat kantrol dan identitas. Selanjutnya saya langsung ke lantai 2. Di lantai dua, saya harus mengantri kembali sehingga mendapatkan paket pengobatan. Selanjutnya baru saya menyerahkan paket tersebut ke bagian Poli THT.
Sambil melirik jam sambil berguman, masih ada sekitar dua jam untuk menunggu dokter. Saya pun berpikir dimana bisa menghabiskan waktu yang begitu lama. Saya pun memilih “Transmart” karena tempat ini bersampingan dengan rumah sakit. Kenapa saya tidak pulang? Alasan yang pertama, jika saya pulang, maka untuk pergi kembali akan menghadirkan tangisan anak dan yang kedua karena menghabiskan waktu satu jam bolak-balik.
Untuk memanfaatkan waktu, saya pun berjalan ke arah transmart lewat pintu samping dan masuk ke salah satu tempat makan terkenal. Meskipun masih tutup, saya dipersilahkan menunggu. Saat itulah saya menelpon suami dan menceritakan proses pendaftaran sudah oke, dan memintanya datang seperti biasa. Beliau akan aman menggunakan ojol juga karena kondisi fisik dan mata tidak normal seperti biasa akibat sakit yang di derita.
Seperti biasa ketika menunggu, jemari tangan dengan lincah bergerak menekan huruf demi huruf menuliskan sesuatu. Apa yang muncul di pikiran itulah yang menjadi tema. Awalnya kegiatan seperti ini jarang dilakukan, kebiasaan hari-hari sebelum menulis adalah searching lewat sosial media pribadi. Ketika bosan maka aplikasi yang dituju adalah aplikasi membaca novel online. Banyak sekali aplikasi yang disediakan sehingga pembaca dengan mudah mengakses nya.
Tapi, Ada beberapa aplikasi mewajibkan pembaca untuk membeli koin sebagai ganti untuk membuka Bab demi bab novel yang sedang dibaca. Apakah saya ikut membeli koin? Tentu saja tidak. Kenapa? Saya punya alasan tersendiri. Saya memang pecinta novel, tapi untuk membeli koin tidak akan. Menurut hemat saya, daripada membeli koin mendingan saya membeli buku novelnya. Lewat buku novelnya, hati menjadi sangat puas. Jikalau setelah menamatkan sebuah novel, badan dan tubuh ini serasa baru keluar dari sebuah bioskop terkenal. Jiwa seakan benar-benar menyatu dengan novel yang dibaca. Segala emosi tumpah menjadi satu.
Jikalau akhir dari novel romantis, maka kepuasan dan senyuman tersungging dibibir. Tapi sebaliknya, jikalau bad ending maka tangisan haru menjadi penutup bacaan. Bad ending akan bersambung dalam pikiran sendiri. Meskipun novel selesai dibaca. Ketidakterimaan ending cerita, membuat saya berhalusinasi sendiri dan melanjutkan cerita tersebut sehingga mencapai happy ending. He he he, lucu sekali. Memaksakan kehendak yang tidak mungkin terwujud tapi dapat membuat hati senang dan bahagia. Ketika jenuh menulis, saya pun beralih ke permainan tersayang “homescape”
Ketiga aktivitas tersebut benar-benar mampu mengalihkan duniaku. Tapi saya tetap harus berhenti karena banyak hal yang harus diselesaikan. Saya bukan anak-anak yang bisa merengek meminta uang ketika mau Jajan, meminta makan ketika lapar, dan meminta minum ketika haus. Saya adalah seorang ibu, seorang istri, dan juga memiliki kegiatan rutin di tempat kerja. Banyak yang harus saya tuntaskan.
Sakit nya suami memang tidak menghambat aktivitas saya. Tapi saya harus benar-benar memilah aktivitas mana yang tidak mengganggu segala proses penyembuhan suami. Saya tidak boleh terpuruk dengan keadaan seperti ini. Saya harus lebih kuat dan semangat sehingga mampu menguatkan saya sendiri dan juga suami. Tapi tetap saja, sekuat apapun Aku berdiri, suatu waktu aku akan jatuh dan menangis.
Kadang-kadang muncul rasa ketidaksanggupan dan ketidakmampuan dalam mengatasi semua masalah ini tapi dengan menulis mampu membuang jauh kesedihan dan keterpurukkan yang muncul. Aktivitas menulis membuat saya lupa kalau masalah yang Kami hadapi sangat serius. Ketika berhenti menulis, maka rasa sedih itu akan muncul kembali.
Obat penawar lain nya yang mampu menguatkan jiwa ini adalah melihat tingkah laku, kelucuan dan Kepolosan mereka.
Mereka adalah anak-anak yang lucu. Mereka adalah buah hati kami yang super hebat. Tanpa kehadiran mereka pasti kami selalu berada dalam kesedihan tak berujung.
Inilah hidup, ibarat roda, selalu berputar. Adakala nya di atas, adakalanya pula di bawah. Apapun yang terjadi dalam hidup harus disiasati dengan benar. Semoga langkah yang kami pilih adalah hal terbaik dan paling tepat untuk kesembuhan suami karena saya yakin suami akan sembuh pada waktunya.
Aamiin aamiin… Smg suami lekas segat.