Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi buku adalah kalimat yang saya peroleh dari lisan seorang pengurus di jajaran Pengurus Besar PGRI. Kandidat Doktor Wijaya Kusumah beberapa kali saya dengar mengucapkan kalimat itu.
Persatuan Guru Republik Indonesia, organisasi guru tertua di Indonesia, beruntung memiliki anggota dan Sekjen Ikatan Guru TIK PGRI yang membantu Pengurus Besar, yakni Omjay, Bapak Wijaya Kusumah. Omjay adalah “Guru Paling Nge-Blog dalam perayaan ulang tahun Blog Kompasiana bertajuk Kompasianival ”Hero Inside You” tahun 2012”. Setidaknya itu berita itu saya dapatkan dari Kompas(.)com.
Guru blogger dengan tagline “Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi” ini sejak tahun 2013 sudah memiliki cita-cita mulia. Beliau mengatakan saat itu kepada Kompas bahwa sepuluh persen saja dari guru harus mendapatkan pelatihan menulis dan memiliki blog.
Saya tidak mengenal beliau. Pernah sih melihat wajah dan tubuhnya yang (maaf) tambun menghiasi koran. Sekilas saja dan saya tidak peduli. Saya punya hobi membaca, tetapi pilih-pilih artikel yang ingin saya baca. Menulis, saya belum berani. merangkai kata menjadi kalimat. menautkan kalimat-kalimat menjadi paragraf, adalah pekerjaan “sulit” saat itu (sekarang juga masih juga sih).
Seperti saya ceritakan pada halaman sebelumnya, pada saat Omjay memeroleh anugerah guru paling ngeblog, sebenarnya saya sudah memiliki blog yang berusia tiga tahun. Meskipun di rumah sudah terpasang wifi Telkom membuka blog bukan menjadi kebutuhan. Bahkan, jika kadung signout saya kelabakan mengingat-ingat password yang terpasang. Alamak! Ketika kata sandi ditemukan, gairah membuka blog sudah menghilang.
Belajar Bersama Guru Blogger
Mengapa PGRI beruntung memiliki Omjay, pria yang di rumahnya paling macho dan ganteng itu? Karena guru sebagai anggota PGRI diberi kesempatan untuk belajar menulis. “Menulis itu Gampang,” kata Arswendo Atmowiloto pada salah satu judul bukunya. Namun pada kenyataannya, para guru merasa menulis itu tidak segampang yang dikatakan, termasuk saya. Terbukti blog saya jarang sekali diperbarui. Hingga pada suatu saat, Mas Johan Wahyudi, Sekretaris PGRI Musi Rawas Periode 2015-2020 mengajak saya ikut pelatihan menulis.
Saya tidak pandai menulis, namun Bapak Azwawi, Ketua PGRI Musi Rawas periode sebelumnya, sering meminta saya membuat rilis berita untuk dikirimkan ke koran lokal “Linggau Pos” jika ada even kegiatan yang wartawan lokal tidak sempat meliput. Tulisan “mentah” saya diolah lagi oleh sang wartawan menjadi berita jurnalisme dan kami memperoleh beberapa puluh eksemplar koran tersebut yang memuat berita yang berasal dari tulisan saya.
Mungkin mas Johan tahu bahwa saya memiliki kemauan untuk menulis, ia membagikan tautan grup WA pada akhir bulan Juli 2020. Dengan mengeklik tautan itu otomatis saya masuk dan tergabung di Grup Menulis Gelombang 15. Karena saya tergabung di grup, mau tidak mau saya harus mengenal Omjay yang awalnya saya cuekin. He he he, maafkan saya Omjay ….
Satu demi satu resume latihan saya terbitkan di blog pribadi saya pada waktu itu yaitu susantogombong(.)blogspot(.)com. Satu per satu saya mengenal dan berteman secara virtual dengan para penulis blog. Di antara mereka ternyata banyak yang sudah menerbitkan buku. Saya, tentu saja minder. Rasa rendah diri selalu ada. Rupanya grup menulis Omjay bukan orang yang pelit pujian, kikir sanjungan, melainkan sebaliknya. Bahkan “manto manja” sering saya terima. Manto manja adalah mantap, top, mantul, jos, dan apik acapkali muncul pada kolom komentar.
Serunya Menulis Resume Pelatihan
Mungkin hanya basa-basi, tetapi tidak urung membesarkan hati. Besar hati karena kelihatan bahwa blog kita dibaca orang. Tulisan sederhana kita dibaca orang lain! Salah satu teman satu grup bahkan sering berkomentar “Anda memang beda!”. Beliau adalah ibu Nur Tegal. Apalagi nama anak kami ada yang sama “Rahma”-nya membuat kami terasa semakin akrab. Saya pun bertanya-tanya dalam hati, bedanya di mana? Tidak pernah terjawab karena saya tidak bertanya dengan si empunya kalimat.
Selesai menulis dan memosting, akhirnya menjadi sering mengintip dasbor blogger. Sekedar melihat jumlah pengunjung dan melihat banyaknya komentar. Kadang saya tidur larut malam hingga dini hari, hanya ingin melihat perubahan statistik blog saya. Lesu, jika pengunjung tulisan hanya belasan. Sebaliknya “hidung membesar” jika melihat statistik pengunjung tulisan menembus angka puluhan dan banyak yang singgah untuk berkomentar. O, beginikah dunia blogger?
Dua malam sekali, kami ikuti paparan dari pemateri. Para narasumber hebat yang sesekali membangkitkan semangat. Saya sangat berharap ketika narasumber menjanjikan GA (Give Away) buku hasil karyanya jika resume yang ditulis menarik dan terpilih oleh juri yang terdiri dari sang narasumber dan Omjay sendiri.
Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. dan ibu Dra. Musiin, M.Pd. adalah dua narasumber yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk memiliki cerita bahwa pernah menerima hadiah buku dari menulis resume pelatihan.
Pada blog pribadi saya, link resume untuk ibu Ditta adalah https://blogsusanto.com/2020/09/03/kisah-ditta-menulis-bersama-prof-eko/ sedangkan link resume untuk ibu Musiin adalah https://blogsusanto.com/2020/08/15/gelora-semangat-lahirkan-buku-hebat/.
Sedikit Demi Sedikit, Lama-lama menjadi Buku
Mendapat sertifikat adalah tujuan pengiring setelah kita menyelesaikan sebuah pelatihan. Lazimnya, jika kita rajin mengisi presensi menandakan bahwa kita hadir, mengumpulkan tugas adalah kriteria lumrah seseorang memiliki sertifikat pelatihan. Tetapi tidak untuk peserta pelatihan menulis besutan Omjay ini. Masih ada satu syarat lagi, ia harus menerbitkan buku solo.
Waduh, apalagi ini? Seumur-umur, belum pernah saya menerbitkan buku. Jangankan menerbitkan, tahu caranya saja tidak. Belakangan saya tahu bahwa ini masalah lemahnya literasi saya. Karena menerbitkan buku itu tidak sulit meskipun tidak semudah yang saya duga. Ha ha ha.
Pada pelatihan menulis yang dibidani Omjay bersama PGRI ini bahkan mempersyaratkan itu. Rupanya kegalauan hati saya dan mungkin sebagian besar peserta sudah terbaca dan dibayangkan. Oleh karena itu, penerbit besar yakni Penerbit ANDI dihadirkan sebagai narasumber. Juga pak Raimundus Bryan memberi pencerahan cara menerbitkan resume menjadi buku.
Beruntung (nggak ada apesnya ikut grup Omjay), saya merasa dekat dengan Bu Kanjeng. Sifat keibuan beliau membuat saya tidak sungkan untuk berkonsultasi dan meminta tolong. Akhirnya, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi buku pun terwujud. Sayangnya saya tidak percaya diri untuk berpromosi, karena saya merasa buku itu hanyalah kumpulan resume pelatihan. Atau, ada yang penasaran?
Salam blogger sehat
PakDSus
SDN Mardiharjo, Musi Rawas
#NaskahKeempat
#DariBlogMenjadiBuku
Bacaan Rujukan:
- https://tekno.kompas.com/read/2013/05/29/09472471/omjay.guru.yang.suka.menulis.dan.quotnge-blogquot?page=all.
Curhat sekaligus ungkapan bagaimana penulis berproses dan akhirnya Pede bingit. Mari menulis
Ha ha, ada nuansa curhatnyakah?
Koreksi dikit. Omjay blm menjadi pengurus besar pgri. Hanya membantu pengurus saja sebagai sekjen Ikatan guru tik pgri
Dengan ini saya betulkan dan terima kash koreksinya, Omjay.