Bangkitlah anakku Hari esok masih ada

Terbaru139 Dilihat

34. ​​​​LIKA LIKU JEJAK PERJALANAN 6

Sudah berapa kali Rafa berganti pengasuh yang diambil dari yayasan. Ini untuk pertama kali aku menggunakan jasa baby sitter dari yayasan karena memang terpaksa, tidak ada jalan lain. Untuk cuci strika bisa dilaundrykan, bersih-bersih rumah bisa dikerjakan sendiri atau asisten yang datang harian, tapi untuk urusan cucu dan menemaninya bermain kucoba pakai baby sitter. Baby sitter pertama masih remaja hanya bertahan seminggu lalu menghilang pada malam hari tanpa pamit. Setelah dilaporkan ke yayasan, lalu diganti dengan yang lain tanpa kami memberikan lagi uang tebusan karena ini kesalahan dari pihak baby sitternya. Baby sitter kedua seorang ibu yang sudah setengah umur, sepertinya kurang cocok dengan Rafa karena Rafa bukan bayi lagi. Dia butuh teman yang bisa ngajak bermain di lapangan atau bercanda dalam memainkan permainan-permainan yang ada, sedangkan ibu pengasuhnya agak pendiam dan kurang lincah sehingga sering bikin Rafa marah. Setelah 3 bulan pengasuh ini dikembalikan ke yayasan dan minta ganti yang masih muda, dan harus memberikan uang tebusan lagi.Yang ketiga ini sepertinya agak cocok dengan Rafa, agak sabar dan telaten, lincah ngajak Rafa bermain. Tetapi setelah 6 bulan ditarik oleh yayasan mungkin dengan membujuk baby sitter iming-iming gaji lebih besar, lalu dioper ke orang lain dengan tebusan baru. Dengan demikian kami harus menebus orang barulagi. Wah, baru tahu begini rupanya trik-trik yayasan yang mensuply baby sitter, tanpa mempertimbangkan anak baru mulai lengket dan kalau harus ganti mulai adaptasi lagi dan belum tentu cocok. Sepertinya tidak ada hak untuk user/pengguna/majikan untuk mempertahankan baby sitter meskipun sudah cocok.

Dalam kondisi demikian, urusan Rafa, Kahfi dan rumah tangga terjadi sedikit kekacauan dan kebingungan. Untung aku mempunyai seseorang yang baik hati dan sabar, selalu bersedia membantu dan bisa kupercaya. Gina berasal dari kampungku ikut aku sudah sejak masih belum berkeluarga, sekolah dan kemudian bekerja di sekolahku. Dia tahu tentang riwayat Kahfi sejak awal. Meskipun sekarang Gina sudah berkeluarga dan punya anak-anak, tetap menjadi tempat aku mendiskusikan berbagai masalah baik urusan pekerjaan maupun pribadi. Rafa lalu dititipkan di rumahnya beberapa hari bermain dengan anak-anaknya karena aku bingung dan kondisi kurang sehat. Rafa yang sudah bisa bicara dalam kondisi kesehatan masih belum stabil, dan makan minum masih susah, sering bertanya.

“mama kemana..?”

“ ke kalimantan, anak soleh sayang nenek, yuk kita lihat keluar tuh banyak burung Rafa 30 ekor, mereka manggil-manggil Rafa tuh dari tadi.”

“ngapain ke kalimantan…?”

“katanya kerja, nenek gak tau karena jauh… ayo anak soleh.”

“kok lama ya..?”

“iya….sayang nenek.”

Covid datang masa Pandemi dimulai, Rafa sudah beberapa hari sakit, aku sangat khawatir. Kuberitahu Yenny dan kukirim tiket untuk datang nengok Rafa. Rafa dibawa ke rumah sakit di infus dan diobservasi, kemudian diperbolehkan pulang. Pada saat di rumah sakit itu Yenny datang, menginap hanya 3-4 hari lalu pergi pada saat Rafa sedang tidur, nampaknya dia sudah sangat sibuk dengan dunianya sendiri. Aku sedih melihat Rafa menangis mengejarnya ke arah jalan ketika tahu Yenny pergi meninggalkannya. Aku sudah tidak berharap lagi. Dalam hatiku berkata, jangan pernah lagi memesankan Heny datang ke sini lagi.

Aku terus berusaha mencari dua orang anak tamat SMA/SMK di kampung yang ingin nyambung sekolah ke Jakarta, yang orang tuanya tidak mampu. Kalau mau ikut akan kusekolahkan, tetapi bersedia membantu pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak/cucu usia 4,5 tahun. Sistem saling bantu seperti ini sebenarnya sudah sejak lama kujalankan. Tidak pernah putus per dua orang. Sebelum dua orang tamat dari sekolahku, aku sudah mulai mencari 1-2 orang yang lain. Kemaren itu terpaksa pakai baby sitter karena satu orang yang masih ikut denganku tiba-tiba bilang mau menikah hampir berbarengan dengan perginya Yenny, sehingga belum sempat dapat yang baru. Alhamdulillah… dalam situasi kepepet Allah selalu memberikan pertolongan, atas bantuan Gina ada dua orang dari kampung yang bersedia datang. Minimal selama tiga atau empat tahun Rafa ada yang menemani dan ada mengurus urusan rumah tangga kami bertiga. Masalah mereka berasal dari pelosok kampung belum pernah keluar kampung atau ke kota dan belum tahu apa-apa urusan anak dan rumah tangga, akan kuajari mereka secara intensif.

Masa pandemi banyak membawa musibah, yang sakit, meninggal, banyak teman berguguran. Dosen, guru, mahasiswa banyak yang kena bahkan beberapa meninggal. Hari demi hari yang menjadi pembicaraan dan yang dipikirkan berkisar pada PPKM. Prokes 5 M, swab – berobat isoman– dirawat – meninggal. Di setiap grup WA hampir tiap hari ada berita meninggal. Innalillahi wainnailaihirajiuun..turut berduka cita sedalamnya. kata-kata ini yang tadinya jarang diucapkan, saat itu menjadi sering. Akhirnya akupun kena pada saat covid mulai agak mereda yaitu Juli tahun 2021. Alhamdulillah.. setelah mengalami gejala-gejala covid pada umumnya dan isoman, hasil swabpun negatif. Belakangan masa covid mulai mereda perlahan-perlahan.

Kondisi Rafa mulai stabil bersama kedua pengasuhnya dalam pantauan dan pengarahanku dan juga Gina. Mereka sudah terbiasa bermain di lapangan, outbond, ke time zone mall. Hampir setiap dua minggu  diajak jalan-jalan bergantian ke puncak, ke anyer, TMII, ragunan, ancol, monas, istiqlal, meikarta, kos Bwh, dan juga naik kereta Parung Panjang dan ke Bandung. Berat badan Rafapun ditimbang setiap minggu, mulai meningkat stabil. Perilaku marah-marah dulu sudah jarang atau tidak pernah lagi. Sudah dua tahun ini Rafa tidak pernah lagi menanyakan mamanya. Kalaupun kudengar ada sekali-sekali Yenny menelpon Kahfi menanyakan Rafa, tapi kata pengasuh Rafa tidak menunjukkan kerinduan bahkan cuek. Rafa nampak sudah lengket senang dan asyik bermain kesana kemari dengan kedua pengasuhnya. Terlihat enjoy mengikuti less bimba, less renang, les taekwondo, tubuhnya padat berisi, berani dan rajin sholawatan pakai mikropon di masjid sekolah. Tak terkirakan rasa syukur dan bahagiaku melihat Rafa sehat pintar dan ceria….

Namun kondisi Kahfi masih belum stabil dan belum mandiri, masih fluktuatif meski terlihat grafiknya tidak setajam dulu. Namun karena aku sudah mengetahui seluk beluk penyakit ini aku tetap bersabar dan terus berikhtiar semaksimal kemampuanterutama menjaga jangan sampai obatnya tertib diminum. Ada beberapa kali Kahfi bilang.

“bu, Kahfi kayaknya mau mulai kerja lagi seperti dulu.”

“alhamdulillah.. kalau Kahfi sudah merasa PD dan timbul semangat lagi, ibu senang, nanti diatur yang penting ada kegiatan positif Kahfi mengisi hari-hari.” jawabku

“tapi nanti dulu deh, pikir-pikir dulu, kuatir nanti stres dan down lagi.” katanya

“Iya stabilkan dulu Kahfinya, kalau Kahfi sudah stabil dan recovery, nanti pelan-pelan kerja lagi, mengajar atau ikut kegiatan sekolah lainnya.”

Tinggalkan Balasan