(Dok: ekbis.sindonews.com)

Bekerja merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan, karena dengan bekerja akan mendapatkan penghasilan sehingga mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selama bekerja, berbagai fasilitas akan didapatkan selama berkarier; gaji, insentif, THR, jaminan kesehatan, tunjangan transportasi, pelatihan pengembangan diri, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam bekerja akan terjadi regenerasi sumber daya manusia sebagai pergantian posisi dalam pekerjaan. Setiap orang pasti akan mengalami masa yang tidak bisa dipungkiri dan bersifat alami yakni masa tua.

Ketika usia semakin bertambah, hal yang pasti akan dialami adalah akan kehilangan pekerjaan, sehingga segala fasilitas yang didapatkan sebagian besar harus dikembalikan ketika posisi telah digantikan oleh generasi baru. Hal ini adalah proses alamiah yang pasti terjadi dalam dunia pekerjaan, yang lebih dikenal dengan istilah pensiun. Masa pensiun, kadang merupakan masa yang cukup memprihatinkan, karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun. Dampak yang sering muncul saat pensiun adalah sebagai akibat ketidak siapan seseorang menghadapi pensiun.

Masa pensiun merupakan akhir dari pola hidup seseorang dalam dinas, atau dapat pula disebut sebagai masa transisi ke pola hidup yang baru. Setelah memasuki masa purnabakti atau pensiun, rutinitas yang dijalani sehari-hari selama bertahun-tahun, akan berubah. Pola pikir yang tadinya sehari-hari dari pagi siap-siap ke kantor, kemudian sore pulang, itu harus diubah. Hal rutinitas ini akan hilang semuanya dan kita masuk kepada rutinitas yang baru. Dukungan dan pengertian dari orang-orang terdekat, khususnya keluarga akan sangat membantu pensiunan dalam menyesuaikan dirinya sehingga membangkitkan kembali semangat serta rasa percaya dirinya dalam menghadapi realitas kehidupan.

Pensiun adalah status seorang pegawai yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya telah mencapai masa pensiun yang ditetapkan perusahaan. Seseorang yang pensiun biasanya mendapat hak atas dana pensiun. Cara pembayarannya ada beberapa model. Ada model pembayaran tiap bulan sampai meninggal, bahkan ada yang berlanjut pada pasangannya, kemudian berlanjut lagi pada anak bungsu sampai usia tertentu (TNI, POLRI, PNS). Ada yang dibayarkan sekaligus (seperti pesangon), ada juga kombinasi sebagian tunai dan sebagian lagi dibayarkan bulanan (sampai dananya habis).

Ketika masa pensiun datang, banyak orang yang berpikiran bahwa memasuki masa pensiun kehidupan akan berubah menjadi suram. Kita tidak bisa lagi bertemu dengan teman-teman di kantor, tidak bisa lagi berseragam rapi, tidak lagi memegang kekuasaan atau tidak lagi dianggap produktif (post-power syndrome), dan kondisi kesehatan yang semakin menurun seiring dengan pertambahan usia. Seseorang yang memasuki masa pensiun akan mulai bingung mengira-ngira akan seperti apa kehidupan setelah memasuki masa pensiun.

Memasuki masa pensiun adalah hal yang biasa dalam perjalanan karier seorang pegawai. Memasuki masa pensiun adalah pasti akan dialami semua pegawai yang bekerja terus menerus sampai memasuki usia pensiun tersebut. Memasuki masa pensiun adalah pasti akan mendapatkan sejumlah uang.

Yang tidak pasti adalah bagaimana perasaan kita pada saat masa pensiun tersebut tiba gilirannya pada kita. Ada yang merasa takut, kemudian membayangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Membayangkan apa yang hilang saat kita pensiun. Suatu kenyataan, saat kita pensiun kita akan kehilangan fasilitas, citra, penghasilan tetap, pekerjaan dan otoritas.

Sebetulnya kita tidak perlu takut kalau kita punya falsafah berfikir bahwa masa kerja itu diibaratkan seperti sedang membaca buku. Setebal apapun buku yang kita baca, pasti ada lembar terakhir. Selama apapun kita bekerja, pasti ada saatnya akan berakhir. Setinggi apa pun pangkat dan jabatan kita, ada saatnya pensiun. Bahkan superhero seperti Superman, Batman, Iron Man, Captain America, Spiderman, Wonder Women, dan Hulk pun akan pensiun. Setiap pegawai yang telah mengabdi akan mencapai pensiun atau purnatugas sesuai dengan batas usia pensiun.

Jadi kita tidak perlu takut karena kita masih memiliki diri kita, jejaring, aset fisik dan non fisik, uang pensiun, dan waktu yang bebas. Kita masih punya pilihan karier kedua. Beberapa pilihan karier kedua setelah pensiun antara lain menjadi pekerja sosial, menjadi investor, menjadi pengusaha, pekerja freelance dan karyawan tidak tetap. Kita bisa melakukannya disesuaikan dengan minat dan kemampuan kita.

Saat saya menulis artikel ini saya belum pensiun, akan tetapi masa pensiun saya tinggal hitungan bulan. Untuk itu saya sudah mendapat pembekalan dari perusahaan tempat saya bekerja sehingga pada waktunya tiba, saya sudah siap. Salah satu persiapan saya adalah rajin menulis.

Saya sudah menyelesaikan menulis sebuah buku dan sudah diterbitkan. Semakin aktif menulis di Kompasiana dan sudah dua kali mendapat K-Rewards. Sekian tulisan tentang perubahan pola pikir menghadapi masa pensiun. Semoga bermanfaat bagi anda para pembaca agar terbebas dari rasa takut sehingga tetap sehat, aktif dan dapat menikmati kebahagiaan.

Tinggalkan Balasan