Suatu kebanggan yang luar biasa bagi atlet yang diberi kepercayaan oleh negaranya untuk tampil di arena Olimpiade. Begitu pula bagi atlet Indonesia, walaupun untuk meraih medali di arena Olimpiade bagaikan mimpi.
Agar bisa tampil dalam gelaran kegiatan multievent paling bergengsi ini, seorang atlet harus melewati rangkaian kualifikasi. Atlet yang pernah tampil pada ajang olimpiade akan mendapat julukan Olympian.
Untuk cabang olahraga tinju, Indonesia telah berhasil menempatkan 17 petinju terbaiknya masuk dalam daftar peserta olympiade sejak Indonesia pertama kali ikut serta di ajang Olimpiade pada tahun 1952 sampai dengan olimpiade Tokyo 2020 setelah melewati rangkaian kualifikasi.
Olympian Indonesia tersebut adalah Ferry Moniaga, Wiem Gommies, Syamsul Anwar Harahap, Frans van Bronskhorst, Johni Asadoma, Ilham Lahia, Hendrik Simangunsong, Alberth Papilaya (Alm), La Paene Masara, Hermensen Ballo, Nemo Bahari, Bonyx Saweho, Alexander Wassa, Fransisco Lisboa, Johnny Bolang, Salek Mahju, dan Oei Hok Tiang.
Dalam tulisan ini, saya akan menuliskan sepak terjang Olympian Indonesia dalam cabang olahraga tinju. Diawali dengan Ferry Moniaga, Olympian berdarah Minahasa kelahiran 4 September 1949 di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Ferry Moniaga merupakan salah satu petinju amatir terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Prestasi hebatnya sangat konsisten, bertahan selama sekitar 15 tahun di even bergengsi dengan level nasional maupun internasional. Kejuaraan di level nasional yang pernah diikuti antara lain Sarung Tinju Emas, dan Kejurnas. Kejuaraan di level internasional yang pernah diikuti antara lain SEA Games, Kejuaraan Asia, Asian Games hingga Olimpiade.
Untuk level Nasional, Ferry Moniaga yang dibesarkan di Bali itu, sejak tahun 1970-1980 Juara Kelas Bantam Nasional. Level Sea Games, tahun 1977 di Kuala Lumpur, Malaysia meraih medali perunggu.
Level kejuaraan Asia, tahun 1970 di Bangkok, Thailand meraih medali perunggu Asian Games. Tahun 1971 di Teheran, Iran meraih medali perunggu Asian Championship. Tahun 1974 di di Teheran, Iran meraih medali perunggu Asian Games. Dan tahun 1980 di Bombay, India meraih medali emas Asian Championship.
Level Olimpiade, satu kali tampil (1972 di Munich, Jerman) dengan prestasi lolos ke perempat final. Level turnamen terbuka bergengsi seperti Pesta Sukan di Singapura, Marcos Cup di Filipina, Ali Jinah Cup di Pakistan, French Open di Prancis, Inter Cup di Jerman dan Chung Hwa Cup di Taiwan dengan prestasi meraih medali emas, perak, atau perunggu.
Di Arena Olimpiade Munich 1972, di babak pertama yang digelar tanggal 27 Agustus 1972, Ferry Moniaga mendapat bye dan lolos ke babak kedua. Di babak kedua yang digelar tanggal 30 Agustus 1972, Ferry Moniaga menang angka 5-0 atas Rene Silva dari Nicaragua dan lolos ke babak ketiga.
Di babak ketiga yang digelar tanggal 2 September 1972, Ferry Moniaga menang angka 4-1 atas Joe Destimo dari Ghana dan lolos ke babak perempat final. Di babak perempat final yang digelar tanggal 6 September 1972, Ferry Moniaga kalah angka 0-5 dari Petinju Cuba Orlando Martinez yang akhirnya merebut medali emas.
Meskipun gagal meraih medali, Ferry kemudian terpilih sebagai petinju Asian All Stars. Ada 12 petinju Asia yang terpilih untuk melawan petinju AS di Nevada. Di sini Ferry naik ring tiga kali, semuanya berhasil dimenangi. Di California Open, dia meraih gelar juara.
Setelah pensiun, Ferry Moniaga masih tetap berkarya pada olahraga tinju dengan menjadi pelatih tinju (amatir) hingga kini.