Abraham Raubun
Tercerahkan oleh kegigihan seorang pegiat literasi yang berbagi pengalaman menulis dalam kehidupannya lewat suatu acara webinar,sebagai seorang penulis pemula, saya semakin bersemangat untuk menelusur dan menggeluti tentang dunia tulis menulis.Apalagi ketika sang narasumber DR.Alfian Jamra dari Sumatera Barat mengutip beberapa alasan menulis. Rupanya beliaupun tergerak dan termotivasi ketika mengetahui lewat berbagai buku yang dibacanya bahwa para pemimpin bangsa perintis kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tokoh-tokoh terkenal lainnya adalah juga penulis buku yang handal. Bung Karno, Bung Hatta, RA.Kartini, Buya HAMKA, Muhammad Yamin, Sutan Syahrir daan ribuan lagi tokoh terkenal, semua buku yang mereka tulis sudah menyebar ke berbagai belahan dunia membuka wawasan dan menggugah perasaan serta memotivasi ribuan pembacanya.
Ada lagi hal menarik yang disampaikan Uda Alfian ini. Ia mengutip kata-kata bijak dari tokoh-tokoh luar biasayang menginspirasi beliau untuk bergiat dan menggeluti kancah dunia tulis menulis. Beliau mengutip beberapa kata bijak diantaranya nasihat lama yang berbunyi”Jangan melihat apa yang dikatakannya, tapi lihat apa yang ditulisnya. Kata bijak lain dari Ali Bin Ali Thalib yang mengatakan “semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimudi akhirat nanti”. Sedangkan Imam Al Ghazali menasihatkan “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Bahkan Napoleon Bonaparte seorang Panglima Besar Militer Kerajaan Perancis, setelah berhasil memimpin pasukannya memenangkan beberapa peperangan, dipilih sebagai Kaisar Perancis oleh rakyatnya pada tahun 1804, pada masa kejayaannya yang terkenal itu mengakui bahwa ia lebih takut kepada mereka yang memegang pena dari pada sepasukan tantara yang bersenjata lengkap. Dalam hal ini ia ingin mengatakan bahwa seorang penulis memiliki kekuatan dan ketajaman kata-kata yang dituliskan yang lebih membahayakan dan dapat meruntuhkan atau menggulingkan kekuasaan pemerintahan seorang kaisar, melebihi sepasukan tentara bersenjata lengkap.
Lalu apa kata Stephen King tentang bagaimana untuk menjadi seorang penulis. Tak lain dan tak bukan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktikkannya. Sedangkan Kuntowijoyo melontarkan syarat untuk menjadi seorang penulias hanya ada tiga syarat yaitu “memulis, menulis dan menulis”
Memang sang narasumber yang berbagi pengalaman ini sudah memiliki kemauan keras untuk menulis sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Bahkan ketika suatu waktu mendapat hadiah dari suatu lomba menulis, tidak seperti anak-anak sebayanya yang akan menggunakan uang yang didapat untuk membeli mainan lain atau sepeda dan sebagainya. Alih-alih membeli benda-benda semacam itu, ia membelajakan uangnya untuk membeli satu mesin ketik. Dengan mesin ketik inilah ia bertambah giat untuk menulis, menulis dan menulis. Kapanpun, di manapun dan tentang siapa serta apapun yang terjadi di sekitarnya tak luput dari catatan penanya. Menulis itu memang harus bermula dari kemauan keras untuk membiasakan diri yang seiring dengan berjalannya waktuakan menjadi suatu kebiasaan. Ibarat kata pepatah “alah bisa karena biasa”
Rasa penasaran yang besar akhirnya mendorong saya berupaya keras menyelami makna menulis. Saya menemukan suatu catatan dalam literatur yang cukup sederhana. Menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara, itulah makna atau arti menulis. Menulis biasa dilakukan pada media kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil, mesin ketik yang sekarang sudah berganti dengan computer, hand phone atau telepon genggam. Ada juga yang mengatakan menulis itu menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang bdalam bahasa yang dipahami oleh orang lain. Ada pula yang mengemukakan bahwa menulis itu memberikan gambaran visual tentang pikiran, dan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis demi kepentingan komunikasi ataumenyampaikan isi pesan. Memiliki kemampuan menulis memungkinkan kita mengkomunikasikan ide, penghayata dan berbagai pengalaman kepada orang lain.
Suatu tulisan mengandung makna atau arti yaitu hubungan lambing atau symbol bunyi dengan acuannya. Di dalamnya ada tujuan atau niat penulis sebagai respondari suatu rangsangan atau stimulus dari lingkungan. Respon ini merupakan hasil belajar dan persepsi yang didapat dari hasil interaksi dalam berkomunikasi. Menulis dapat menjadi aktivitas yang menyenangkan bahkan melegakan perasaan. Karena apa yang terpikirkan, apa yang dirasakan menjadi suatu kegelisahan yang menyesakkan perasaan dapat tersampaikan atau tersalurkan lewat tulisan atau menulis. Suatu tulisan ibarat ujaran manusia yang mengandung makna seutuhnya mengungkapkan apa yang jauh terpendam dalam sanubari yang kemudian dapat dipahami maknanya oleh pembaca. Keutuhan makna ini merupakan paduan dari aspek pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone) dan amanat (intention). Jika pembaca tulisan dapat memahami aspek itu dalam seluruh konteks maka terjalinlah komunikasi antara sang penulis dan sang pembaca, dan itulah komunikasi yaitu kesamaan makna antara penulis dan khalayak pembacanya.
Dalam menulis melibatkan cara berpikir yang tertatata karena menggambarkan adanya kesatuan gagasan, penggunaan kalimat yang jelas, paragraph yang tersusun dengan baik, penerapan kaidah ejaan yang benar serta penguasaan kosa kata yang memadai. Jadi menulis itu dapat dikatakan suatu proses kegiatan yang mengandung unsur-unsur yang saling berhubungan, sehingga menjadi satu kesatuan yang memiliki alur yang dapat dipahami oleh para pembacanya. Rumit sih mungkin tidak, tetapi memerlukan ketekunan yang didukung oleh banyaknya membaca. Ada pepatah asing yang mengatakan “If you do not read, you can not write”. Dengan demikian membaca dan menulis adalah dua sejoli yang sehidup semati dan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Menulislah, karena dengan menulis kita dapat memetik banyak manfaat. Kita dapat mengenali potensi diri utamanya yang berkaitan dengan hal yang kita tulis. Ketika ingin mengembangkan wawasan, menulislah karena dari situ wawsan menjadi luas, kemampuan berfikir meningkat dan secara obyektif dapat menilai gagasan diri sendiri. Banyak lagi manfaat yang dapat dipetik seperti membiasakan diri berfikir dan berbahasa secara tertib, menambah kosa kata, dan sebagainya. Kemampuan menulis ini tidak hanya terbatas pada orang yang berbakat saja ternyata, tetapi dapat dimiliki oleh semua orang, siapa saja dari berbagai kalangan. Meskipun setiap orang menuangkan isi hatinya ke dalam suatu tulisan akan berbeda-beda dipengaruhi oleh latar belakang penulis sehingga membedakan juga mutu atau tulisan setiap penulis.
Menulis mempunyai tujuan antara lain memberitahukan atau menjelaskan sesuatu, meyakinkan atau mendesak untuk meyakinkan pembaca benar sehingga penulis mengharapkan pembaca mau mengikuti apa yang dikehendalki penulis. Selain itu
Di akhir tulisan ini saya mengutip salah satu kata-kata bijak yang lain dari Napoleon Bonaparte berikut ini:
“Once you have made up your mind, stick to it; there no longer any if or but” (Setelah anda menetapkan keputusan, tetaplah pada keputusan tersebut, tidak ada lagi “jika’ atau tetapi”). Kini keputusan itu sudah bulat dengan tekad yang kuat untuk memegang teguh niat “menulis, menulis dan menulis”.