DIARY FEBRUARI 2021, HARI KE 9
EDUCATIONAL SUPERVISION
Ditulis: Rince Wiki Utami
NPA: 10080200549
“Selasa pagi ini saya kunjungi kelas mana bunda Tina?” tanya ku kepada wakakur saat bertemu di koridor depan kantor.
“Kelas IV B bun, lima menit belas lagi waktunya, setelah itu kemarin yang mengajukan kesiapan disupervisi kelas III A dan II C.” terang bunda Tina seraya memberikan jadwal supervisi hari itu. Saat pandemi supervisi dilakukan dengan ikut dalam ruang zoom kelas.
Ya, sekolah kami terbiasa guru mengajukan kesiapan kelasnya untuk disupervisi. Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah maupun oleh guru senior yang sudah diamanahkan untuk bertugas membantu melakukan supervisi, tentunya sudah diberikan pedoman terlebih dahulu.
Wakakur (wakil kepala bagian kurikulum) dan wakasis (wakil kepala bagian kesiswaan) juga terlibat aktif mensupervisi rekan-rekan guru. Biasanya setelah supervisi, diadakan observasi kelas. Masing-masing kelas satu level melakukan kunjungan observasi.
Artinya guru saling mengobservasi kelas satu level dan mendiskusikan hasil observasinya. Dengan tujuan saling support dan memperbaiki bila ada temuan di masing-masing level.
Hasil temuan dilapangan kita jadikan bahan diskusi untuk perbaikan mencari solusi apakah harus diadakan pelatihan atau lainnya terhadap kendala yang dihadapi para guru-guru.
Strategi RAMPES yang dikembangkan disekolah menghendaki adanya diskusi merencanakan dengan matang sebelum aksi. Sesuai urutan kegiatan yaitu Rencanakan-Aksi-Memonitor dan observasi-Publikasi-Evaluasi dan reward-terakhir Soliditas.
Kegiatan supervisi merupakan kegiatan memonitor dan observasi sejauh mana pembelajaran dilaksanakan. Termasuk memonitor proyek yang sedang dijalankan. Apakah sudah sesuai perencanaan ataukah ada kendala. Apakah kendalanya menyeluruh atau individual follow up nya akan berbeda.
“Bunda boleh saya tanya?” tiba-tiba bunda Anin bertanya, beliau adalah staf tata usaha di sekolah kami yang menyiapkan berkas-berkas supervisi.
“Iya bun, ada apa?” jawabku pelan sementara bola mataku terus membaca rencana pelaksanaan pembelajaran guru yang akan Aku supervisi pagi ini.
“Bunda jadwalnya padat masih juga sempatkan supervisi guru, memang apa manfaatnya bun? Serahkan saja semua ke guru senior… bisa kan, bukankah mereka bisa dipercaya?” dengan suara pelan seakan hati-hati bunda Anin bertanya kepadaku.
Pertanyaan bunda Anin diluar dugaanku, mungkin melihat aktifitasku yang padat sehingga muncul pertanyaan demikian. Aku pun melihat ke bunda Anin mencoba menyelidik arah pertanyaannya.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang tadi sedang dibaca kuletakkan dimejaku dan berjalan ke arah meja bunda Anin yang memang satu ruangan dengan kantorku. Diruanganku ada 2 orang staf, tata usaha dan bendahara sekolah.
“Untuk menjawab pertanyaan bunda, harus diketahui dahulu apa itu supervisi, tujuan supervisi, manfaat supervisi dan pendekatan supervisi, bisa dijelaskan sebelum saya masuk kelas nih…singkat saja ya..” seruku bersemangat.
Supervisi
Supervisi adalah aktivitas dan kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh seorang profesional untuk membantu guru dan tenaga pendidikan lainnya dalam memperbaiki bahan, metode dan evaluasi pengajaran dengan melakukan stimulasi, koordinasi dan bimbingan secara kontinyu agar guru menjadi lebih profesional dalam meningkatkan pencapaian tujuan sekolah.
Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris yaitu supervision yang artinya pengawasan, pemeriksaan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, antara lain: pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi.
Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekadar pengawasan fisik terhadap fisik material.
Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar , pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya.
Kegiatan supervisi bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar mengajar. Kegiatan utamanya adalah membantu guru, tetapi dalam konteks-nya yang luas menyangkut komponen sekolah yang lain, karena guru juga terkait dengan komponen tata usaha, sarana, lingkungan sekolah, dan lain-lain.
Tujuan Supervisi, diantaranya:
- Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
- Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) di antara guru.
- Membantu guru memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar mengajar.
Sedangkan fungsi supervisi adalah untuk penelitian, penilaian, perbaikan dan pembinaan, Meneliti misalnya sebagian besar siswa bermasalah di matematika, apakah disebabkan tidak memiliki buku, cara mengajar guru yang kurang diminati siswa, penggunaan media yang kurang tepat, metode mengajar yang menjemukan, dll.
Kemudian dilakukan penilaian sejauh mana capaian hasil belajar, kemudian dilakukan perbaikan bila sudah diketahui akar masalahnya berikutnya dilakukan pembinaan terhadap guru tersebut.
Pendekatan dalam Proses Pembinaan
Menurut Sahertian (2000), terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam supervisi, yaitu pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan pendekatan kolaboratif. Adapun penjelasan ketiga pendekatan supervisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan direktif (langsung)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behavioristis.Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/stimulus. Pengarahan langsung bisa efektif bisa juga berdampak kurang berkenan terhadap arahan supervisor, baiknya melihat kondisi yang ada lebih dahulu.
2. Pendekatan non-direktif (tidak langsung)
Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik yang sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru.
3. Pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru.
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.
“Cukup penjelasannya ya, bunda ning.. sudah bisa difahamikah? Kenapa supervisi menjadi penting buat saya sebagai kepala sekolah.” Jawabku menutup pembicaraan kami.
“Iya bun.. sudah jelas, terima kasih bunda..” jawab bunda ning sambil gerakan tangannya menunjuk kearah jam di dinding.
Ya sudah waktunya melakukan supervisi. Aku pun menghampiri meja tempat dudukku dan membuka laptop bersiap memasuki ruang zoom yang sudah disiapkan oleh bunda guru.
Sebenarnya masih banyak bahasan yang terkait dengan supervisi karena diburu oleh waktu untuk segera masuk kelas, jadi yaa… singkat saja penjelasannya. Kapan-kapan bisa disambung lagi, gumamku.
Supervisi bisa dilakukan sepanjang tahun. Sekolah kami bisa dilakukan sedikitnya 4 kali supervise untuk masing-masing guru. Tergantung kesiapan guru untuk disupervisi. Diharapkan dari supervise yang pertama hingga ke 4 terdapat peningkatan proses pembelajaran guru.
Sebelum dilakukan penilaian kinerja guru (PKG) pada bulan Oktober-Nopember, diharapkan perubahan signifikan terlihat dari guru yang sudah disupervisi. Sehingga hasil supervisi guru di saat PKG mendapatkan hasil yang memuaskan.
Supervisi Pendidikan tentunya dapat merubah atau meningkatkan kualitas pembelajaran, pemilihan metode, media pembelajran, pendekatan pembelajaran yang tepat untuk ketercapaian pembelajran yang maksimal
Paradigma guru yang takut dan tertekan saat akan di supervisi menjadi perhatian tersendiri. Mungkin ada yang salah dalam pendekatan sosialisasi tentang supervise. Supervisi menjadi semacam alergi bagi Sebagian guru yang terkadang kambuh saat akan di supervisi.
“Peningkatan kualitas guru berbanding lurus dengan berfungsinya proses pembinaan para guru, Karakter baik yang rutin dilaksanakan menjadi habit atau pembiasaan yang baik pula.”- Bunda Rince W Utami.
Bekasi, 9 Februari 2021
Salam Literasi. Semangat menulis dan menginspirasi
https://www.kajianpustaka.com/2019/06/supervisi-pendidikan.html
terima kasih
Terbuka lagi wawasan saya perihal supervisi
Terimakasih Bu RW