Diary February, Hari ke1

Edukasi80 Dilihat

DIARY FEBRUARI 2021

PERSIAPAN GURU

Bab I. Pekan Pertama Rencanakan dan Persiapkan

Senin membuka hari efektif biasanya dengan upacara bendera, sejak pandemi hal itu tidak dilakukan. Hanya guru yang bertugas menaikkan bendera di hari senin dan sabtu menurunkannya untuk kemudian di cuci. Meski demikian tidak menyurutkan guru yang bertugas di hari Senin untuk tetap datang pagi dan bersemangat hadir ke sekolah. Sebagian guru WFH bukan karena sakit tapi memang kami ada jadwal WFO (Work From Ofice) dan WFH (work from home).

Hari ini seperti biasa Aku datang dan berkeliling sekolah, sambil memeriksa keadaan dan kondisi areal sekolah termasuk taman sekolah, pohon bunga, tanaman liar sampai pohon buah yang sedang berbuah apa saja. Penjaga kebun sekolah sedang bertugas memangkas, merapihkan tanaman pucuk merah saat saya datang mendekat. 

“Sampurasun…” sapaku, “Rampes.. ” jawab Mang Sarin spontan. 

“Sehat Mang Sarin? Itu buah apa mang? bisa dimakan?” tanyaku sambil menunjuk kepohon dengan buah merah kecil yang sedang belajar berbuah… he he.. ya pohon juga belajar loh..

“Alhamdulillah sehat bunda Tami.. oh itu buah lengkeng bun, memang sedang belajar buah jadi masih kecil-kecil dan sedikit buahnya, nah kalau matoa ini sudah beberapa kali berbuah jadi sekarang sudah banyak buahnya.” Mang Sarin langsung menjelaskan buah yang dimaksud.

“Bukan yang kuning Mang, itu loh.. yang buahnya warna merah, saya kok baru lihat kali ini ya?” Aku pun berjalan mendekati pohon dan memegang buah merah tersebut.

“Oh.. yang itu saya juga tidak tahu bun, pohon ini bunda yang bawa dari Mekar Sari waktu sekolah Fieidtrip tahun lalu.” Mang Sarin mengingatkan saya, tapi saya tidak ingat pohon apa itu.

“Ya sudah nanti saya cari tahu deh.. terima kasih sudah merawat pohon-pohon dengan baik ya mang… in syaa allah buahnya akan banyak nanti..,” lanjutku memberi semangat Mang Sarin. “aamiin..” spontan Mang Sarin menjawabnya.

“Saya lanjut ke kantor ya Mang, seruku sambil berlalu merapatkan kedua telapak tangan di dada, “Iya, semoga bunda Tami sehat selalu.. aamiin..” seru Mang Sarin ramah membalas setangkep tangan di dadanya. 

Sekolah kami luas seluruhnya sekitar 4500 meter persegi. Harus melewati beberapa ruang kelas lantai satu dan ruang guru untuk sampai ruang kantor, suasana terlihat sepi. Di depan ruang kantor sudah menunggu seseorang, saya pun mendekat dan mengucapkan salam seorang muslim dan sapaan sunda tentunya.

“Sampurasun…” sapaku cukup jelas terdengar meskipun tidak keras. “Rampes..” jawab seorang ibu, Aku pun lanjut bertanya, “bunda sedang menunggu siapa? sudah janjian sebelumnyakah?” 

“Iya bunda Tami, saya sedang menunggu yanda Asep dan sudah janjian sama beliau bun..” terang ibu yang sedang menunggu pak guru kami.

“Oh ya, yanda Asep hari ini jadwal WFO, ditunggu saja ya bun mungkin sedang di jalan. Saya permisi masuk ke dalam ya bun.” lanjutku dengan senyuman hangat. “Iya, silakan bunda..” jawab bunda yang ternyata orang tua wali santri kami kelas 3 murid yanda Asep.

Masuk ruang kantor terlihat 2 orang bunda sudah menunggu dikursi tamu dengan duduk berjarak, Aku pun mengucapkan salam, “Assalamua’laikum..” sapaku dengan riang, “Waa’laikumussalam..” jawab dua bunda guru bersamaan.

“Sampurasun…” sapaku lagi. “Rampes jawab bunda guru kompak. “Ada apa bunda Nila?” tanyaku. “Ini bun saya antarkan bunda Cahya untuk bertemu bunda Tami, katanya ada yang ingin ditanyakan.” jawab bunda Nila seraya menggerakkan telapak tangan ke arah bunda Cahya.

“Ooh bunda Cahya, pengganti sementara bunda Ratih yang sedang cuti melahirkan ya? ada pertanyaan apa bunda?” sahut ku penuh ingin tahu. “Emm…emm.. maaf bunda.. ini.. mau tanya…” terbata-bata bunda Cahya memulai untuk bertanya.

“Iih senyum atuh..” jawabku memecah suasana. “Guru itu kalau sudah masuk gerbang sekolah harus pasang senyum, senyum untuk semua orang bukan hanya untuk anak-anak dikelasnya. Dengan senyum kita akan siap bertemu dengan siapapun, siap menemui masalah apapun baik yang datang dari anak-anak, rekan kerja, penjaga, termasuk kepala sekolah. 

Masalah jangan di cari ya.. tapi kalau ada juga jangan lari, temui dan atasi! nama ibu, bunda Cahya, kan.. dari namanya sudah indah jadi harus ada senyum agar lebih bercahaya” terangku panjang lebar dengan keramahan khas ciriwisku mulai keluar. 

“Ini bunda… saya ingin tahu kenapa bunda dan teman-teman di sini selalu ucapkan kata yang sama saat bertemu? itu loh bun… sampurasun…” dan di jawab, “rampes..” tanya bunda Cahya sudah lancar dengan senyuman.

“Nah begitu bun, senyumkan tambah cantik dan percaya diri…betul, kan bunda Nila” gurauku seraya kedipkan mata ke bunda Nila, isyarat positif untuk bunda Cahya.

“Baik, saya akan jelaskan sedikit panjang ya.. kata itu diambil dari sapaan sunda yang memiliki padanan kata, RAMPES merupakan jawaban ketika ditanya dengan sapaan “SAMPURASUN” kemudian dijawab… “RAMPES” kedua padanan kata tersebut merupakan budaya orang sunda yang masih terjaga kelestariannya hingga kini. Sekolah kita terletak di daerah jawa barat, kan.. jadi sebuah kebiasaan yang baik atuh..” jelasku.
“Sampurasun berarti permisi atau ‘punten’, terdapat juga arti kata sampurna ing insun yang berarti semoga kita semua berada dalam kesempurnaan, sedangkan kata RAMPES berarti ‘silahkan’ atau ‘ngaenyakeun’.” lanjutku memulai penjelasan yang panjang.
Kata Sampurasun diartikan juga permohonan maaf, dari kata sampurna atau ‘hampura’ bermakna saya mohon dimaafkan atau ‘abdi nyuhunkeun dihapunten’ dan jawaban “RAMPES” untuk ini artinya dimaafkan (Azis, 2019).

RAMPES sebagai sebuah strategi yang digunakan dalam dunia pendidikan khususnya di Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Maza mengandung pemahaman keterbukaan, kepedulian atau “silahkan” diwujudkan adanya diskusi, bergerak untuk terus belajar, pelatihan guru yang terbuka dapat diikuti guru dari sekolah lain, guru-guru yang mau berbagi maupun dalam proses pembelajaran peserta didik dengan open laboratorium (OL) atau open class istilah umumnya.

Keterbukaan dan kepedulian terhadap perkembangan dunia pendidikan melahirkan kegiatan yang terus berlangsung mendidik, interaktif, inspiratif, inovatif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik sebagaimana yang tertuang pada PP no 19 tahun 2005.

RAMPES Sebagai Strategi

Sebagai sebuah strategi RAMPES,

merupakan akronim kata dan menjadi rangkaian kegiatan yang saling terkait antara satu kegiatan dengan lainnya dimulai dari Rencanakan tema, Aksi dan reaksi, Memonitor dan observasi, Publikasi produk, Evaluasi, refleksi dan reward, dan terakhir Soliditas. Kegiatan tersebut disatukan menjadi RAMPESSecara garis besar RAMPES dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Rencanakan tema, rencana adalah rancangan; buram (rangka sesuatu yang akan dikerjakan). sedang tema adalah suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang sesuatu hal (Nasional, 2008).Jadi rencanakan tema adalah membuat rancangan untuk merumuskan ide pikiran tentang suatu hal.

  2. Aksi dan reaksi, setelah tema ditetapkan kemudian diadakan dialog, diskusi disemua elemen warga sekolah baik antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, guru dengan orang tua, sekolah dengan warga sekolah untuk mendiskusikan proyek apa yang akan dihasilkan sesuai dengan tema tersebut. Dalam kegiatan ini tidak menutup kemungkinan akan melahirkan ide-ide baru untuk menyukseskan program, selain itu bisa juga menumbuhkan semangat dalam bergerak bersama.
  3. Memonitor, dan observasi, tahapan berikutnya pelaksanaan dari perencanaan yang sudah ditetapkan agar tercapai dengan baik maka memonitor dan observasi dilakukan secara berkesinambungan, membantu memecahkan bila guru kesulitan dalam melaksanakan proyek dengan tema yang telah ditetapkan.

  4. Publikasi, yaitu pengumuman dalam hal ini sebagai sarana promosi sekolah .

    Proyek yang telah diselesaikan harus dipublikasikan, dipamerkan karenanya hal ini menjadi kebanggaan dan prestasi bagi peserta didik khususnya maupun seluruh warga sekolah.
  5. Evaluasi, refleksi dan reward, selalu dilakukan setelah berakhir suatu kegiatan untuk mengetahui kelebihan, kekurangan dan juga memberikan penghargaan bagi keberhasilan suatu proyek baik bersifat individu maupun kelompok, untuk menambah semangat dan penyemangat bagi yang lain (Arikunto, 2007).

  6. Soliditas, adalah keadaan (sifat), solid (kukuh, berbobot, kuat, dan sebagainya), memperoleh kepercayaan masyarakat dan profesionalisme (KBBI). Kerjasama yang terjalin dalam menyelesaikan sebuah project atau kegiatan bersama menumbuhkan profesionalisme kerja dan tentu soliditas seluruh komponen yang terlibat. Terciptalah sebuah praktik baik, karakter kuat menjadi pembiasaan atau habit di lingkungan sekolah.

“Demikian bunda Cahya penjelasannya, sudah dapat difahamikah?” Aku pun  menghela nafas mengakhiri penjelasan yang panjang. “Jadi dengan sering menyapa kita selalu ingat dengan strategi RAMPES sekolah kita ya bun?” jawab bunda Cahya meyakinkan. “Betul sekali, bunda..” sahutku. 

“Terima kasih bunda Tami penjelasannya, kami pamit dahulu dan akan lanjutkan zoom dengan anak-anak, assalaamua’laikum..” mereka berdua bangkit dan mohon izin dari hadapanku. “Waa’laikumussalam, jangan lupa jaga jarak ya..” sahutku untuk mengingatkan mereka. 

Sebagai guru persiapan mental sangat utama untuk menghadapi segala kemungkinan di sekolah. Guru dituntut sempurna dari unsur kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik dan profesional. Apalagi di zaman 4.0 sekarang ini, adaptasi terhadap teknologi tidak bisa ditunda-tunda. Semoga kita semua para guru di Indonesia dapat mengawal mencerdaskan anak bangsa di tengah pandemi yang belum kunjung usai.

“Awali hari dengan senyum, maka dunia akan memberikan kebahagiaan. Senyum dari hati bersih dan ikhlas akan membawa keindahan, kekuatan, optimis dan harapan yang menular ke orang sekitar”-Bunda Rince W Utami. 

Bekasi, 1 Februari 2021

Penulis: Rince Wiki Utami

Salam Literasi, semangat menulis dan menginspirasi.

 

Tinggalkan Balasan