Indonesia adalah negara yang kaya akan beragam sumber daya alam dan keanekaragaman budaya. Indonesia ibarat serpihan surga yang telah Allah turunkan ke bumi. Sejak lama Indonesia sudah dikenal sebagai negeri yang indah bagai bentangan Jamrud khatulistiwa.
Keindahan dan keanekaragaman sumber daya alam tersebut telah mengundang bangsa asing untuk datang ke Indonesia, bahkan jauh sebelum nama Indonesia itu ada. Berawal dari niat mencari hasil bumi dan rempah-rempah, mereka tiba di Nusantara untuk melakukan kontak dagang dengan para raja dan sultan. Namun, pada akhirnya dengan tipu muslihat dan politik pecah belah, mereka kemudian mampu menguasai dan menjajah Nusantara untuk waktu yang cukup lama.
Berbagai upaya perlawanan pun dilakukan setiap daerah untuk mengusir penjajah dari bumi Pertiwi. Namun, tidak membuahkan hasil yang gemilang. Para penjajah yang hanya berkekuatan beberapa kapal perang saja, namun bisa menguasai hampir seluruh wilayah di Nusantara. Kata kuncinya adalah, mereka memiliki strategi yang efektif, sementara wilayah-wilayah di Nusantara kala itu masih berjuang masing-masing dan bersifat kedaerahan.
Sampai akhirnya kesadaran itu muncul. Melalui Kongres Pemuda Indonesia, dirumuskanlah butir-butir kesepakatan perjuangan, yang kemudian hari dikenal dengan Sumpah Pemuda.
Pada waktu itu, tepatnya 28 Oktober 1928, para pemuda dari seluruh wilayah Nusantara berkumpul di Jakarta untuk menyatakan ikrar mereka, Satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air, yaitu Indonesia.
Perasaan senasib sepenanggungan telah menjadikan mereka memiliki kesamaan visi, yaitu menginginkan sebuah kemerdekaan dari segala belenggu penjajahan. Kemudian atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa, sampailah bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dengan berdasarkan kepada Pancasila.
Pancasila telah dijadikan kesepakatan bersama para pendiri bangsa untuk dapat mempersatukan segala potensi keberagaman menjadi sebuah kekuatan. Rumusan Pancasila yang sah adalah rumusan yang tertera pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Pancasila yang terdiri dari lima sila, merupakan suatu hal yang saling terkait satu sama lain. Keadilan sosial tidak akan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, tanpa adanya pemimpin yang penuh hikmah dan bijaksana dan memimpin rakyatnya secara demokratis.
Kepemimpinan yang bijaksana dan demokratis tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh persatuan seluruh komponen bangsa Indonesia. Masalah kepemimpinan bukanlah masalah elite saja, tetapi rakyatpun harus menyadari bahwa salah memilih pemimpin dan tidak peduli terhadap proses pemilihan pemimpin akan berdampak pada kehidupannya, paling tidak lima tahun ke depan.
Persatuan Indonesia tidak akan terwujud, jika nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab masih jauh dari kenyataan. Rakyat tidak akan peduli dengan nilai-nilai persatuan, jika aspek domestik mereka belum terpenuhi. Namun, di atas itu semua yang paling penting dan menjiwai seluruh sila-sila Pancasila adalah landasan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, sehingga seluruh komponen bangsa dan rakyat Indonesia akan bangkit jika ada unsur-unsur tertentu yang menginginkan Indonesia jauh dari nilai-nilai ketuhanan. Kita jangan hanya berteriak ,”saya Pancasila, saya NKRI”, namun pada hakikatnya kurang mengerti akan makna sebenarnya dari Pancasila.
Kita tidak boleh mengukur ke-Pancasila-an seseorang dari sudut pandang subjektif. Jangan hanya karena partainya tidak didukung oleh masyarakat di suatu tempat, lantas mengatakan bahwa masyarakat tersebut tidak mendukung Pancasila.
Sebagaimana kita ketahui belakangan ini, ada salah seorang petinggi partai, yaitu Puan Maharani yang juga ketua DPR RI , sebagaimana dikutip detik.com mengatakan, “Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila,” ucapnya di sela pengumuman pasangan cagub-cawagub Sumbar dukungan PDIP, Rabu (2/9/2020).
Sontak saja pernyataan ini mengundang polemik, khususnya dari masyarakat Sumatra Barat. Masyarakat Sumatra Barat tersinggung, seolah-olah mereka tidak mendukung Pancasila atau bahkan anti Pancasila. Padahal kita ketahui banyak di antara pendiri bangsa berasal dari Sumatra Barat, sebut saja tokoh proklamator Bung Hatta, H. Agus Salim, dan Mr M.Yamin.
Marilah kita tempatkan Pancasila pada tempat yang semestinya. Pancasila sebagai sebuah kesepakatan pendiri bangsa untuk dijadikan dasar falsafah dan cita-cita luhur untuk dapat membangun Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kitapun tidak ingin kalau kita selalu disibukkan dengan hal-hal yang tidak penting, sehingga menghabiskan banyak energi. Sudah saatnya kita bersatu padu, jangan sampai kita bertengkar sesama anak bangsa, sehingga akan membuat bangsa lain dapat menguasai bangsa Indonesia kembali dengan pola dan cara yang mungkin berbeda dengan ratusan tahun yang lalu***
Ropiyadi ALBA Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta
Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.