Puisi CORONA

Puisi36 Dilihat

C O R O N A

Ryantori

Ku tak ‘kan heran, Dinda, kala melihat engkau terheran-heran sembari terpana..

Karena memang dalam waktu relatif singkat dia buat muka dunia jadi pucat merana..

Amboi dia kini menjelma menjadi sang fenomena..

Melanglangbuana tanpa warna menebar bencana..

Bermula dari China dan ‘kan berakhir entah dimana..

Berlagak a la pepatah Jawa adigang, adigung, adiguna..

Para prajuritnya menerjang tak hanya orang hina tapi juga kalangan istana..

Katanya dia tak ‘kan bisa apa-apa menghadapi daya tahan tubuh yang penuh stamina..

Nyatanya, 128 negara telah terpapar dan 4.984 jiwa tewas akibat polahnya yang semena-mena..

Belum lagi para suspect yang tengah diisolasi dan dikarantina..

Banyak negara yang segera ambil kebijakan dengan bijaksana..

Namun, ada pula yang seakan masih tidur terlena..

Di tengah masyarakat, ada yang melawan dengan berbuat dan berkata-kata penuh makna..

Namun, tak sedikit kaum oportunis yang malah bergentayangan menumpuk harta dan mencari panggung serta lencana..

Sungguh ini sesuatu yang teramat nyata dan bukanlah fatamorgana!

Jadi, Dinda, ku tak ‘kan heran kala melihat engkau terheran-heran sembari terpana..

Wahai Cahaya Hatiku… kalau saja diri ini yang luluh lantak terkena..

Ku tak ‘kan begitu merasa terhina-dina..

Do’aku agar jasad nan fana ini kelak diterima di Nirwana..

Hanya saja…diri ini ‘kan mendadak gundah gulana..

Seandainya dia membuat engkau, Duhai Belahan Jiwaku, yang lunglai terkena..

Ku tak ‘kan sanggup melihat keindahanmu yang sempurna kehilangan pesona..

Pada akhirnya… kupasrahkan segalanya pada Sang Maha Perencana..

Semoga Dia berkenan menolong kita dan sesegera mungkin menjadikan dia sirna..

 

Pamulang, selepas Isya dalam dekapan hujan, 15 Maret 2020

Tinggalkan Balasan