Cinta Sama Dengan Nol (10)

Fiksiana, Novel, Terbaru117 Dilihat

Kota Naga

Penulis : Santi Syafiana, S.Pd

Khas sebuah kota yang terletak di Pulau Sumatera, Tapaktuan menjalar di sepanjang garis pantai dan perbukitan. Ia memanjang mulai dari Subulussalam hingga Aceh Barat Daya. Menjelajahi jalan utama, di kiri jalan tampak lautan luas membentang. Sedang di kanan jalan perbukitan beriring-iringan. Tak ayal perjalanan dari ujung satu ke ujung lainnya untuk satu kabupaten itu memakan waktu yang cukup lama. Karena bentang alamnya memanjang. Sehingga hanya satu jalan utama dari satu kecamatan ke kecamatan berikutnya. Tidak tersedia jalan memutar karena kiri kanannya sudah tertumbuk bukit dan laut.

Jalan yang ditempuh mendaki menurun. Bahkan ada juga pembelokan yang cukup ekstrim. Namun pemandangan alam yang disuguhkan selama perjalanan membuat pengunjungnya tidak bosan. Udaranya masih segar karena masih banyak hutan hijau yang belum dieksploitasi manusia menjadi pabrik atau pemukiman. Di dalamnya masih banyak binatang seperti monyet, harimau, ular, gajah dan lain sebagainya.

Panorama alam Tapaktuan (Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

Dari dalam mobil kepala sekolah, tak henti Asty memuji kebesaran Tuhan akan ciptaanNya yang begitu indah dan sempurna. Di ibu kota kabupaten dia melihat ada patung naga besar yang menjadi legenda lahirnya kota Tapaktuan. Dari cerita yang Asty dengar dari pegawai hotel, pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang naga yang membesarkan anak perempuan bernama Putri Naga atau Putri Bungsu. Putri nan cantik jelita ini ternyata mereka temukan di laut lepas usai badai dahsyat yang menenggelamkan sebuah kapal dari daratan Cina.

Patung naga di Tapaktuan (Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

Bisa dikatakan naga jantan dan naga betina itu menolong sang putri yang tersangkut di atas kayu. Kayu itu mengapung dan terombang ambing dipermainkan ombak. Karena tidak memiliki anak, kedua naga itu begitu bahagia. Mereka merawat sang putri di dalam gua hingga bayi mungil itu tumbuh menjadi gadis remaja.

Namun, seiring berjalannya waktu Putri Naga merasa bosan dengan hidupnya. Ia ingin melihat daratan. Karena kedua naga yang sudah dianggap seperti orangtuanya itu selalu mencengkramnya agar tidak pergi ke mana-mana, sang putri menjadi sangat penasaran dengan bagaimana bentuk daratan. Hingga akhirnya ia melarikan diri dari gua ketika kedua naga tidak ada di sana. Putri Naga menumpang sebuah kapal penumpang yang akan menuju daratan.

Sementara di lain tempat, sepasang naga kembali ke gua namun tidak menemukan Putri Naga seperti biasanya. Mereka sangat panik dan langsung terbang mencari sang Putri. Tak berapa lama mereka melihat Putri di atas kapal. Mereka pikir Putri diculik. Mereka sangat marah lalu mengejar kapal tersebut. Penumpang kapal menjadi ketakutan. Mereka berteriak minta tolong. Teriakan ini sampai ke telinga Tuan Tapa.

Tuan Tapa berarti Tuan yang bertapa di dalam gua. Ia memiliki kesaktian yaitu bisa membesar. Tuan Tapa menolong kapal itu dari amukan naga. Ia berhasil membunuh naga jantan. Sedang naga betina berhasil melarikan diri. Pada saat kejadian, Tuan Tapa meninggalkan jejak berupa tapak raksasa di pinggir lautan. Sehingga daerah itu dinamakan Tapaktuan.

Tapak Tuan Tapa (Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

Tapak Tuan Tapa dijadikan objek wisata kota itu. Namun Asty belum berkesempatan ke sana. Karena kata pegawai hotel itu, untuk menuju ke sana medannya cukup sulit. Harus melewati batu-batuan besar di tepi laut. Debur ombaknya sangat besar sehingga butuh kehati-hatian dan keberanian ekstra.

Kakak itu menjelaskan dengan begitu semangat. Asty pun menjadi ikut bersemangat. Betapa kreatifnya negeri ini bisa menciptakan legenda yang mampu menginspirasi lahirnya nama sebuah kota. Tak hanya di Aceh saja, setiap daerah di Indonesia memiliki legenda dengan keunikan dan keseruannya masing-masing. Seperti di Padang, ada legenda Malin Kundang yang mampu mengundang banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri demi melihat batu yang menjadi simbol anak durhaka.

Seperti nama daerah Mandahiliang di kampung Asty yang tercetus dari cerita tentang mandeh (ibu) yang hilang akibat banjir bandang yang meluluh lantakkan daerah itu. Ada juga cerita tentang Toba yang mengingkari sumpahnya untuk tidak mengungkit asal usul istrinya yang berasal dari seekor ikan. Cerita itu melegenda hingga menjadi dasar lahirnya danau Toba dan Pulau Samosir. Indonesia benar-benar kaya budaya ya? Kalau aku bisa menelusuri semua daerah di negeri ini pasti akan menyenangkan. Bisik Asty.

“Kenapa termenung Asty? Rindu orang tua ya?” Pak Bahar ternyata sejak tadi sibuk memperhatikan Asty. Asty sudah berkenalan dengan kepala sekolahnya itu ketika ia menjemput Asty di hotel. Dari awal berjumpa, keramahan dan kebaikan pria berumur 40 tahunan itu sudah tergambar dari caranya berbicara dan membantu Asty memindahkan barang-barangnya. Sebenarnya Asty merasa tidak enak merepotkan atasan sendiri. Namun sepertinya sudah kebiasaan dan keistimewaan penduduk di sini untuk memuliakan tamu. Asty jadi banyak belajar dari mereka semua.

“Oh tidak Pak, saya hanya kagum melihat pemandangan di sini,”

“Semoga betah lama-lama. Lagi pula orang Padang tidak akan kikuk tinggal di sini. Kekerabatan kita cukup dekat. Bahkan masyarakat yang tinggal di kota Tapaktuan tidak menggunakan bahasa Aceh. Mereka berbahasa JameeJamee itu berarti tamu. Coba dengar mereka bicara, sama dengan bahasa Minang. Paling hanya logatnya yang beda. Kosa katanya sama. Karena di sana banyak orang Minang datang merantau. Beranak pinak di sana. Bahasa mereka diwariskan turun temurun. Makanya ada bahasa Jamee itu. Masakannya pun tak jauh beda. Bisa jadi kamu lupa kampung sendiri.” Pak Bahar menjelaskan dengan panjang lebar. Asty mengangguk-angguk. Ia semakin tertarik.

“Harusnya hari ini kamu sudah mulai sekolah. Tapi sepertinya lebih baik pulang dulu. Jam pulang sekolah juga tinggal lima menit lagi. Untuk sementara tinggal di rumah bapak saja. Bereskan barangmu di rumah.” Pak Bahar melanjutkan. “Terima kasih Pak.” Asty senang sekali. Sepertinya ia bertemu dengan orang baik. Iapun berdoa semoga untuk ke depannya ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang baik. Kehadiran mereka adalah sebentuk rezeki yang berharga dari-Nya.

Tinggalkan Balasan

1 komentar

  1. Terima kasih Bu Guru Santi Syafiana telah posting di website YPTD. Ini sudah tulisan ke 10 ya. Kiranya berkenan bergabung di WAG YPTD untuk sarana komunikasi, informasi dan edukasi antar penulis. Hubungi saya di 08159932527
    Salam Literasi
    Thamrin Dahlan
    YPTD