Ring….ring….ring….
Terdengar dering ponsel dari Nokia yang tergeletak di atas meja. Aisyah menutup buku yang dibacanya dan langsung mengambil benda kecil tersebut. Kekhawatiran muncul di benak gadis itu saat melihat nomer yang tertera di layar.
Ditariknya napas panjang untuk menenangkan perasaannya.
“Apa mungkin Parhan sakit, karena tadi saya ajak jalan-jalan,” batin Aisyah
“Assalamualaikum, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” ucap Aisyah dengan suara bergetar.
“Waalaikum salam, terdengar jawaban seorang wanita.
“Maaf ibu mengganggu, tadi Parhan diajak kemana?.
“Maaf Bu, tadi saya hanya mengajaknya ke Masjid yang tidak terlalu jauh dari komplek rumah ibu.”
Wajah gadis itu tampak pucat, dia takut terjadi sesuatu pada putra Bu Nely.
“Sebenarnya ibu tidak enak hati, tapi Parhan minta tolong untuk menelpon nak Aisyah untuk mengajaknya keluar seperti tadi!” Jujur ibu heran sejak tadi dia membiarkan pintu kamarnya terbuka, yang biasanya terkunci dari dalam. Saat makan malam pun dia tampak lahap,” ucap ibu Nely terdengar bahagia.
Wanita paruh baya itu pun memohon kepada Aisyah untuk menemani putranya selama satu minggu, walau pun kesepakatan awal les dilakukan tiga kali seminggu.
Aisyah bernapas lega setelah tahu maksud Bu Nely menelponnya.
“Nggih Bu, insyaallah besok saya usahakan selesai kelas, seperti waktu yang tadi,”
jawab Aisyah lega. Wajah manisnya tersungging tipis.
***
Cuaca masih terasa panas saat Aisyah sampai di depan rumah megah dengan dinding tinggi ibarat tembok berlin. Terdengar suara langkah kaki mendekati gerbang sesaat setelah gadis itu memencet bel yang ditempel di tiang pintu gerbang.
“Neng Aisyah, silahkan masuk! Ibu sudah menunggu dari tadi,” ucap lelaki yang berseragam lengkap bertuliskan satpam di baju yang digunakan. Sambil membuka pintu gerbang lebih lebar.
“Terima kasih pak,” sahut Aisyah sembari mengganggukan kepala.
Gadis manis itu langsung masuk dan memarkir sepedanya di pojok halaman. Kendaraan yang selalu setia mengantar gadis bermata sipit itu kesana kemari.
“Tas ransel tersampir di pundak, jilbab warna hijau magenta sangat serasi dengan baju gamis motif bunga-bunga. Sambil menyeka keringat dan merapikan baju dia berdiri di depan pintu.
“Assalamualikum,” ucap Aisyah.
“Waalaikumsalam,” terdengar suara seorang wanita dari dalam.
Wanita berkulit putih muncul dari pintu ditemani Parhan. Sebelum pergi Bu Nely menyuguhkan segelas siruf dingin dan makanan ringan untuk Aisyah.
“Parhan mau di ajak kemana hari ini?” Tanya Bu Nely.
“Rencananya mau ke stasiun kereta api Bu.” Jawabnya singkat.
Begitu mendengar tujuan Aisyah, wanita lima puluh tahun itu memanggil mang Ujang sopir pribadinya untuk mengantar keduanya ke stasiun, maklum jarak stasiun lumayan jauh. (Bersambung)