Keesokan harinya rencana itu disampaikan kepada bapak. Awalnya pak Sukri tidak setuju tapi setelah Aisyah membujuk lelaki beruban itu pun setuju dengan usul putrinya membeli sepeda.
Matahari belum begitu tinggi saat kakak beradik itu berboncengan ke pasar Senin untuk melihat sepeda bekas. Aisyah sangat tertarik dengan sepeda model dulu yang memiliki dudukan di belakang serta bagian belakang bisa dimodifikasi untuk tempat keranjang barang bekas. Harganya mencapai 2 jutaan.
Dia pun menimbang-nimbang untung ruginya jika mereka membeli sepeda ontel dengan sepeda model biasa. Setelah berdiskusi dengan Bayu akhirnya Aisyah membulatkan tekad membelikan bapaknya sepeda model lama walaupun harganya lebih mahal.
Sepeda itupun langsung di bawa pulang oleh adiknya, sementara Aisyah pergi ke toko yang menjual laptop, dia menggunakan sepeda yang mereka bawa dari rumah.
Aisyah teringat setiap ada tugas kuliah yang mengharuskannya menggunakan laptop, dia selalu meminjam laptop May, sahabat baiknya sejak SMA.
May tidak pernah keberatan jika laptopnya di pinjam oleh Aisyah karena May tahu bagaimana keadaan keluarga Aisyah yang hidupnya serba kekurangan. May juga hapal kebiasaan Aisyah, jika meminjam barang milik siapa pun, maka dia akan betul-betul bertanggung jawab dengan barang tersebut agar tetap bersih tanpa cacat sedikit pun. Hal itu yang membuat May percaya dan tidak khawatir.
Aisyah masuk ke beberapa toko, melihat-lihat jenis laptop sambil menanyakan harganya, setelah menanyakan kepada pramuniaga, ternyata uangnya tidak cukup untuk membeli laptop baru. Aisyah langsung meninggalkan toko tersebut tanpa berani menawar.
Tanpa sengaja Aisyah melewati toko khusus laptop secon alias laptop yang sudah di pakai. Dia pun memberanikan diri masuk, siapa tahu ada laptop yang bisa di beli dengan sisa uang yang masih di milikinya.
Matanya tertuju pada laptop Acer 14 inci, harga 2 juta. Diamatinya dengan teliti laptop tersebut. Dan menurut Aisyah kondisi laptop itu masih bagus.
Setelah melakukan penawaran akhirnya Aisyah pun membeli benda yang sangat dibutuhkannya tersebut.
“Alhamdulillah Ya Allah atas anugrahmu ini,” gumam Aisyah sambil mencium benda elektronik itu. Sepanjang jalan tak henti-hentinya lantunan ucapan syukur keluar dari bibirnya. (Bersambung)