Perang batin terjadi dalam diri Aisyah untuk beberapa saat apakah mau diambil atau tidak. Akhirnya untuk memantapkan diri, Aisyah mencoba menanyakan hal ini kepada Pak Abi.
“Bagaimana dengan istri bapak, kalau dia tahu, saya khawatir akan jadi masalah di rumah tangga bapak nantinya!”
“Hal ini sudah saya bicarakan terlebih dahulu dengan istri, dia merasa prihatin dan malah dia mendorong bapak memberikan benda ini kepadamu,” jawab lelaki jangkung itu.
Senyum mengembang di wajah gadis tanpa polesan make up. Matanya berbinar saat benda sebesar telapak tangan itu berpindah dari Pak Abi ke tangannya.
“Terima kasih pak,” ucap gadis manis itu berkali-kali. Dia tidak tahu harus mengatakan apa-apa untuk menggambarkan kegembiraannya.
Baru pertama kali Aisyah memegang handphone android membuatkan sedikit bingung cara menggunakan benda tersebut. Gadis itu pun pamit setelah semuanya selesai. Saat kebingungan mendera dia teringat May, sahabatnya dan langsung mengajaknya bertemu di taman depan kampus.
“Ok, aku langsung kesana setelah selesai kelas,” ujar May.
Taman di depan rektorat ini diperuntukkan untuk tempat duduk para mahasiswa sambil berdiskusi serta menghilangkan kepenatan setelah seharian bergumul dengan buku dan tugas-tugas. Tempat ini dekat dengan ruang perpustakaan membuat mahasiswa bisa istirahat setelah keluar dari sana.
Takut May menunggu lama Aisyah pun mengayuh sepedanya meluncur ke tempat itu. Setelah 15 menit kemudian, sahabat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga dengan mengendarai motor Vario miliknya.
“Ada apa cantik, kok tadi suaranya serius banget?” Tanya May setelah dia duduk di dekat Aisyah.
“Aku minta tolong diajari pakai hp android,” sambil Aisyah menyodorkan benda kecil yang diberikan pak Abi. Ucap Aisyah dengan suara berbisik, malu di denger oleh mahasiswa lain.
May tertawa cekikikan melihat tingkah laku sahabatnya yang terlalu lugu sembari mengambil ponsel yang disodorkan Aisyah.
“Ais, siapa orang yang tega memberimu pondel rusak seperti ini,” canda May sambil terus saja tertawa.
“sssttt….,”
Aisyah meminta temannya diam, sambil menempelkan telunjuknya di bibir. May memang sering becanda tapi tidak pernah dimasukkan ke hati oleh Aisyah karena dia tahu sifat temannya, itu hanya untuk menghidupkan suasana agar tidak tegang.
Aisyah menceritakan asal usul ponsel itu kepada sahabatnya tersebut sambil May mencoba beberapa fitur yang masih bisa digunakan. Sebenarnya ada rasa haru dan sedih di hati May melihat kondisi temannya yang serba kekurangan, tapi dia juga bangga dengan sahabatnya yang memiliki kegigihan dan keuletan menjalani hari-harinya hingga dia selalu mendapatkan hasil yang layak diberikan jempol.
Tidak sulit mengajarkan Aisyah cara mengoperasikan handphone tersebut. Karena Aisyah memiliki kemampuan di atas rata-rata. May tidak lupa mendownloadkan aplikasi Whatshap dan Instagram ke ponsel temannya tersebut untuk memudahkan Aisyah menjalankan tugasnya sebagai asisten dosen. Diam-diam dia mengirimkan pulsa 50 ribu melalui conter langganannya, walau Aisyah tidak pernah memintanya, tapi May hanya ingin meringankan beban keuangan sahabatnya yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri. Spontan Aisyah memeluk sahabatnya setelah mengetahui hal tersebut. (Bersambung)