Semilir angin bertiup sepoi-sepoi. Nampak ranting pohon melambai-lambai terkena tiupan. Kicau burung bersauhut-sahutan dari atas pohon akasia di pinggir jalan. Udara masih terasa dingin, namun Aisyah sudah tampak rapi. Hari ini dia ada janji akan bertemu dengan beberapa mahasiswa yang ingin berkonsultasi terkait dengan tugas yang diberikan oleh Pak Abi sebelum jadwal perkuliahan dimulai.
Dia mengayuh sepedanya diantara ramainya kendaraan yang lalu lalang. Halaman kampus masih sepi, hanya tampak beberapa orang saja saat gadis manis itu memasuki area parkir kampus.
“Assalamualikum kak,” ucap salah seorang dari lima mahasiswi yang sudah menunggunya.
“Waalaikumsalam udah lama,” tanya Aisyah.
“Ndak juga, sekitar 10 menit yang lalu,” ungkap salah seorang dari mereka.
Setelah berbasa basi keenam mahasiswi itu tampak asyik berdiskusi membahas tugas yang djberikan Pak Abi sebelum dia berangkat ke luar kota untuk mengikuti pelatihan.
Diskusi itu ditutup saat Aisyah melihat mobil Avanza warna silver memasuki halaman parkir kampus. Seorang wanita paruh baya keluar dari mobil dan menuju ruang administrasi.
Ibu Husna salah satu dosen pengampu mata kuliah Biopsikologi yang terkenal killer itu segera menuju ruang kelas setelah dia keluar dari ruang administrasi. May yang baru saja nongol langsung menarik tangan Aisyah. Kedua gadis itu mempercepat langkah mereka menuju ruang kelas sebelum Ibu Husna masuk kesana. Maklum kelas akan ditutup jika Bu dosen yang masih gadis itu sudah berada di dalam kelas dan tidak akan memperbolehkan mahasiswa yang datang terlambat dengan alasan apapun untuk mengikuti perkuliahan.
Kursi deretan tengah dan belakang sudah terisi, tinggal deretan depan yang masih kosong. May dan Aisyah akhirnya memilih duduk di dekat pintu keluar. Suasana kelas hening begitu melihat sosok Bu Husna dari balik kaca jendela. Wanita bertubuh gemuk dengan kaca mata tebal itu sudah berdiri di depan pintu. Beberapa buku tebal bertenger dipelukan tangan kirinya.
“Selamat pagi,” ucapnya dibarengi tatapan tajam, sembari menggeser posisi kaca matanya mendekati batang hidung. Matanya menilik satu persatu seolah mencari seseorang diantara puluhan mahasiswa yang ada di sana.
“Aisyah, sini sebentar,” panggilnya dengan dada berdebar-debar.
Setelah menemukan sosok yang dicari napas Aisyah seakan berhenti mendengar namanya di panggil dengan dada berdebar-debar. Dia melangkah menghapiri wanita berkaca mata yang paling ditakuti para mahasiswa.
“Hari Senin depan kamu diminta oleh pihak kampus mewakili jurusan Psikologi mengikuti acara debat dengan Fakultas Kedokteran dengan tema “Peran serta generasi muda di era milenial dalam membangun peradaban bangsa,” tolong kamu persiapkan diri dari sekarang.
Aisyah bernapas lega, udara yang sempat tertahan keluar dengan leluasa begitu mendengar perintah tersebut. Walau ada beban baru yang akan dia hadapi, namun setidaknya kekhawatirannya tidak terbukti.
“Pukul berapa acaranya di mulai Bu,? Tanya Aisyah memberanikan diri buka suara.
“Nanti kamu ambil suratnya di ruang administrasi, biar jelas kapan dan tempat kegiatannya dimana?
Dua jam berlalu, perkuliahan yang selalu diisi dengan ketegangan berakhir sudah setidaknya untuk hari ini. Tanpa aba-aba semua mahasiswa berhamburan keluar kelas begitu Bu Husna meninggalkan kelas.
“May, temani saya ke ruang administrasi,” ajak Aisyah sambil menarik tangan sahabatnya. Kedua gadis yang bersahabat sejak SMA itu pun berjalan beriringan menuju lantai satu. (Bersambung)