Sebulan ramadhan menemani kita, tiba menyambut kemenangan dengan merayakan lebaran.
Ramadhan indentik dengan menahan haus dan lapar, seyogyanya ramadhan mengajarkan kita untuk lebih intropeksi diri dalam segala tingkah laku yang menyimpang yang selama ini kita praktikkan.
Banyak salah dalam berbicara maupun tingkah laku yang mengores luka, ramadhan mengingatkan kita untuk merubahnya dan puncak dari memperbaiki diri adalah saling maaf dan memaafkan pas lebaran tiba.
Leberan, maaf memaafkan tentu itu yang dilakukan. Setiap manusia yang tidak luput dari salah dan dosa.
Jika salah dan dosa dilakukan kepada sesama, maka bulan syawal yaitu lebaran, minta maaf dan memberikan maaf tentu menjadi ajang untuk mensucikan diri.
Meminta maaf tentu dengan keikhlasan dengan berjanji pada diri sendiri tidak akan mengulanginya lagi, untuk yang memberikan maaf berarti kesalahan yang diperbuat jangan diingat lagi.
Tradisi memberi dan meminta maaf mengingatkan kita untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, indahnya islam.
Tak mudah memberikan maaf apalagi maaf yang diberikan tidak memberikan efek jera bagi yang memaafkan.
Bagi yang meminta maaf, jangan hanya karena moment lebaran maka kata maaf diobral, ingat ada hati yang terluka jika maaf yang sudah diberikan hanya berupa omong kosong hanya untuk mengisi moment lebaran.
Lebaran, jangan hanya pas lebaran kita memberi dan meminta maaf tapi jadikan moment lebaran awal dari kita meminta dan memberikan maaf jika melakukan kesalahan.
Tidak rendah hanya karena meminta maaf, jangan merasa bangga memberi maaf tapi jadikan tradisi maaf memaafkan untuk saling koreksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Minal aizin wal faizin, berikan maaf atas segala kesalahan dengan niat akan memperbaiki segala salah sehingga hidup menjadi lebih sempurna, semoga.**