In Memoriam Bapak Jakob Oetama
Setulus doa kupanjatkan semoga Tuhan menjemput jiwa Bapak Jurnalis Indonesia, Bp Jakob Oetama dan memeluknya dalam Kasih & Kerahiman Ilahi. Sejak kemarin siang, ketika khabar meninggalnya almarhum diumumkan. Sontak semua media cetak pun TV meliputnya.
Penulis bertemu Bp Jakob Oetomo secara kebetulan pada upacara Misa requiem Bp Frans Seda di Katedral Jakarta beberapa tahun yang lampau. Bp Jakob tersenyum dan kami hanya jabat tangan.
Beliau berkata :” Selamat Suster Berkah Dalem”dan beliau duduk di bangku depan dua deret di depan bangku tempat saya duduk. Saat itulah saya melihat sosok pribadi yang mendirikan KOMPAS Gramedia bersama sahabatnya Bp Petrus Kanisius Ojong.
Seandainya situasi tidak pandemic dan tidak ada pengumuman dari Kompas Gramedia & pihak keluarga untuk tidak usah hadir namun mendoakan saja dari Rumah. Rasanya saya juga ingin memberi penghormatan terakhir di Gedung Kompas Jln Palmerah Selatan. Yah saya cukup puas mengikuti Misa Requiem via Streaming yang dipinpim oleh Romo Sindhunata SJ sebagai selebran utama dan Romo LAsber Livinus Sinaga CICM.
Merinding rasanya mendengarkan lagu Oh My Papa yang dinyanyikan oleh Eddie Fisher, untuk melepas kepergian Bp Jakob untuk memasukki pangkuan ibu Pertiwi.
Rupanya lagu tersebut sangat tepat dan cocok untuk menggambarkan Kepribadian almarhum seorang tokoh humanis, budayawan, guru, jurnalis, pemimpin yang memberi tauladan.
Sebagaimana dikotbahkan oleh Romo Sindhu Sang maestro jurnalis yang tulisannya khususnya tentang Bola selalu menghiasi “Kompas”, yang tentunya didikan Bp Jacob juga mengungkapkan : “ Bp Jakob itu tokoh BAPAK yang sangat ke-Ibu-an, ngayomi, mendidik.Tentu Romo Sindhu sebagaimana yang lain juga merasakan nila-nilai humanis dan kesetiaan, kejujuran dan kebaikan budi yang ditanamkan oleh almarhum.
Baiklah saya sajikan syair lagu Oh Papa sesuai Bahasa aslinya dan Bahasa Indonesia sebagai berikut.
OH, MY PA-PA oleh : Eddie Fisher
Oh, my pa-pa, to me he was so wonderful
Oh, my pa-pa, to me he was so good
No one could be, so gentle and so lovable
Oh, my pa-pa, he always understood.
Gone are the days when he could take me on his knee
And with a smile he’d change my tears to laughter
Oh, my pa-pa, so funny, so adorable
Always the clown so funny in his way
Oh, my pa-pa, to me he was so wonderful
Deep in my heart I miss him so today.
OH, PA-PAEddie Fisher
Oh, pa pa pa-pa, bagiku dia sangat luar biasa
Oh, pa pa pa-pa, bagiku dia begitu baik
Tidak ada yang bisa begitu, sangat lembut dan sangat dicintai
Oh, pa pa pa-pa, dia selalu mengerti.
Lewatlah sudah hari-hari ketika dia bisa membawa saya ke lututnya.
Dan dengan senyuman dia akan mengubah air mataku untuk tertawa.
Oh, pa pa pa, sangat lucu, sangat menggemaskan.
Selalu badutnya begitu lucu di jalannya, pa pa pa pa,
untukku dia Begitu indahnya.
Dalam hatiku aku sangat merindukannya hari ini.
Dalam warta berita, sharing para wartawan, karyawan, karyawati dan banyak orang yang mengenal Bp Jakob Oetama selalu mengungkap hal diatas. Bahwa almarhum senantiasa mengutamakan kejujuran, kedisiplinan, loyalitas, kesetiaan dan ketekunan dalam bekerja.
Berhati lembut namun tegas. Mau terjun untuk mendampingi dan mengajari para rekan kerja. Meskipun beliau boleh dikata seorang BOS perusahaan besar Kompas Gramedia yang merupakan Pusat jurnalis papan atas yang berbobot dan punya nama, namum beliau amat membaur dan menanamkan nilai kemanusiaan yang sangat kental dirasa.
Saya terima gambar dari sahabat saya yang saya gunakan untuk ilustrasi berita ini. Ada kalimat menarik dari Bp Jakob demikian :” Di Indonesia ini banyak orang pintar tapi tidak demikian dengan ketulusan”.
Kalimat itu bermakna sangat dalam Orang pintar yang tanpa ketulusan, dia tidak akan rela berbagi, sangat perhitungan untung dan rugi, baik itu berupa, waktu, uang, materi.
Seorang yang tidak tulus juga tidak punya maksud murni, bahkan menganggap kehadiran orang lain sebagai pesaing. Bagi Bp Jakob, beliau melakukan yang sebaiknya.
Bahkan tutur seorang wartawan Yunior sangat tertegun dan terharu sewaktu ada meeting bersama beliau mengatakan, Saat saya sudah selesai, cukup disini, sekarang saatnya para wartawan muda untuk berkarya demi dan bagi Indonesia.
Beliau dengan legowo dan rela hati mundur, namun telah membekali nilai-nilai humanis dan jurnalistik, supaya apa yang telah ditanamkannya akan semakin berkembang.
Ada kalimat yang tak kalah menarik:” Peliharalah hatimu agar tidak luguten” Hati yang tidak lugute adalah hati yang murni, tulus, jujur dan itu yang dimiliki beliau. “LUGUT “ adalah sisik halus namun tajam yang ada di pelepah ruas bambu. Lugut kalau kena tangan atau anggota badan lain akan terasa gatal, tajam dan menyakitkan. Bisa dibayangkan kalau hati seseorang penuh dengan lugut, akan penuh iri hati, dengki, srei, kemunafikan dan maksud jahat.
Tentu orang macam ini tidak bahagia. Sulit menjalin kerjasama yang baik dan persahabatan, apalagi untuk berbagi, tidak mungkin itu terjadi.Karena orang yang hatinya luguten, akan menganggap orang lain sebagai pesaing.
Nah Bp Jakob telah memberi nasihat kepada kita untuk menjaga hati kita, karena beliau telah merasakan buahnya sebagai orang yang berhati bersih. Banyak sahabat dan menanamkan nilai kerukunan dalam kebhinekaan.
Kini putera sulung yang lahir Borobudur, Mangelang dari 12 bersaudara itu telah tiada menjelang hari Ulang Tahunnya 27 September 1931 – 9 September 2020, hari lahirnya merupakan Pesta Nama Santo Vinsensius, santo yang sangat murah hati terutama kepada mereka yang miskin, lemah dan tersingkir dan sifat itu dihidupi almarhum.
Sudah selayaknya beliau mendapat bintang tanda jasa, digelarkan sebagai Doktor Honoris Causa, serta dimakamkan di Taman Pahlawan Kali Bata, karena dalam hidupnya beliau senantiasa berjuang untuk Indonesia. Selamat jalan Bapak Jakob Oetama, biarlah namamu terukir menjadi Prasasti dihati kami, yang tegak abadi bagai Borobudur, Candi suci yang berdiri megah di tempat kelahiranmu ****
Oleh Sr. Maria Monika SND
Artikel ke :27 YPTD