Menjalin Hidup Damai Antar Manusia
Hidup adalah anugerah dari Tuhan. Setiap manusia yang lahir didunia diijinkan dan dicintai Tuhan tanpa syarat. Mereka dibiarkan hidup dengan kehendak bebas dan anugerah luar biasa oleh Sang Pencipta. Kehadiran manusia dengan beraneka rupa, warna kulit, aneka latar belakang suku, budaya, agama dan aneka macam perbedaan merupakan bukti kreativitas Tuhan yang Maha Agung.
Hidup juga merupakan “seni perjumpaan” dengan setiap orang, bahkan dengan orang-orang asing di pinggiran dunia dimanapun berada. Perjumpaan dengan bangsa-bangsa, karena “masing-masing dari kita bisa belajar sesuatu dari yang lain.
Mengapa manusia sering mengkotak-kotakan sesamanya dan membuat jarak? Padahal Tuhan menginginkan kita hidup berdamai satu sama lain, bahkan berdamai dengan semesta dan segala isinya.
Hari Perdamaian Dunia
Pada hari ini tanggal 4 Februari oleh PBB telah menetapkan sebagai Hari Persahabatan Manusiawi Internasonal. Sejarah telah mencatat ketika Paus Fransiskus bersama Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyib menandatangani “The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together.” (Dokumen Persaudaraan Manusiawi di Abu Dhabi ) atau lebih dikenal sebagai Dokumen Abu Dhabi ini disebutkan menjadi peta perjalanan kemanusiaan yang sungguh berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan kerukunan umat beragama. Dokumen ini ditanda tangani oleh ke dua tokoh besar Agama didunia pada 4 Februari 2019.
Isi dari Dokumen Abu Dhabi
Berikut 12 poin penting dari dokumen tersebut.
1. Keyakinan bahwa ajaran asli agama-agama mendorong manusia untuk hidup bersama dengan
damai, menghargai kemanusiaan, dan menghidupkan kembali kebijaksanaan, keadilan, dan
cinta kasih.
2. Kebebasan adalah hak setiap orang. Pluralisme dan keberagaman agama adalah kehendak dan
karunia Allah.
3. Keadilan yang berlandaskan kasih adalah jalan untuk hidup yang bermartabat.
4. Budaya toleransi, penerimaan terhadap kelompok lain, dan kehidupan bersama dengan damai
akan membantu mengatasi pelbagai masalah ekonomi, sosial, politik dan lingkungan.
5. Dialog antar agama berarti bersama-sama mencari keutamaan moral tertinggi dan menghindari
perdebatan tiada arti.
6. Perlindungan terhadap tempat ibadah adalah tugas yang diemban oleh agama, nilai
kemanusiaan, hukum, dan perjanjian internasional. Setiap serangan terhadap tempat ibadah
adalah pelanggaran terhadap ajaran agama dan hukum internasional.
7. Terorisme adalah tindakan tercela dan mengancam kemanusiaan. Terorisme bukan
diakibatkan oleh agama, melainkan kesalahan interpretasi terhadap ajaran agama dan
kebijakan yang mengakibatkan kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan, dan penindasan. Setiap
dukungan pada terorisme secara finansial, penjualan senjata, dan justifikasi. Terorisme adalah
tindakan terkutuk.
8. Kewarganegaraan adalah wujud kesamaan hak dan kewajiban. Penggunaan kata “minoritas”
harus ditolak karena bersifat diskriminatif, menimbulkan rasa terisolasi dan inferior bagi
kelompok tertentu.
9. Hubungan baik antara negara-negara Barat dan Timur harus dipertahankan. Dunia Barat dapat
menemukan obat atas kekeringan spiritual akibat materialisme dari dunia Timur. Sebaliknya
dunia Timur dapat menemukan bantuan untuk bebas dari kelemahan, konflik, kemunduran
pengetahuan, teknik, dan kebudayaan dari dunia Barat.
10. Hak kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan berpolitik harus
Segala bentuk eksploitasi seksual dengan alasan apapun harus dihentikan.
11. Hak-hak mendasar bagi anak-anak untuk tumbuh dalam lingkungan keluarga yang baik,
mendapat gizi yang memadai, pendidikan, dan dukungan adalah kewajiban bagi keluarga dan
masyarakat. Semua bentuk pelecehan pada martabat dan hak anak-anak harus dilawan dan
dihentikan.
12. Perlindungan terhadap hak orang lanjut usia, mereka yang lemah, penyandang disabilitas
dan mereka yang tertindas adalah kewajiban agama dan sosial, maka harus dijamin dan
dibela.
Kiprah Presiden Joko Widodo untuk Kerukunan di Indonesia
Presiden kita Joko Widodo juga telah mengadakan Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa. Di Grand Sahid Hotel pada tanggal 8-10 Februari 2018 yang dihadiri oleh 450 peserta pemuka Agama dari Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Serta yang kedua kalinya diadakan pada tanggal 11 – 14 September 2019 di Sangri-La Hotel.
Presiden Jokowi selalu berpendapat bahwa Para Pemuka Agama merupakan Kunci Kerukunan bahkan dalam sambutannya, Presiden menekankan pentingnya hidup berdampingan dengan rukun.
Sebagai bangsa yang sangat majemuk, Indonesia telah menjadi sebuah contoh mengenai kerukunan. Di sinilah pentingnya peran besar para pemuka agama. “Mereka selalu berdialog dan bermusyawarah untuk menjamin kemajemukan dan membuat negeri kita sebagai rumah bersama,” kata Presiden lebih lanjut.
Dicontohkan oleh Presiden bahwa ” Afganistan hanya terdiri dari 7 suku tetapi karena ada dua suku yang konflik akibatnya sudah 40 tahun negara ini tidak bisa berkembang. Padahal mereka memiliki deposit minyak yang luar biasa besar dan merupakan pemilik deposit emas terbesar di dunia.”
Apa yang semestinya kita lakukan sebagai bangsa yang beradap?
Makanya kita sebagai bangsa yang besar, jika antar kita saling menghormati, saling pengertian antaragama akan menciptakan menciptakan kerukunan, sebagaiana pernah dikatakan dan dicita-citakan oleh Alamarhum Gus.
Ini sebuah nikmat yang harus kita syukuri. Itu pula yang sempat dipesankan oleh Presisden Afganistan ke saya ketika saya berkunjung ke sana beberapa waktu lalu walau hanya untuk beberapa jam,” lanjut presiden.
Nah kalau para tokoh sudah berusaha untuk menjalin persatuan, antar suku, antar negara, mengapa kita tidak mulai? Mari mulai dari diri kita sendiri untuk menerima siapapun dengan tulus. Tak seorangpun tidak berguna dan tak seorangpun bisa disingkirkan”.
Mengutip pidato Paus yang memberi catatan khusus tentang mukjizat “kebaikan hati” Kita perlu mengusahakannya dalam pergaulan dan kehidupan setiap hari. Setiap kita perlu menumbuhkan sikap ‘ Baik hati’ menerima, memaafkan yang berbuat salah pada kita.
Pribadi kita yang terbuka untuk dipulihkan kembali merupakan bintang “yang bersinar di tengah-tengah kegelapan” yang menerangi didunia yang kacau dan saling bermusuhan. Sikap terbuka akan“membebaskan kita dari kekejian, kecemasan,kekhawatiran,keramaian yang gila-gilaan” yang menonjol di era sekarang ini.
Paus menggarisbawahi bahwa perdamaian berkaitan dengan kebenaran, keadilan dan belas kasih. Perdamaian adalah “seni” yang melibatkan setiap orang dan masing-masing harus melakukan bagiannya masing-masing dalam “tugas tanpa akhir”.
Pengampunan terkait dengan perdamaian: kita harus mencintai setiap orang, tanpa kecuali, namun mencintai seorang penindas berarti membantu dia untuk berubah dan tidak membiarkan dia terus menindas sesamanya. Mari kita refleksikan dan lakukan tentang nilai dan promosi perdamaian
Dunia yang bersaudara adalah cita-cita besar yang bisa diwujudkan melalui langkah-langkah nyata dan sederhana. Mari kita mulai dikalangan sahabat-sahabat terdekat. Bersilaturahmi dan saling memberi ucapan Selamat Hari Raya. Doa bersama Umat beragama secara virtual setiap hari Jumat sore yang digagas oleh saudara saudari kita yang beragama Bahai. Hal ini menunjukkan betapa luar biasanya anugerah Tuhan untuk Indonesia tercinta. Bhineka Tunggal Ika sungguh mewujud sebagai berkat Tuhan. ***
Oleh Sr. Maria Monika SND
Artikel ke :31
Note : Sumber : Dokumen Abu Dhabi