Orang Tua, Anak, dan Keledai (9)

Terbaru60 Dilihat

SUHARTO MTS N 5 JAKARTA


Ada seorang bapak, anak, dan seekor keledai. Suatu hari beliau hendak pergi ke suatu tempat.Berangkatlah beliau berdua dengan seekor keledai. Anak menaiki keledai sementara bapak memegang tali pelana menuntun keledai, di pertengahan jalan berpapasan dengan seseorang.


“Anak tidak tahu diri, dia enak-enakan naik di atas keledai sementara bapaknya menuntun keledai dengan berjalan kaki,” ucap seseorang di jalan.


Mendengar demikian, anakpun turun lalu mempersilahkan bapaknya menaiki keledai sementara anak menggantikan posisi bapaknya.
Beliau melanjutkan perjalanan terus menyusuri jalan dari kampung satu ke kampung lainnya, ketika melewati perkampungan kedua beliau berpapasan dengan penduduk kampung, lalu penduduk kampung berujar.

“Orang tua tak tau diri dia enak-enakan naik di atas keledai sementara anaknya berjalan kaki,” ujar penduduk kampung.


Mendengar ujaran tersebut si bapak memerintahkan anaknya naik ke atas keledai. Akhirnya beliau menaiki keledai berdua. Beliau berdua melanjutkan perjalanan ke kampung ketiga. Di kampung ketiga tersebut beliau bertemu lagi dengan salah satu penduduk.


“Tidak mempunyai pikiran tuh orang, keledai sekecil itu ditaiki berdua, bisa mati itu keledainya,” sindir penduduk kampung ketiga.


Mendengar sindiran tersebut beliau berdua langsung turun dan berjalan kaki sambil menuntun keledai. Beliau terus berjalan melewati perkampungan demi perkampungan, ketika dipertengahan kampung berikutnya ada segerombolan orang berkata awas keledaimu nanti bisa diambil orang, akhirnya keledai diikat kakinya lalu diambil sebatang kayu untuk memikul keledai. Dipikulnya keledai oleh bapak dan anak.


Kisah di atas tentang tidak punya prinsip hidup bisa kita jadikan pembelajaran dalam berselancar mengarungi samudera kehidupan ini.
Sering kita jumpai atau bahkan terjadi pada diri kita sendiri, kita hidup mengikuti apa kata orang, kalau kata orang hijau kita hijau, kalau kata orang merah kita merah, kalau kata orang kuning kitapun kuning, dan sebagainya. Hidup dibayang-bayangi orang lain atau disetir orang lain.


Tidak punya prinsip atau tidak teguh pendirian dalam hidup akan mudah terombang-ambing oleh keadaan. Tidak teguh pendirian akan melahirkan ketidak percayaan akan diri sendiri. Ketika tidak ada rasa percaya diri, maka sulit untuk mencapai sebuah kesuksesan hidup.

Satu-satunya hal yang menghalangi kita untuk berkembang dan menjadi lebih maju adalah ketidakpercayaan terhadap diri kita sendiri.-Alanda Kariza


Hiduplah mengikuti apa kata hati kita, percayalah pada diri sendiri dalam melakukan segala hal. Tentukan tujuan hidup yang jelas, terarah, dan terukur.


Teguh pendirian adalah salah satu sikap yg mempercayai dan meyakini bahwasanya apa yang kita lakukan saat ini atau saat itu telah benar untuk dilakukan.
Firman Tuhan.

قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya:“AlIah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui“. QS.Yunus (10: 89)

Tinggalkan Balasan