Rasulullah dan Yahudi (14)

Terbaru29 Dilihat

Rasulullah dan Yahudi

SUHARTO MTSN 5 JAKARTA




Suatu hari Nabi Muhammad SAW, melewati sebuah gang tetiba beliau diludahi oleh orang Yahudi, beliau hanya melihat saja orang Yahudi itu, beliaupun hanya membersihkannya. Hari berikutnya beliaupun lewat kembali dan mendapatkan perlakuan yang sama dari orang Yahudi, beliaupun hanya melihat orang Yahudi dan membersihkan air liur tersebut. Pada hari yang lain beliau melewati jalan tersebut lagi, tetapi kali ini beliau tidak mendapatkan perlakuan dari Yahudi. Hingga Beliau bertanya kepada seseorang.


“Kamu tahu tidak orang yang sering berada di sana?” Tanya beliau sebagai rasa ingin tahu.
“Dia sedang sakit,” jawab orang tersebut.
Nabi kemudian mengunjungi untuk melihat kondisi Yahudi yang sedang sakit. Nabi mengetuk pintu rumah Yahudi.
“Masuk tidak dikunci” pinta Yahudi.


Nabipun memasuki rumah Yahudi sementara Yahudi matanya sedang tertuju melihat daun yang terbuka, daun pintupun terbuka. Nampaklah Nabi dari pandangan Yahudi, sontak Yahudi kaget dan langsung membalikkan tubuhnya.


“Itukan Muhammad yang selama ini aku ludahi” ucap Yahudi dalam hati.
Nabi mendekatinya dan bertanya
“Aku datang menjengukmu karena aku dengar kamu sakit,” ucap Rasulullah.


Yahudi hanya terdiam dan merasa malu atas perbuatan yang selama ini dia lakukan kepada Nabi. Ternyata orang yang selalu dia ludahi begitu mulia dan Rasulullah justru orang yang pertama membesuknya. Karena melihat kemuliaan Rasulullah dia berkata.


“Aku malu karena aku suka berperangai buruk terhadapmu,” Ucap Yahudi.
“Sudah lupakan, karena aku sudah melupakannya,” jawab Nabi.


Yahudi langsung membalikkan badan dan meminta maaf kemudian tanpa diminta atau diiming-imingi sesuatu Yahudi berikrar mengikuti ajaran Islam dihadapan Nabi. Jadilah Yahudi sebagai seorang muslim dan kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi muslim sejati.


Kisah di atas tentang bagaimana bersikap terhadap orang yang tidak menyenangkan bisa kita ambil sebagai pembelajaran untuk diri dalam menghadapi kehidupan yang sedang kita jalani ini.


Perlakuan tidak baik disikapi dengan baik melahirkan kebaikan. Itulah yang seharusnya ada pada diri kita. Sebagaimana Rasulullah membalas ketidakbaikan dengan kebaikan berbuah kebaikan melebihi kebaikan itu sendiri. Beliau ingin dibunuh, diludahi, dicaci maki, di hina. diboikot dan sejuta perbuatan yang tidak menyenangkan. Apakah beliau membalas dengan yang serupa? Tidak, Nabi membalasnya dengan yang lebih baik. Hingga orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan berbalik memuji dan mengikuti ajaran beliau.


Dewasa ini kita melihat bahkan mungkin terjadi pada diri kita sendiri banyak terjadi di antara kita saling mencibir dan menjatuhkan satu sama lainnya padahal kita bersaudara, satu agama, satu anak bangsa. Kalau belum saudara kita tersungkur, jatuh, dan bahkan masuk dalam sel kita belum puas. Dalih-dalih sebagai pembelajaran itu yang terlintas dalam pikiran kita. Sungguh ironis sekali apalagi dilakukan oleh orang-orang yang katanya berilmu atau berpendidikan. Teringat oleh ucapan KH. Hasyim Muzadi “Indonesia memiliki banyak orang pintar, tetapi sedikit orang yang benar,”


Rasulullah, memperlakukan orang lain keyakinan saja seperti itu, apalagi kalau satu keyakinan pasti lebih dari itu. Kenapa kita satu keyakinan, satu anak bangsa saling menjatuhkan. Siapa yang kita ikuti kalau begitu? Kita ini hanya manusia biasa dihadapan Allah semua manusia sama, Allah tidak membeda-bedakan apakah kita orang pintar yang sederet titel atau orang biasa, yang membedakan hanya ketaqwaan kita.


Jangan karena berbeda baju kita saling berseteru, apalagi mengubur hingga membisu. Marilah kita saling merangkul jangan memukul. Marilah kita saling asah, asih, dan asuh. Jagalah ukhuwah Islamiah di antara satu keyakinan dan jagalah ukhuwah wathoniah sesama anak bangsa.
Marilah kita belajar dari leluhur kita mereka berusaha menyatukan anak bangsa dengan dengan satu ikatan sumpah pemuda.


“Kami putra -putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”


Kebhinekaan bukan untuk berbeda tetapi untuk bersatu dan saling menghormati satu sama lainnya.Kebhinekaan laksana pelangi indah dipandang. Maka itu, jangan kita rusak .
Firman Allah SWT.

وَإِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Artinya:“Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan (agama)nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing).” QS. al-mu’minun : 52-53.

Firman Allah SWT yang lainnya.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.

Artinya:“Dan berpegangteguhlah kalian pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali Imran: 103)


Demikian, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan pula karena tidak akan menyelesaikan masalah. Balaslah dengan kebaikan, insyaAllah kejahatan berubah kepada kebaikan. Sebagaimana yang dicontohkan Rasullah dan para sahabat serta orang-orang yang beriman lainya.

Tinggalkan Balasan