Belajar dari yang Tua (KMAB-22)

Terbaru92 Dilihat

Belajar dari yang Tua

 

Manusia itu madrasah, tempat di mana kita bisa mengambil pelajaran darinya. Banyak pelajaran yang bisa kita petik darinya.

Baik dan buruk perbuatan manusia semuanya merupakan sebuah pelajaran bagi kita yang melihatnya.

Perbuatan baik yang dilakoninya tentunya sebagai uswah agar setidaknya kita bisa mencontoh sebatas kemampuan yang kita miliki. Perbuatan buruk/tidak baik juga sebagai contoh untuk diri agar menghindari perbuatan itu.

Kebaikan pasti akan mendatangkan kebaikan pula dan keburukan pasti akan mendatangkan keburukan pula. Maka itu, ambil uswah yang baiknya saja.

Tidak ada manusia yang sempurna sekalipun sekelas Nabi, pasti ada kurangnya. Orang baik bukan berarti tidak ada sisi negatifnya, begitu juga orang tidak baik bukan berarti tidak ada sisi positifnya.

Ada orang berkata:”Segemuk-gemuknya ikan pasti ada tulangnya dan sekurus-kurusnya ikan pasti ada dagingnya.”

Penulis sangat tertarik kepada sahabat-sahabat walau terkadang hanya sebatas bersahabat dalam dunia Maya. Ada hal yang menarik dari mereka. Mereka dari segi umur jauh dari penulis. Mereka sudah tua dari segi umur, tapi semangat belajarnya luar biasa, bisa mengalahkan yang muda. Mereka aktif, kreatif, inovatif dan produktif, serta mampu menggerakkan orang lain.

Sebut saja bapak Thamrin Dahlan seorang pensiunan polisi. Di masa tuanya beliau justru aktif dalam dunia literasi, banyak menghasilkan karya berupa buku. Bukan itu saja beliau justru mempasilitasi banyak penulis untuk menghasilkan karya dengan mendirikan yayasan pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).

Selanjutnya bapak Ajhinata seorang artistik film dan Desainer. Beliau sudah terbilang sepuh, tapi beliau sangat aktif dalam mencari inovasi-inovasi baru. Penulis banyak belajar dari beliau, terutama dalam ilmu desainer cover buku. Hampir setiap hari beliau terus belajar dengan hal-hal baru. Di samping sebagai desainer beliau pun aktif dalam dunia literasi. Sudah ribuan tulisannya di Kompasiana dan medsos. Tulisan-tulisan yang berserakan kini mulai diikat dalam sebuah buku.

Selanjutnya Ibu Nuraeni, seorang pengawas dari daerah Jawa Barat. Beliau termasuk yang sepuh, tapi semangatnya mengalahi yang muda. Penulis pernah dua kali bertemu beliau dalam event literasi. Di saat teman-teman guru sedang asyik menikmati liburan panjang akhir sekolah. Penulis dan beliau sempat berguru pada guru yang sama. Dua kali penulis ikut pelatihan pada tahun akhir 2016 dan 2017. Yang menarik dari beliau adalah peserta pelatihan yang tertua. Karena beliau tertua dari peserta pelatihan lainnya, maka beliau mendapatkan apresiasi dari Ceo Media Guru. Beliau membuat brand dibelakang namanya “Pasti bisa.” Karirnya pun meroket dari peserta pelatihan naik tahta menjadi narasumber nasional Media Guru.

Bercermin kepada beliau-beliau yang sudah berumur. Yang seharusnya menikmati sisah hidupnya dengan bersantai-santai ria. Tapi justru mereka semakin tua justru mengukir prestasi. Bukan saja karya-karya yang mereka hasilkan, tapi mereka sebagai penggerak literasi di bumi persada ini.

Nah, bagaimana dengan Anda yang masih muda dan masih punya tenaga ekstra?…

Mereka yang sepuh saja masih punya semangat belajar yang tinggi. Pasti Anda bisa melebihi mereka. Caranya mudah ko, cukup ingat kata Om Darto.

“Bergeraklah di saat yang lain diam dan berjalanlah di saat orang lain berhenti.”

Dan lihatlah apa yang terjadi.

 

 

Tinggalkan Balasan