Hari Pertama PTM (H-1)
Cing Ato
#KMAB
#CatatanHarianSangGuru
Sening, 03 Januari 2022 hari pertama pembelajaran tatap muka (PTM). Setelah 1 tahun 10 bulan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kebahagian tida tara terjadi pada setiap diri peserta didik dan pendidik. Karena selama ini terbelenggu, tidak merdeka, tidak bebas, tidak bisa ke mana, dan lainya. Karena pandemi covid-19 yang merajalela di seluruh penjuru dunia. Begitu juga yang terjadi di bumi tercinta ini.
Semua sektor kehidupan mulai berjalan normal, namun tetap menjaga protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Tetap menjaga jarak, memakai masker, dan cuci tangan.
Ada hal-hal menarik kepada peserta pendidik badannya tambah besar sehingga banyak baju seragam yang tidak muat lagi, terpaksa orang tua pergi ke toko seragam sekolah untuk membeli baju seragam. Ada juga kebiasaan yang di ajarkan oleh covid-19 yang sulit ditinggalkan, yaitu para siswa kecanduan menggunakan smartphone. Inilah yang menjadi kendala dan kekhawatiran banyak pendidik dan orang tua.
Gawai/ smartphone merupakan benda bebas nilai, tertgantung siapa yang memegang dan kesiapan orang yang memegang. Jadi teringat ketika kuliah di UNISMA Bekasi. Ada seminar pendidikan yang isi salah satu materinya memperkenalkan tentang pesantren media. Para santri di ajarkan bagaimana cara mempergunakan media elektronik sebagai media dakwah. Salah satu alatya yaitu smartphone. Sebelum santri menggunakan smarthone selama satu semester santri di jelaskan tentang dampak baik dan buruknya smartphone. Setelah para santri memahami baru semester kedua para santri diperkenankan menggunakan smartphone dan yang lainya. Itu pun tetap dalam pantauan para pembinanya.
Pada pertemuan pertama saya tidak langsung bahas materi pelajaran. Saya lebih cenderung memberikan motivasi kepada peserta didik. Bagaimana seharusnya dilakukan oleh seorang peserta didik. Tentunya harapan saya dari motivasi itu siswa akan sadar akan dirinya sebagai seorang pelajar. Tugas pelajar ya, belajar dengan kesungguhan hati dan tidak setengah-setengah.
Menasehati dan memberikan motivasi kepada siswa tidak cukup sekali, harus berulang kali, karena pada dasarnya manusia sering lupa. Maka itu, memang tugas para pendidik selalu mengingatkan peserta didik. Dan tugas itu merupakan tugas mulia seorang pendidik. Pendidik tidak bisa menciptakan peserta didik menjadi pintar, hanya saja pendidik berusaha agar siswa siap menjadi seorang pembelajar.
Apa yang disampaikan pendidik tidak akan bermanfaat tatkala peserta didik tidak punya semangat untuk belajar. Berbagai program sekolah/madrasah tidak akan tercapai jika persalahan yang esensial tidak tercapai.
Maka itu, pada pertemuan pertama saya hanya sekedar melihat kondisi peserta didik, lalu memeberikan arahan tentang betapa pentingnya belajar bagi seorang pelajar. Ya, setidaknya para peserta didik memahami akan tugas dan tanggung jawabnya sbagai seorang pelajar.