5 Tahun Sudah Aku Terserang Penyakit Langka Guillain Barre Syndrome (GBS)
Cing Ato
18 Juli sebagai moments yang tak pernah kulupakan. 5 Tahun yang lalu tepatnya tanggal 18 Juli 2018 seluruh anggota tubuhku tak bergerak. Syaraf -syaraf yang ada di sekujur tubuhku mati alias tidak berpungsi. Mulai dari jari kaki terus naik ke atas hingga bagian leher. Lidah tertarik memendek, suara hilang, pipi kiri tertarik, mulut mencong.
Sesuatu yang tidak terduga sebelumnya, aku pikir hanya demam biasa, karena aku masih bisa beraktivitas seperti biasa. Mengajar, memimpin salat berjamaah, dan kegiatan sehari-hari masih bisa kukerjakan.
Namun, sehari sebelumnya aku sudah merasakan jari tangan seperti tidak bisa memegang rosleting jaket. Tetapi aku pikir hanya hal biasa, karena biasa kalau naik motor, jari tangan kanan suka keram.
Hari berikutnya setelah bangun tidur tanganku seperti sakit. Aku pikir karena tertindih badan, karena aku lebih banyak tidur miring ke kanan. Ketika aku mandi pagi, aku mencoba untuk membuang air liur, tetapi tidak bisa jauh, bahkan keluar air liur dari pinggir mulut. Aku berpikir “Kenapa ya?”
Aku masih sempat berangkat mengajar walau sudah dilarang istri. Aku pikir nanti juga di bawa mengajar sembuh. Aku pun berangkat menuju madrasah. Namun, ketika di jalan aku ingin belok kiri dan berusaha menghidupkan lampu sen jariku tidak bisa digerakkan dan tubuhku mulai dingin. Dengan sisah tenaga yang ada aku berusaha sampai ke madrasah.
Sesampainya di madrasah, rekan-rekan guru memintaku untuk periksa ke rumah sakit. Aku langsung di rawat di rumah sakit selama 4,5 bulan. Mulai tanggal 18 Juli sampai pertengahan bulan November 2018.
Aku hanya pasrah apa yang terjadi pada diriku. Aku terima saja, aku tidak pernah mengeluh, nikmati saja apa yang terjadi. Mungkin keluarga yang histeris terutama istriku yang melihat kondisiku yang sekejap lunglai tak berdaya.
Alhamdulillah, aku punya istri yang tegar dan selalu mendampingiku setiap hari baik di rumah sakit maupun di rumah.
Setelah kembali ke rumah, hari-hariku hampa tidak ada yang bisa kukerjakan hanya berbaring, sementara seluruh tubuh tak bisa digerakkan.
Setelah satu tahun enam bulan, kedua tanganku bisa digerakkan walau masih sedikit kaku, begitu juga dengan jari-jemariku masih kaku.
Suatu pagi aku mendengar smartphone istriku berdering, lalu aku pinta perawatku mengambilnya.
Smartphone diletakkan di atas bantal, sementara bantal ada di atas dadaku. Aku pinta pembantu untuk menaikkan tempat tidurku dengan cara mengengkol. Kebetulan aku dibelikan oleh anakku tempat tidur seperti tempat tidur rumah sakit.
Dengan jari yang masih kaku aku bisa menyentuh smartphone. Hatiku sangat gembira sekali saat itu. Aku berpikir hari-hariku tidak akan hampa lagi, karena aku bisa isi dengan melihat smartphone.
Ketika istriku pulang aku langsung menanyakan smartphone yang hampir satu tahun setengah tidak membersamaiku. Istriku renpon dan mencarinya. Kartunya sudah tidak aktif, Karena tidak pernah diaktifkan.
Istri lalu membelikan kartu baru dan membelikan sangkutan smartphone agar smartphone bisa disangkutkan di jari jempol kiriku.
Sejak itu aku berselancar mengarungi samudera gemerlapnya smartphone. Satu Minggu aku main smartphone, aku berpikir apa ya, yang bisa aku perbuat untuk orang banyak walau dalam kondisi sakit. Aku pun mendapatkan jawabannya sendiri, yaitu menulis tulisan motivasi. Kebetulan waktu sehat sering membaca buku motivasi dan juga pernah menjadi motivator di madrasah serta sekaligus sering ceramah dan khatib. Setidaknya dari pengalaman itu mempermudah aku menulis karena bahan ide-ide sudah ada dalam otakku.
Menulislah aku setiap hari. Aku bisa menulis satu sampai dua artikel setiap hari. Malam sebelum tidur aku selalu mencari ide untuk menulis, aku tidak akan bisa tidur sebelum ketemu ide. Habis salat Subuh aku menulis sampai terbitnya matahari.
Di samping menulis tulisan motivasi aku juga menulis kisah yang sedang aku alami dengan judul besar/tema “GBS Menyerangku” Tulisan pun aku share ke Facebook. Alhamdulillah, banyak apresiasi datang dari sahabat-sahabat Facebook, sehingga aku bersemangat untuk terus menulis. Menulis setiap hari hingga lupa diriku sedang sakit tahunan.
Di pertengahan aku sedang menulis, sahabatku sekaligus guruku–Omjay–dalam menulis menghubungiku. Aku diajak untuk mengikuti pelatihan menulis pada gelombang 8. Aku pun ikut sebatas kemampuanku. Alhamdulillahnya, pelatihan tersebut menggunakan WhatsApp sehingga materi yang disampaikan tersimpan. Jika, aku lelah bisa dibaca lain hari.
Dari pelatihan ini bukan saja ilmu yang di dapatkan. Tetapi juga, sahabat -sahabat literasi bahkan bisa berkenalan dengan para narasumber dan penerbit buku.
Tulisanku semakin hari ada perkembangannya. Dan juga sepertinya ketika menulis jariku seperti ada yang menuntun. Artinya menulis itu mengalir saja. Aku pun menemukan genre atau gaya menulis. Ya, seperti tulisan ini. Kata temanku tulisanku seperti mengalir saja.
Dari memanfaatkan waktu yang luang, aku terus menulis hingga aku bisa mengikat semua tulisanku menjadi sebuah buku. Alhamdulillah, hingga kini aku sudah menerbitkan 15 buku solo dengan berbagai jenis buku. Ada buku memoar, cerpen, roman, motivasi, jurnal, pendidikan, dan bahkan sekarang sedang menyelesaikan pantun dan puisi.
Bersebab menulis dalam kondisi sakit, rumahku didatangi para sahabat untuk acara vodcast, menjadi narasumber motivasi menulis dan juga dapat piagam dari Bang Jafar.
Bersebab Menulis dalam kondisi sakit banyak teman-teman yang terinspirasi untuk menulis baik di tempat kerja aku maupun di luaran sana.
Aku pun terus menyebarkan virus literasi kepada para siswa. Alhamdulillah, gelombang perdana telah menerbitkan buku antologi.
Bersebab menulis aku dipinta untuk menjadi pembina literasi di tempat mengajarku.
Demikian tulisan ini hanya sekedar pengingat 5 tahun aku terserang penyakit langka Guillain Barre Syndrome (GBS)/ Kelemahan pada syaraf
Alhamdulillah, sekarang sudah segar walau masih di kursi roda. Aku yakin esok lusa aku akan
pulih kembali. Aamiin
Cakung, 18 Juli 2023