Hal Terindah
Hari boleh berganti namun mimpi dan harapan tetap sama, mencoba menjaga diri dan perasaan untuk tetap bisa menenemukan satu nama yang terukir indah dalam hatinya. Tak pernah lelah aku berdoa dan berusaha mencari kabar tentang keberadaan Adit hingga Allah berikan jawaban atas doaku. Aku bisa menemukan Adit melalui seseorang. Aku dan Adit ternyata sama-sama memendam rasa.
Bak hujan di siang nan terik, setelah Adit menghubungiku dan akhirnya aku dan Adit menjalin kisah walau harus berjauhan, namun tak mengapa kami bisa saling menjaga dan percaya. Jarak dan waktu bukan suatu penghalang untuk kami. Setiap saat jika memang kami punya waktu longgar maka kami bisa saling menyapa lewat video call atau pun sekedar menyapa dengan chat.
***
Pagi itu udara begitu sejuk mentari mulai naik dan memberikan kehangatanya pada bumi, suara burung berkicau bersama titik-titik embun pagi mengiringi langkah kaki. Betapa bersyukurnya hari itu dimana aku merasa terlahir kembali karena sudah bisa menemukan seseorang yang ada dalam hatiku.
Beberapa saat setelah aku sampai di tempat bekerja. Aku jumpai sahabatku Lia, ia telah datang lebih dulu. ku ucap salam dan segera duduk di tempat duduk yang bersebelahan dengan tempat duduk Lia. Derrrt derrt… suara ponsel ku bergetar. Aku segera membukanya. Seulas senyum mengembang di sudut bibirku, jelas aura bahagia terpancar. kudapati ternyata Lia memperhatikanku dan segera menghampiriku.
“Tik… selamat ulang tahun ya, semoga selalu sehat, sisa umur yang ada makin berkah dan semoga apa yang kau cita-citakan tercapai, aamiin.”Bisik Lia dengan posisi masih berpelukan.
“Aamiin…terimakasih, Lia.”Jawabku terharu.
Kembali ponsel ku bergetar, di sana aku jumpai Adit mengirimkan video sedang bernyanyi lagu Selamat Ulang Tahun. uuuf rasanya bahagai sekali. Aku tak menduga bahwa Adit ingat tanggal lahirku, setelah sekian tahun terpisah.
[Terimakasih Adit, terimakasih untuk semuanya. Kamu bisa bernyanyi ternyata, suara kamu merdu sekali apa lagi kamu menyanyikan lagu itu. Puji Tika.]
[Maaf, Tik. Aku ga bisa berikan hal terindah dihari ulang tahunmu ini, teriring do’a terbaik untukmu ya, terimalah laguku, berusaha tuk berikan suara hatiku untuk orang yang begitu aku sayangi.]
[Jangan begitu, Dit. Itu hal terindah yang aku terima darimu, ketulusan dan kesetianmu lebih dari cukup bagiku, aku tak meminta lebih.]
Serasa begitu dekat walau hanya lewat maya, sesuatu yang dari hati bisa sampai ke hati pula. Semoga cinta kami tetap abadi indah bersemi sampai akhir nanti. Menyatu dalam naungan kasih-Nya.
***
Hari-hari ku lalui dengan penuh semangat. Kehadiran Adit yang mampu temani hari-hariku. membuatku makin merasa diri begitu berarti. Akan aku tunggu kapan waktu itu tiba. Orang tua ku belum mengetahui tentang hubungan ku sama Adit. Aku berusaha untuk bisa menutupinya. Aku tak ingin buat orang tuanku kecewa dan akan tunjukkan bahwa aku mampu membuat orang tuaku bangga tentang tugas-tugasku sebagai guru di kampung. Aku tak mau menyia-nyiakan kepercayaan orang tuanku.
Saat langit biru mulai berubah kemerahan semburat warna oranye menghiasi begitu indah-Nya. Aku , A yah dan juga Ibu berada di beranda samping rumah. Kami menikmati kopi dan hidangan pisang goreng yang di buat ibu. Ayah memulai perbincangan dengan menanyakan kegiatanku dan kemajuan sekolah tempat aku mengajar selama aku mengabdikan diri di sana.
“Ayah bangga, Nak. Kamu nurut sama ayah walau gaji kamu sedikit. Namun percayalah ilmu yang kau berikan untuk anak didikmu itulah harta terindah sebagai tabungan jariyahmu. Kamu jangan lelah ya, Nak !“ Nasehat Ayah.
“Iya, Ayah. InsyaAllah Tika sudah nyaman bekerja di sini. Doakan Tika ya,Yah.” Pintaku.
“Selalu anakku, doa Ayah menyertai setiap langkahmu.” Seulas senyum tampak membuatku nyaman memandang Ayah.
“Terimakasih, Yah.” Ucapku.
“Nak, kamu dah bekerja dan usiamu juga sudah pas jika harus menikah. Ayah harap kamu bisa segera menikah.” Pinta Ayah.
Deeeg … hatiku.. jantungku berdetak lebih cepat saat Ayah menanyakan hal itu. Aku belum bisa jawab karena aku masih menunggu Adit.
“Iya Ayah,” jawabku datar.
“Begini Nak, minggu depan teman Ayah mau kesini dan akan mengenalkan anaknya pada Ayah untuk bisa mengenalmu.” Jelas Ayah.
“Tapi Ayaaah, aaaku.. aku sudah punya teman.” Sedikit ragu dan takut aku mengatakannya.
“Loh siapa kok Ayah tak pernah tau tentang dia, siapa dia? orang mana dan bekerja di mana? “ Bertubi-tubi pertanyaan Ayah yang membuatku semakin berat untuk mengangkat wajahku. Aku tau jika Ayah punya kemauan apapun itu harus tercapai dan baik ibu ataupun aku hanya bisa meneurut. Jika tidak maka Ayah akan marah dan yang buat kami takut penyakit hipertensi Ayah kambuh. Aku kawatir Ayah tak bisa menerima Adit.
Aku tarik nafas dan ku buang pelan serta berusaha untuk menyampaikan apa yang seharusnya aku sampaikan ke Ayah.
“Begini, Yah. Aku mengenalnya saat masih sekolah dulu, kami ada rasa namun belum sempat terucap kala itu. Kami takut untuk mengungkapkan, namun seiring berjalannya waktu kami di pertemukan lagi dan kami saling ungkapkan apa yang kami rasakan. Kami berjanji untuk bisa Bersatu dalam ikatan suci.” Jelasku.
Seperti kekuatan baru muncul dari hatiku untuk perjuangkan perasaanku ini. Yang biasanya aku tak pernah sepanjang itu mengatakan sesuatu ke Ayah namun kali ini aku begitu berani. Aku tak memikirkan bagaimana nanti tanggapan Ayah. Yang jelas aku tak mau dikenalkan dengan putra dari teman Ayahku.
Air mata tak bisa aku tahan saat ayah mengatakan bahwa menikah itu jangan seusia tak baik kedepannya karena ego masing-masing sangat kuat. Ayah beranggapan Adit seusia denganku maka ia tak bisa membimbingku dan menjadi imam dalam keluarga kelak. Yang sangat membuatku hancur Ayah tak merestuiku bersama Adit dengan alasan hanya seusia dan tentang pekerjaan Adit yang bukan PNS. Sedangkan laki-laki pilihan Ayah adalah laki-laki yang usianya di atasku dan PNS.
Bagaimana aku akan sampaikan ke Adit tentang hal ini. Aku tak tega jika harus buat perasaan Adit terluka. Namun aku juga tak bisa menolak apa yang menjadi kemauan Ayah. Apa karena harus menurut orang tua tapi kita harus korbankan perasaan ku. Apapun keputusanku nanati aku kan berusaha tuk ambil keputusan terbaik.
Ya rabb bimbing hamba untuk memutuskan hal ini. Hamba bingung Ya Rabb. Kuserahkan segalanya pada-Mu.
***
Hari di mana teman Ayah dan Anaknya mau datang kerumah tinggal satu hari namun aku belum juga memeberitahukan Adit. Tapi aku ga boleh begini apapun yang akan terjadi aku harus sampaikan ke Adit. Sesakit apapun itu.
[Halo Adit, maaf ada waktu tidak?]
Pesan chat yang aku sampaikan. Berharap Adit punya waktu untuk aku bisa sampaikan hal ini pada Adit. Tanda ceklis biru belum aku jumapi artinya Adit belum baca chatku. Hatiku makin tak menentu. Ya Rabb kuatkan aku. Sekitar 15 menit aku menunggu balasan dari Adit.
[Halo Tika, maaf tadi baru selesaikan tugasku, dan hp di tas]
Tak menunggu lama akupun langsung call Adit dan menjelaskannya dengan sangat berat. Aku sampaikan tentang niat Ayah. Adit yang berjiwa sabar pun mampu menenangkan dan menghilangkan kegelisahanku. Adit katakan dengan lembut, aku harus menuruti Ayah. Bagaimanapun restu oarng tua itu lebih utama. Cinta tak harus memiliki.
Adit katakan kebahagiaanku lebih utama. Aku tak boleh durhaka pada orang tua. Bukan Adit tak mau berjuang namun kesehatan Ayah lebih Adit utamakan. Tapi aku belum bisa terima. Aku tak mencintai putra dari teman Ayah. Aku minta Adit datang dan langsung menemui Ayah. Di terima atau tidak Adit harus berusaha.
Adit menuruti apa yang aku minta. Jangan sampai nanti menyesal di kemudian hari. Apa yang menjadi mimpi kita maka kita harus perjuangkan.
Saat teman Ayah dan juga putranya datang, selang beberapa menit Adit pun sampai. Perasaan tak menentu menghampiriku. Dengan berusaha tenang dan selalu berdoa. Aku mempersilahkan Adit masuk di saat teman Ayah juga ada di sana. Ayah kaget namun aku harus jelaskan semuanya.
Bukan hanya Ayah yang kaget namun teman Ayah dan juga putranya juga kaget. Setelah ayah dan teman Ayah berbincang-bincang. Dan di saat aku di persilahkan untuk mengatakan sesuatu akupun sampaikan bahwa aku telah mempunyai hubungan dengan Adit. Entah siapa yang merasuki hatiku hingga aku berani mengatakan hal itu di depan teman Ayah dan putranya.
Adit sampaikan apa yang menjadi niatnya untuk melamar ku, tidak peduli nanti tanggapan Ayah. Yang jelas jika sudah di sampaikan maka hati terasa tak mengganjal. Dan betapa aku kaget dan semua yang ada di ruangan itu dengan jawaban Ayah.
“Pak Rudi, maafkan saya dan anak saya. Dengan tak mengurangi rasa hormat kami. Dengan melihat kesungguhan Adit dan juga anak saya untuk mimpi mereka. Saya sebagai orang tua tak bisa mencegahnya.” Kata Ayah.
“Iya Pak, tidak apa-apa. Kami hanya berusaha jika memang Tika sudah menerima lamaran Nak Adit, saya iklas. Doa terbaik untuk Tika. Dan saya mohon doanya semoga anak saya juga dapat jodoh terbaiknya.” Jawab Pak Rudi.
Seperti tak percaya, Ayah yang tadinya kekeh tak merestui aku bersama Adit namun di hadapan temannya Ayah berikan jawaban yang membuat hatiku sangat lega.
Ya Allah ini jawaban atas doa-doaku Kau buka hati Ayah untuk bisa terima Adit.
Seketika itu akupun langsung bersimpuh di hadapan Ayah. Mengucapkan terimakasih dan mohon restu nya. Kulihat Ibu juga Adit dengan senyum bahagianya melihat Ayah telah memberikan restunya untukku dan Adit.
Jangan takut untuk hal yang perlu diperjuangkan, daripada menyesal dengan keputusan yang sangat berpengaruh di kehidupan kita mendatang. Iklas, sabar, Ihtiyar dan doa niscaya hal yang indah dapat kita raih.
Saat itu juga Adit sampaikan, minggu depan akan datang lagi bersama orangtuanya untuk mncari tanggal yang tepat untuk pernikahan.
#KarenaMenulisAkuAda
#Day19KMAAYPTDChallenge
Gunungkidul, 8 Sepetember 2021.