Tragis! FN, sang Ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Klaten, Jateng meregang nyawa di dalam kolam usai diceburkan oleh teman-temannya. Iseng memberikan surprise pada hari ulang tahun remaja itu berakhir fatal, nyawanya tak bisa ditolong, Senin (8-7-2024).
“Sebelum diceburkan ke kolam, dikasih tepung dulu terus diangkut. Namun nahas, ketika akan berupaya naik ke permukaan, FN menginjak setrum listrik dan akhirnya tidak terselamatkan nyawanya,” jelas Kapolsek Cawas AKP Umar Mustofa di Kabupaten Klaten.
Tragis
Pemerhati pendidikan dan dunia remaja Diansyah Novi Susanti, S.Pt. menyayangkan peristiwa tragis ini. “Ini surprise berujung maut. Mungkin teman-teman FN menganggap surprise di hari ulang tahun ini agar FN bahagia, senang, dan sebagai bentuk perhatian sesama teman. Namun, kenyataannya bukan kebahagiaan yang diperoleh, tapi nyawa yang menjadi taruhannya,” hal itu sebagaimana diungkapkan olehnya kepada MNews, Jumat (12-7-2024).
Tak ada yang menginginkan kejadian tragis menimpa seseorang. Termasuk beroleh musibah yang merupakan ketetapan dari Allah Swt. ini. Namun, bila kita melihat beberapa kejadian yang awalnya iseng dan berujung maut, tentunya tidak bisa kita biarkan. Ada pelajaran penting yang bisa diambil agar kasus tragis serupa tidak terulang.
Terkait fenomena ulang tahun yang biasa dilakukan anak-anak muda, sebenarnya bukan merupakan budaya Islam Namun fenomena ini tetapi menjadi trend di tengah masyarakat.
Saat berulang tahun, momen itu dianggap istimewa lantas diberikan surprise pesta dan bersenang-senang. Mereka mengira hal itu bisa memberikan kebahagiaan bagi yang berulang tahun. Namun, tidak jarang yang akhirnya kebablasan dalam merayakannya bahkan menimpakan kedholiman, seperti menaburkan telor busuk pada kepala atau badan yang tengah berultah. Tentu ini telah melanggar batasan syariat Allah.
Memang, generasi saat ini suka latah meniru. Mereka dengan mudah membebek pada aktifitas yang kurang baik. Ada banyak faktor yang menjadikan mereka berbuat sesuatu tanpa mencari tahu apa hukum dan tujuan dari perbuatan yang dilakukan.
Pertama, kurangnya pengetahuan mengenai tsaqofah keislaman. Lemahnya pengetahuan Islam yang dimiliki telah menjauhkan pemahaman tentang Allah yang Maha Menciptakan, Allah yang Maha Mengatur, Allah tempat kembali, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban atas semua yang kita lakukan. Tanpa adanya kesadaran, seseorang akan melakukan perbuatan sesuai kehendaknya tanpa memandang standar halal atau haram terpuji atau tercela.
Kedua, buruknya sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan yang ada saat ini berorientasi pada capaian nilai akademik, bahkan dirancang ketika bersekolah targetnya adalah bisa medapatkan penghasilan berupa uang. Padahal terdapat aspek yang lebih itu berupa akhlak moral dan kepribadian siswa.
Banyak generasi yang pintar, pandai, sukses secara materi, tetapi lemah moral dan akhlaknya.
Ketiga, faktor teknologi yang makin berkembang. Kemajuan zaman dan teknologi digital saat ini memudahkan kita dalam mengakses informasi. Di sisi lain, tidak ada pengaturan informasi yang dapat membentengi dari kejahatan dan kemaksiatan. Jadinya sisi negatif tehnologi lebih dominan di samping sisi positifnya. Saat mana teknologi justru bisa menjadi racun bagi generasi.
Tayangan-tayangan tentang gemerlapnya para artis dan kaum celeb. Juga tokoh ternama, bahkan kalangan apa pun, misalnya ketika sedang merayakan ulang tahun dengan pesta dan memberikan surprise. Tayangan seperti ini bebas dikonsumsi oleh siapa pun yang dapat mengaksesnya sehingga merela latah unuk menirunya.
Apalagi, ulasnya, pada 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15—64 tahun) dan 30%-nya penduduk berusia tidak produktif (di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun).
Bisa dibayangkan ruginya bila jumlah sebanyak itu jika tidak dipikirkan cara menyiapkan mereka untuk menjadi generasi emas. Sebaliknya jumlah ini bisa berbahaya dan kerusakan akan mengancam generasi.
Tiga Pilar
Terdapat tiga pilar yang saling bersinergi dalam menciptakan generasi emas yang standarnya adalah berkepribadian Islam, cakap dalam pengetahuan, sains, dan teknologi, serta terampil dalam kehidupan Islam.
Generasi ini, dapat terwujud jika sistem yang diterapkan juga mendukung. Sedangkan sistem Kapitalisme sudah nyata gagalnya dalam mewujudkan generasi yg seperti tergambar di atas. Kita harus kembali ke sistem Islam sebagaimana Nabi Muhammad saw., para sahabat, dan generasi yang dipimpin oleh islam selama lebih dari 13 abad, yaitu khilafah islamiyah.
Tiga pilar iti adalah: Pertama, adanya ketakwaan individu. Setiap individu didorong untuk senantiasa taat, beriman, dan bertakwa kepada Allah Swt. Kesadaran bahwa manusia adalah hamba Allah menjadikan setiap perbuatannya dikaitkan dengan hukum Allah.
Kedua, kontrol masyarakat. Masyarakat saling peduli, gemar memberikan nasihat, amar nahi munkar. Jika ada orang yang berbuat kesalahan atau kezaliman atau kejahatan, maka akan saling menasehati sehingga tidak akan menjadi pemakluman.
Ketiga, kehadiran negara yang menerapkan aturan yang datangnya dari Allah, yaitu penerapan hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah. Islam memiliki sistem sanksi hukum terhadap pelaku kejahatan, maka akan menjadi penebus dan pencegah agar tidak merulangi tindak kejahatan serupa
Tampaklah, jelas, sistem Islam sudah diatur oleh Allah dengan begitu sempurna. “Apalagi yang membuat kita ragu? Bukankah kita hidup ingin mendapatkan keberkahan dari Allah? Jadi, terapkan hukum Allah dalam sebuah sistem pemerintahan Islam, Khilafah Islamiah yang mengikuti manhaj kenabian,”