Mengurai Polemik Penggunaan Ataturk Sebagai Nama Jalan

Terbaru212 Dilihat

Polemik seputar rencana menggunaan nama Mustafa Kemal Ataturk sebagai nama jalan di Jakarta kian mengemuka. Mayoritas muslim menolak rencana ini, termasuk MUI. Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas mengatakan Mustafa Kemal Ataturk adalah tokoh yang mengacak-acak ajaran Islam. Dia berpendapat bahwa perbuatannya banyak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunah. Sementara itu Ketua Dewan Syuro DSKS, Muzzayin Marzuki berpendapat bahwa hal itu menunjukkan ketidakpahaman terhadap Islam dan perjuangan kaum muslim.

Siapakah sebenarnya Mustafa Kemal Ataturk ? Mengapa menjadikan namanya menuai banyak penolakan?

Alasan Penggunaan Nama Jalan

Duta besar RI di Ankara, Muhammad Iqbal, mengatakan, penggunanan nama
Ataturk merupakan tata krama diplomatik kedua negara. Penetapan namanya sebagai jalan  balasan karena Turki sudah menjadikan nama Soekarno sebagai salah satu nama jalan di depan KBRI Ankara.

Hubungan Indonesia dan Turki memang memiliki catatan historis. Dalam perspektif nasionalis sekuler, kedua tokoh ini dinilai memiliki kesamaan dalam hal pendiri negara Republik dan tokoh revolusi yang memiliki spirit melawan kolonial.

Melihat hubungan dua negara ini dengan kacamata Islam tentunya akan berbeda, karena Ataturk merupakan tokoh kunci dalam penghancuran Institusi Negara Islam di Turki. Sementara itu tercatat secara historis, Nusantara dengan Khilafah Utsmani di Turki terhubung dalam dakwah Islam.

Pentingnya Membaca Sejarah Secara Utuh.

Bagi kalangan sekuler, Mustafa Kemal Atatutk merupakan pahlawan dan tokoh revolusioner. Ataturk sendiri artinya adalah Bapaknya bangsa Turki.  Predikat itu diberikan ketika Ataturk berhasil mengubah Turki Utsmani menjadi negara republik. Hal itu terjadi setelah drama penggulingan  sistem kekhilafahan di masa kemundurannya.

Ataturk berhasil menghilangkan dominasi dan dogma agama di Turki dengan  menghapus sistem Kekhalifahan Utsmani saat itu. Ia berhasil mengganti wajah Turki yang semula hidup dalam sistem Islam  menjadi Republik sekuler. Ia berupaya menjauhkan syariat Islam dari kehidupan rakyat Turki hingga menyulap tata aturan yang berasal dari Islam menjadi ala Barat sekuler.

Kemal Ataturk  lahir pada 1881 di daerah Salonika. Ia terkenal sebagai peletak dasar sekularisme di Turki.  Sebagian penulis Barat menyebutkan Kemal Ataturk adalah anggota Freemasonry, organisasi rahasia Yahudi yang berdiri di London pada 1717. (Muammar, Arfan. Kritik terhadap Sekularisasi Turki)

Kemal Ataturk menginginkan Turki yang kental dengan Islam belok berkiblat pada  peradaban Barat. Konyolnya,  Ia berpendapat Islam sebagai biang kerok kemunduran Turki. Karenanya penghapusan sistem Khilafah merupakan agenda utamanya.

Pada 1 November 1922, Dewan Agung Nasional pimpinan Kemal Ataturk menghapuskan Kekhalifahan. Selanjutnya, pada 13 Oktober 1923, pusat pemerintahan pindah dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya, Dewan Nasional Agung pada 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya Negara Republik Turki dan mengangkat Kemal Ataturk sebagai Presiden Republik Sekuler Turki.

Prestasi Terburuk

Prestasi Kemal Ataturk yang merupakan dosa terburuk adalah menghapus Kekhalifahan. Setelah Khilafah resmi diruntuhkan pada 3 Maret 1924, Ataturk menetapkan kebijakan sekuler radikal. Selama Kemal Ataturk berkuasa di Turki, ia berusaha melaksanakan program liberalisasi masyarakat Turki secara sistematis.

Dalam pandangannya, Barat Kapitalis harus menjadi role model bagi Turki. Pembenci Islam ini tidak pernah menganggap menganggap Islam sebagai penghalang kemajuan, sehingga harus disingkirkan dalam aturan kehidupan.

Dilansir dari laman muslimahnews.com (20/3/2021), berikut merupakan perangai terburuk Kemal Ataturk terhadap Islam:

1. Menghapus Khilafah Islam pada 1924 M atau 1342 H, tepat seabad yang lalu menurut tahun hijriah.

3. Menghapus seluruh syariat Islam pada 1926.

3. Menjadikan warisan antara laki-laki dan perempuan setara.

4. Melarang rakyat Turki untuk melakukan ritual ibadah haji atau umrah.

5. Melarang bahasa Arab di sekolah.

6. Melarang azan di masjid-masjid.

7. Melarang hijab (pakaian wanita sesuai syariat) di Turki.

8. Mencoret nama Mustafa dari namanya.

9. Menghapus perayaan Idulfitri dan Iduladha.

10. Menjadikan hari Ahad sebagai hari libur mingguan menggantikan hari Jumat.

11. Menghapus huruf Arab dari bahasa.

12. Mengubah Masjid Hagia Sofia sebagai museum.

13. Mengubah sumpah “demi Allah” menjadi sumpah “demi kehormatan” ketika penyerahan jabatan (pelantikan).

14. Mengeksekusi ratusan ulama dan ahli fikih yang menolak pendekatannya.

Kebencian Kemal Ataturk
terhadap Islam nampsk jelas dalam tindakin gila di atas Hal itu terus berlangsung hingga mati. Sebelum meninggal ia bahwa

berwasiat agar jenazahnya tidak disalati. Ataturk  bahkan mengatakan di depan parlemen Turki pada 1923, “Sekarang kita berada di abad ke-20 dan era industri yang tidak dapat berjalan di belakang kitab yang membahas at-tīn wa al-zaitūn (maksudnya adalah Al-Qur’an Al-karim).”

Sekularisasi Turki hingga drama peruntuhan Khilafah menyisakan  kenestapaan yang mendalam bagi umat Islam. Hingga kini kaum muslimin berpecah belah menjadi nerara kecdengan sekat-sekat nation state. Negeri muslim mudah terjajah.

Sekularisasi dan westernisasi yang ia bawa telah menghancurkan kehidupan kaum muslimin. Umat tak lagi memiliki pelindung dan penjaga. Tindakan penghancuran Khilafah menyisakan konflik pada tubuh umat Islam Palestina, Suriah, Irak, dan negeri Islam lainnya berlumuran darah konflik tanpa henti hingga kini.

Rekam jejak Ataturk begitu hina. Layakkan sosok seperti ini sebagai nama jalan di negeri mayoritas muslim? Tata krama mana yang menjadikan tokoh pembegal Khilafah di abadikan untuk nama jalan? Bila alasanya demi relasi resiprokal, kenapa tidak memilih pemimpin Turki yang lebih layak sebagai nama jalan, seperti Sulaiman al-Qanuni, Muhammad al-Fatih, atau Sultan Abdul Hamid II.

Negeri yang menggunakan dasar negara dengan menempatkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, tak sepantasnya mengabadikan nama pengkhianat Islam sebagai nama jalan hanya karena tata krama diplomatik. Sekularisasi Turki merupakan perkara yang serius.

Selayaknya diambil sebagai pengalaman berharga. Penerapan sekularisme di negeri Islam sama saja bermakna menghapus Islam sebagai sebuah sistem hidup yang bersinar terang. Islam diturunkan sebagai din, sejatinya telah memiliki konsep sebagai peradaban. Peradaban Islam akan kembali gemilang dengan penegakan syariat kafah bukan dengan peradaban sekuler Barat.

Tinggalkan Balasan