Ini hal terpenting, apa yang mau kita jual. Karena dalam ilmu pemasaran dalam bisnis harus memperhatikan 4 faktor utama yakni 4P (Product, Place, Price dan Promotion). Diantara keempat faktor ini yang paling peñting adalah produk. Tanpa kita mengetahui produk yang akan kita jual akan sulit melakukan tiga faktor lainnya.
Kadang dalam ilmu pemasaran terbaru ada yang menambahkan 2P lagi, yakni People dan Process (business process).
Dalam bisnis kuliner yang dimaksud dengan produk adalah yang akan dijual bisa makanan, minuman bahkan keduanya bersamaan.
Kita ambil contoh, bisnis kuliner yang menjual makanan saja, misal Rumah Makan Padang, hanya menjual makanan berupa nasi dan lauk dengan cita rasa Padang, seperti rendang, dan lain-lain, gerai nasi jamblang, hanya menjual nasi dengan lauknya dengan alas daun jati, kedai soto Betawi hanya menjual soto Betawi, dan sebagainya.
Adapula yang khusus hanya menjual minuman, contoh gerai kopi kekinian yang sedang mark dimana-mana, Chatime, hanya menjual minuman dengan boba, atau Mixue hanya menjual ice cream dan teh.
Namun karena setiap orang makan selalu memerlukan minum, banyak yang menggabungkan keduanya, contoh KFC, menjual ayam goreng dengan beberapa pilihan minuman, Yoshinoya, selain menjual paket makanan dalam mangkok (bowl) juga menjual paket dengan minuman, juga Bakmi GM yang menjual bakmi juga menyediakan minuman.
Meski menjual keduanya, tetap kelihatan bisnis utamanya, yang menjual keduanya atau menjual secara paket. Misal Starbucks meski menjual kopi dan kue, produk utamanya adalah kopi. Subway meski menjual sandwich dan minuman, jelas produk utamanya adalah sandwich demikian pula dengan Golden Lamian yang bisnis utamanya adalah Lamian.
Yang sengaja menjual keduanya lebih banyak, misal kebanyakan rumah makan menyediakan daftar menu makanan dan minuman.
Jadi, saat kita ingin Berbisnis Kuliner perlu memikirkan produk yang akan kita jual hanya makanan saja, minuman saja, keduanya, atau sebagai pelengkap bisnis utama.
Membuat paket produk makanan dan minuman tidak salah, hanya saja harus menyediakan bahan baku dan properti pendukung. Misal menyediakan piring dan gelas, menyediakan daging dan es, dan lainnya.
Yang peñting kita harus dapat memikirkan pelanggan akan membeli keduanya karena menyantap secara langsung (dine in) atau hanya pesan antar atau disantap di rumah.
Dalam menentukan produk, kita juga harus menentukan jenis kuliner apa. Kita harus pandai memprediksi calon pelanggan yang kita bidik menyukai kuliner apa, kuliner Nusantara atau kuliner global. Karena Indonesia terdiri dari puluhan suku bangsa tentu pilihan harus lebih cermat. Jangan memilih kuliner Jawa bila demografi menunjukkan penduduk asal pulau Jawa sedikit. Mungkin lebih mudah menjual makanan Padang yang sudah diterima banyak orang. Namun memperkenalkan kuliner baru juga menantang, seperti yang dilakukan Hoka Hoka Bento (sekarang Hokben) yang berani memperkenalkan kuliner Jepang cepat saji dan ternyata banyak peminatnya.
Juga kita harus memikirkan menjual produk waralaba yang sudah tersusun rapi proses bisnisnya, namun kita harus membayar brand fee dan royalti. Atau berani menyiapkan semuanya dari nol dengan membangun merek sendiri. Mempromodikan merek dari yang tidak dikenal menjadi dikenal, dan selalu dicari pelanggan. Contoh bisnis waralaba misalnya jaringan Kopi Kenangan, Mc Donald, atau Dunkin donuts. Bisnis dengan merek sendiri, contoh Ayam Goreng Suharti, dan Soto Tjondro.
Terima kasih, Pak Sutiono, ulasan yang menarik dan sangat luar bias tentang tips membuka usaha.
Dulu saya juga pengen jadi pengusaha, tapi akhirnya tiba di dermaga cinta utk anak2 didik saya … hehehehe … salam sehat selalu Pak Sutiono