Salah satu faktor yang cukup peñting untuk dipikirkan adalah pangsa pasar yang dituju. Bila panga pasar yang dituju golongan bawah cukup buka warung Tegal, lapo Batak atau rumah makan sederhana, tanpa interior yang dirancang khusus dan tidak perlu masuk mall atau hanya melayani di ruang tunggu sopir di ruang parkir mall. Bisa juga warung kecil atau kantin untuk karyawan kantoran level bawah atau mahasiswa.
Rumah makan sederhana tidak membutuhkan interior khusus, biasanya cukup satu ruangan saja dengan meja kursi biasa. Makanan bisa sudah matang, seperti warung Tegal atau bisa dimasak setelah pesanan tiba seperti warung mie cepat saji dan kopi saset. Tidak perlu ruangan yang nyaman dengan pendingin ruangan atau kursi sofa yang empuk. Tujuannya hanya melayani pelanggan makan dan kenyang. Rasa tidak terlalu peñting, asal harga terjangkau dan enak disantap.
Kadang pelanggan tidak makan ditempat dan hanya memesan untuk dibawa pulang.
Bila pangsa pasar yang disasar adalah golongan menengah, bisa membuat gerai di food court mall atau rumah makan kecil diluar mall. Contoh: Sate Khas Senayan Express, gerai Mc Donald di food court, rumah makan Padang.
Untuk rumah makan waralaba meski kecil tetap perlu membuat interior yang seragam, misal Kentucky fried chicken, Bakmi GM, atau Soto Kudus.
Pelanggan bisa makan ditempat dengan suasana yang lebih nyaman. Meja kursi seragam ruangan berpendingin atau bersantap di meja kursi yang disediakan pihak pengelola food court sebuah mall.
Melayani pesanan dibawa pulang (take away) maupun pesan antar melalui jaringan layanan seperti Go Food, Grab Food dan sejenisnya.
Sedangkan bila golongan atas yang disasar dapat membuat rumah makan atau restoran dengan interior khusus yang mewah. Atau membuka restoran untuk melayani tamu hotel. Contoh: Gandy Steak House, Rumah Makan Angke, restoran May Star.
Ruang makan didesain dengan interior khusus yang instagramable guna menarik pelanggan. Tempat duduk dengan suasana nyaman, tentu dengan pendingin ruangan. Baik didalam (indoor) mau diluar (outdoor). Bahkan ada yang khusus memilih tema rumah makan taman. Bila perlu mengadakan pertunjukan musik hidup atau sekadar musik dari radio atau CD atau televisi.
Rumah makan untuk golongan atas harus didisain senyaman mungkin, karena mereka tujuannya untuk makan ditempat (dine in). Meski jarang, namun ada juga yang memesan makanan untuk dibawa pulang, entah sebagai bingkisan atau oleh-oleh untuk keluarga / temannya yang sedang sibuk atau sakit.
Bila pangsa pasar anak muda, harus menyediakan sistem menu dengan memindai barcode, memesan dengan pad atau aplikasi. Pembayaran bisa dengan e-money, QRIS atau pembayaran elektronik lainnya.
Bila pangsa pasar yang disasar generasi tua, sebaiknya jangan terlalu menggunakan sistem digital yang rumit karena mereka masih gaptek. Sebaiknya tetap disediakan menu manual seperti biasa. Atau tinggal tunjuk gambar yang tersedia.
Bila ingin meraih pangsa pasar yang lebar, sebaiknya memilih kelas menengah, sehingga bisa dijangkau banyak pihak. Selain golongan menengah yang disasar, golongan bawah bila sedang dapat rezeki bisa juga membeli, dan golongan atas juga bisa memesan bila mereka tertarik dengan kuliner yang dijajakan.
Atau berani memasarkan kuliner yang anti mainstream, meski pangsa pasar terbatas, namun menarik perhatian banyak orang pada awalnya. Paling tidak membuat orang penasaran dan ingin mencoba. Misal memasarkan burgushi, burger sushi, sebuah kombinasi antara burger dan sushi, rumah makan berteman kucing, makan sambil bisa membelai kucing yang lucu, atau makan dengan makanan yang digelar diatas daun pisang secara bersama.
Karena jarang ada, pasti akan menjadi berita dan membuat orang penasaran untuk mencobanya.
Menentukan pangsa pasar juga akan menentukan jenis kuliner yang dipilih, lokasi tempat dan aksi lainnya.
Setelah menerapkan pangsa pasar akan lebih mudah menentukan kuliner yang akan dipasarkan.