Mengalah bukan berarti kalah. Misal kita sedang memperebutkan sebuah buku, lebih baik kita mengalah, daripada terus berebut, bukan buku utuh yang kita dapatkan, melainkan robekan setengah buku. Karena yang berebut sama-sams bertahan ingin mendapatkan buku tersebut. Bila salah satu mengalah, buku tetap utuh, Dan kita dapat membacanya setelah teman yang lain selesai membacanya.
Jadi dalam hal ini, mengalah bukan berarti kalah, karena kita masih dapat membaca buku yang diperebutkan secara utuh.
Dalam banyak hal, mengalah, lebih bermanfsaat daripada berebut. Karena dengan mengalah, kita dapat mencegah permusuhan dengan seseorang. Kita hanya mendapatkan giliran berikutnya, namun kita justru mendapatkan simpati dari teman kita.
Sikap mengalah perlu diterapkan sejak dari kecil, saat berebut mainan, hingga dewasa mungkin saat berebut pekerjaan. Mengalah bukanlah menjadi pihak yang kalah. Dalam suatu persaingan bisnis, lebih baik kita menggunakan promosi yang mengena pada hati pelanggan, daripada sekedar berebut pelanggan.
Sikap mengalah tidak tepat dilakukan pada kondisi persaingan yang dapat menggunakan trik tertentu. Sikap mengalah diterapkan untuk menghindari persaingan yang mengarah ke arah konflik.
Dengan mengalah diupayakan tercipta kondisi win-win, tanpa ada satu pihak yang merasa dikalahkan.
Dalam hubungan keluarga, sikap saling mengalah juga sangat diperlukan. Misal saat orang tua harus memilih dana yang akan digunakan untuk kuliah untuk salah satu dari fua anaknya. Anak yang lebih pandai fan lebih siap, sudah sepatutnya mendapatkan prioritas. Anak yang lain harus mengalah. Sebagai imbal baliknya, setelah lulus dan mendapat pekerjaan yang lebih layak, anak yang memperoleh kesempatan kuliah dapat gantian membrayai saudaranya. Dengan demikian keinginan untuk kuliah bagi ke dua ansk terpenuhi, meski harus bergiliran.