Goresan Catatan Guru Bersama Korona Bagian 14

#Menulis di Blog Jadi Buku

#26 Februari 2021

Kita Tidak Sendiri, Kita Pasti Bisa Melewatinya

Oleh: Suyati

 

Tak ada manusia

Yang terlahir sempurna

Jangan kau sesali

Segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah

Dapatkan cobaan yang berat

Seakan hidup ini

Tak ada artinya lagi

Syukuri apa yang ada

Hidup adalah anugerah

Tetap jalani hidup ini

Melakukan yang terbaik

Tak ada manusia

Yang terlahir sempurna

Jangan kau sesali

Segala yang telah terjadi

Syukuri apa yang ada

Hidup adalah anugerah

Tetap jalani hidup ini

Melakukan yang terbaik

Tuhan pasti kan menunjukkan

Kebesaran dan kuasanya

Bagi hambanya yang sabar

Dan tak kenal putus asa

Jangan menyerah

Jangan menyerah

Jangan menyerah

Jangan menyerah

Jangan menyerah

Jangan menyerah

Syukuri apa yang ada

Hidup adalah anugerah

Tetap jalani hidup ini

Melakukan yang terbaik

Tuhan pasti kan menunjukkan

Kebesaran dan kuasanya

Bagi hambanya yang sabar

Dan tak kenal putus asa

Dan tak kenal putus asa

Dan tak kenal putus asa

Sumber: KapanLagi

Mendengarkan lagu “Jangan Menyerah” yang dinyanyikan oleh D’Masiv tersebut menjadi semakin pas terasa dengan keadaan dan kondisi saat ini. Tidak hanya kita yang merasakan pandemi ini. Masa-masa ini dimulai dari tahun 2020 menjadi masa yang sulit untuk dilewati. Tetapi tidak berarti hal ini tidak mungkin dilalui.

Perkembangan covid 19 hingga setelah satu tahun menyerang dunia belum mulai menunjukkan hilangnya. Banyak sector yang sudah terpuruk akibat covid 19. Banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat dirumahkan. Pembelajaran pun harus dilaksanakan lewat daring atau online. Entah sampai kapan semuanya akan berlangsung. Pertanyaan tersebut terus muncul di antara usaha-usaha yang mencoba dilakukan untuk mengurangi penyebaran covid 19. Dari penerapan 3M, 5M, PSBB, PKKM dan sekarang adalah penggunaan vaksinasi. Semuanya dilakukan untuk tujuan melewati masa pandemi ini pada akhirnya.

Siang itu, beberapa pedagang datang ke sekolah. Mereka adalah seorang pedagang kaos kaki, pedagang makanan dan pedagang sepatu. Sebenarnya sudah diterapkan protokol kesehatan. Beberapa waktu lalu pedagang dilarang masuk ke area sekolah tetapi sekarang lebih dipermudah. Bukan karena apa-apa. Kebutuhan akan makan bagi mreka tidak mungkin dihindari. Akhirnya sekarang pedagang diizinkan masuk dengan aturan protokol yang ketat. Terutama untuk pedagang kebutuhan makanan dan kebutuhan esensial.

Pedagang-pedagang tersebut bercerita betapa susahnya sekarang mendapatkan keuntungan dari barang-barang yang dijualnya. Dengan dihentikannya pembelajaran tatap muka berarti sekolah pun berhenti. Kebutuhan akan kaos kaki dan sepatu menjadi hal yang tidak penting lagi. Anak-anak sekolah tidak lagi menggunakan kaos kaki dan sepatu dalam pembelajaran yang dilakukan di rumah (BDR). Ke sekolah-sekolah pun menjadi sepi. Guru-guru hanya separo yang datang ke sekolah karena diberlakukannya system WFO (Work from Office) dan WFH (Work form Home). Sama halnya dengan para pesera didi, guru pun akhirnya tidak banyak yang membuat anggaran untuk kebutuhan sepatu. Kalau pun ada yang membeli, sekarang tidak menjadi prioritas. Sehingga pendapatan para pedagang sangat menurun sekarang.

Masih menurut pedagang-pedagang tersebut, banyak teman-temannya yang seprofesi sudah pindah haluan ke bidang yang lain. Karena tidak dapat bertahan dalam menghadapi sepinya pembeli di masa sekarang ini. Anaknya yang bekerja di bidang pariwisata pun tidak jauh beda dengan dirinya. Sepinya pengunjung ke tempat-tempat wisata membuat banyak perubahan. Memang tidak sampai mengalami di PHK tetapi berkurangnya pengunjung juga menjadikan gaji dan pendapatan mereka berkurang.

Cerita tersebut tidak hanya disampaikan oleh pedagang kaos kaki, sepatu dan makanan. Beberapa pedagang-pedagang lain yang pernah datang ke sekolah pun menyatakan hal yang senada. Tidak dapat dipungkiri ada hal yang tidak mengenakan terjadi. Semuanya harus terus berjuang di masa-masa sulit ini. Kalau tidak memikirkan kebutuhan makan keluarga, mungkin tidak akan kuat menghadapi hal seperti ini. Keluarga menjadi sebuah menyemangat. Demikian tekad mereka.

Demikanlah sekelumit keluh kesah yang terjadi di sekolah oleh para pedagang saat saya WFO. Mungkin kita tidak bisa memberikan jalan keluar secara ekonomi. Mendengarkan cerita dan keluh kesah mereka mungkin tidak banyak membantu. Tetapi bisa jadi hal tersebut bisa saling menguatkan satu sama lain. Membeli barang-barang mereka tanpa menawar mungkin bisa menjadi salah satu solusi. Berhenti menawar dan bernego dengan harga. Kita semua mengalami hal-hal yang sulit. Tetapi dalam kesulitan kita tidak harus berhenti berbuat kebaikan. Salam sehat selalu. Jangan menyerah. Terus semangat. Salam literasi.

 

Tinggalkan Balasan