Berbagai komentar dan tanggapan dari banyak kalangan, pejabat dan pakar, terkait dengan kemacetan di Jakarta tidak membumi karena tidak menyentuh akar persoalan.
Dalam berbagai kesempatan talkshow ada pakar yang mengatakan kemacetan karena pembangunan jalan baru tidak sebanding dengan pertambahan kendaraan bermotor. Faktanya, kemacetan tidak terjadi di semua atau sepanjang jalan raya, tapi hanya terjadi di ruas-ruas jalan atau di titik tertentu.
Lagi pula tidak ada kota besar di dunia ini yang bebas dari kemacetan. Di kota-kota besar dengan sistem jaringan MRT/mass rapid transit (subway/metro) dan LRT (light rail transit) yang mumpuni tetap saja terjadi kemacetan yang luar biasa.
Bangkok, Thailand, misalnya, di beberapa ruas jalan kemacetan melebihi Jakarta. Tapi, bagi warga dan pendatang, seperti turis, kemacetan tidak jadi masalah karena di Bangkok ada opsi (pilihan) transportasi yang bebas dari kemacetan.
Di Bangkok ada MRT yaitu rangkaian kereta rel listrik (KRL) di bawah permukaan tanah (metro atau subway) beroperasi mulai 1999. Ada pula KRL di rel layang di atas permukaan tanah. Jalur-jalur MRT di Bangkok ditandai dengan warna.
Mass rapid transit adalah jaringan sistem transportasi perkotaan dengan daya angkut besar sekali jalan dengan waktu tempuh yang cepat dan terukur serta berhenti di banyak stasiun.
Begitu juga dengan Kuala Lumpur, Malaysia, ada jaringan MRT yang mulai beroperasi tahun 1987 yang membelah kota itu dari Timur ke Barat dan dari Utara ke Selatan yang dipadu dengan bus yang saling bersinggungan. Maka, biar pun jalanan macet warga bisa mencapai tujuannya, seperti ke kantor atau ke pasar dan lain-lain, dengan cepat tanpa terhalang macet.
Begitu juga dengan Singapura yang mengoperasikan MRT sejak November 1987 memberikan pilihan transportasi bagi warga dan pendatang. Metro Singapura ini tidak seluruh jaringan di bawah tanah karena di beberapa tempat nongol juga ke permukaan tanah. Jaringan MRT Singapura ini mencapai 231 kilometer.
Maka, MRT, yang diindonesiakan jadi Moda Raya Terpadu, yang baru melayani Lebak Bulus sampai Bundaran HI dengan 11 stasiun. Sebelumnya sudah beroperasi LRT di yang menghubungkan Stasiun Veledrome (Jakarta Timur) ke Kelapa Gading (Jakarta Utara) dengan enam stasiun.
Stasiun-stasiun MRT dan LRT ini terkoneksi dengan jaringan bus TransJakarta (dikenal luas sebagai busway). Tapi, jalur bus TransJakarta tidak bebas dari kemacetan karena melewati persimpangan yang diatur dengan lampu lalu lintas (traffic light). Selain itu jalur TransJakarta juga terhalang kendaraan pribadi dan bus dari kalangan tertentu dan sepeda motor.
Itu artinya bus TransJakarta tidak termasuk angkutan massal, tapi hanya sebatas angkutan publik (public transportation) karena tidak bisa mengangkut penumpang yang banyak dan tidak bebas dari kemacetan.
Belakangan kehadiran LRT (light rapid transit yaitu rangkaian KRL dengan rel layang yang diindonesiakan jadi Lintas Rel Terpadu) yang akan menghubungkan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) disebut-sebut untuk mengatasi kemacetan.
Tentu saja anggapan itu tidak benar karena jaringan LRT tidak menyentuh pusat-pusat kegiatan publik, pemerintahan dan bisnis. Itu artinya pengguna MRT dan LRT masih memerlukan transportasi lain, seperti bus, taksi dan ojek.
Secara filosofis transportasi untuk warga kota besar diberikan opsi yang bebas dari kemacetan, bukan membangun angkutan massal untuk mengatasi kemacetan.
Maka, judul-judul berita terkait dengan LRT yang dikaitkan dengan kemacetak salah nalar terkait dengan filosofi transportasi perkotaan:
- LRT Jabodebek Diklaim Ampuh Urai Kemacetan di Jakarta (ekonomi.bisnis.com, 23/6-2023)
- Heru yakin LRT Jabodebek dapat kurangi kemacetan DKI (antaranews.com, 28/6-2023)
- LRT Jabodebek Bakal Mengurangi Kemacetan Jakarta, Ini Penjelasannya (regional.kontan.co.id, 30/6-2023)
- LRT Pangkas Kemacetan Jakarta (metrotvnews.com, 8/7-2023)
- Jokowi Harap LRT Jabodebek Bisa Kurangi Kemacetan di Jakarta (news.detik.com, 3/8-2023)
- Jokowi Harap LRT Jabodebek Mampu Kurangi Kemacetan Jakarta (liputan6.com, 3/8-2023)
- Presiden Minta LRT Segera Beroperasi untuk Kurangi Macet dan Polusi (metrotvnews.com, 10/8-2023)
Sejatinya sebuah kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar dan Medan menyediakan transportasi massal yang bebas dari kemacetan yang yaitu MRT dan LRT yang bersinggungan dengan pusat-pusat kegiatan pemerintahan, publik dan bisnis.
Biarlah jalan didera kemacetan, tapi bagi warga yang tidak mau mengalami stress menghadapi kemacetan (‘bermacetria’) ada opsi transportasi massal yang bebas dari kemacetan yaitu MRT dan LRT (dari berbagai sumber)/Kompasiana, 15/8-2023. *