Stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) bahkan kepada mayat dengan virus corona (Covid-19) merupakan reaksi negatif masyarakat.
“Wali Kota Depok Sebut dari 1.443 Orang yang Ikuti ‘Rapid Test’ di Depok, Jawa Barat, 40 Positif Terinfeksi Virus Korona”. Ini running text di salah satu Stasiun TV Swasta Nasional. Pemakain kata ‘positif’ merupakan diksi yang sudah denotatif sehingga bagi banyak orang yang tidak memahami mekanisme tes Covid-19 mereka menganggap 40 warga Depok itu sudah positif tertular virus corona (Covid-19).
Padahal, hasil rapid test tidak akurat karena yang dicari reagen itu dalam darah bukan virus corona, tapi antibodi corona. Ketika tubuh dimasuki kuman, bakteri atau virus sistem imunitas tubuh akan membentuk antibodi melawan kuman, bakteri atau virus tsb. Nah, pada virus corona antibodi baru ada dalam darah antara 6-7 hari setelah tertular.
- Penyebutan Positif Hasil Rapid Test yang Tidak Valid
Maka, alangkah sialnya orang-orang yang sudah dinyatakan positif corona atau Covid-19 melalui rapid test, tapi setelah tes kedua atau konfirmasi, misalnya, dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), ternyata hasilnya negatif. Tapi, tekanan psikologis bagi orang-orang yang dinyatakan positif pada rapid test sangat besar. Penolakan masyarakat juga jadi beban.
Akan jauh lebih arif kalau hasil tes, baik rapid test maupun tes konfirmasi dengan PCR, disebut dengan non-reaktif dan reaktif. Ini akan mengurangi beban psikologis bagi warga yang hasil tes pada rapid test menunjukkan hasil positif. Padahal, hasil ini belum valid.
Judul berita ini pun sangat menyakitkan bagi orang-orang yang hasil tes rapid test-nya disebut positif: Hasil Rapid Test di Jabar, 409 Orang Positif Corona. Ini juga: 18.077 Orang di Jakarta Rapid Test, 299 Positif Corona. Ada lagi: 300 Orang Terindikasi Positif Corona Hasil Rapid Test, Muncul Klaster Sukabumi.
Bahkan hasil rapid test dijelaskan oleh pejabat, seperti ini: Rapid Test di Jabar, Ridwan Kamil: 300 Orang Terindikasi Corona.
Judul-judul berita ini pun sangat menohok warga yang ikut rapid test corona: 18.077 Orang di DKI Ikuti Rapid Test, 299 Positif Covid-19. Hasil Rapid Test 145 Warga di Bogor: 3 Positif Corona, 142 Negatif.
- Judul Berita PHP (Pemberi Harapan Palsu)
Bagi orang tua yang anaknya sedang mengikuti pendidikan polisi di Sukabumi, Jawa Barat, berita ini benar-benar mengejutkan: Hasil Rapid Test, 300 Siswa Polisi di Sukabumi Positif Virus Corona. Angka ini tidak sedikit dan ini membuat orang tua was-was, apalagi mereka di luar pulau dan dengan kondisi isolasi wilayah saat ini mereka tidak bisa bertemu dengan anaknya.
Judul berita ini pun sangat tidak etis karena dengan sampel rapid test yang dilakukan apakah hal itu sudah mewakili warga Jakarta? Ini judul beritanya: Hasil Rapid Test di Jakarta: 1,1% Warga Dinyatakan Positif Corona. Lebih baik menyebut jumlah warga yang ikut rapid test dan hasilnya daripada memberikan gambaran yang hanya bisa dibaca oleh kalangan ahli.
Judul berita ini memberikan PHP (pemberi harapan palsu) karena warga yang hasil rapid test negatif tidak jaminan karena bisa jadi ketika tes antibodi virus corona belum terbentuk. Lihat saja judul berita ini: Hasil Rapid Test, Seluruh Atlet dan Pelatih PBSI Negatif Corona dan yang ini: Hasil Rapid Test di Cimahi: 153 Warga Negatif Virus Corona.
Ini juga menimbulkan tekanan yang besar bagi warga yang ikut tes dan hasilnya disebut positif: Hasil Rapid Test Massal Corona di Kota Bekasi: 15 Orang Positif Corona. Padahal, 15 orang ini masih harus mengikuti tes kedua. Hasilnya bisa positif tapi juga bisa negatif.
Yang membuat judul berita ini benar-benar tidak memperhatikan dampak berita yang mereka buat: Orang Dalam Risiko di Sumedang 15.292, Hasil Rapid Test Warga Paseh, Darmaraja, dan Buahdua Positif Corona. Jumlahnya tidak sedikit dan ini bisa menggegerkan. Padahal, semua hanya hasil rapid test.
- Tes PCR Bagi Warga Positif Rapid Test
Hasil Rapid Test Dua ODP di Jembrana Diduga Positif Covid-19. Judul berita ini juga membuat ODP di Jembrana dibawah tekanan karena sudah disebut diduga positif Covid-19. Judul berita ini juga membingungkan karena hasil rapid test sudah jelas yaitu positif atau negatif: Hasil Rapid Test Unair, 9 Warga Lamongan Positif Corona?
Karena rapid test hanya sebagai skrining untuk menjaring warga yang berisiko tertular Covid-19, misalnya orang-orang yang sering berada di kerumunan, pernah kontak dengan orang yang positif Covid-19 bahkan tanpa gejala, baru pulang dari daerah atau negara dengan wabah corona, dll. Mereka ikut rapid test yang selanjutnya bagi yang positif menjalani tes kedua sebagai tes konfirmasi.
Sedangkan yang negatif melakukan isolasi selama 14 hari untuk memastikan apakah ada gejala atau tidak. Mereka harus menjalan prinsip-prinsip medis pencegahan Covid-19 yaitu menjaga jarak, memakai masker, tidak memakai alat minum dan makan bersama anggota keluarga dan menjaga kesehatan.
Maka, judul berita ini merupakan bagian dari upaya menurunkan tekanan psikologis warga yang ikut tes massal dan hasilnya positif: Khofifah Imbau Tes PCR bagi Warga Positif Corona COVID-19 Hasil Rapid Test. Hanya saja penyebutan ‘bagi Warga Positif Corona’ seakan sudah bagaikan ‘vonis’ bahwa mereka memang benar sudah tertular virus corona.
Maka, untuk menjaga kondisi psikologis warga yang menjalani tes corona atau Covid-19 lebih baik menyebut hasil rapid test sebagai reaktif (positif) dan nonreaktif (negatif). Ini akan menghindarkan tekanan psikologis dan menurunkan kebencian masyarakat (tagar.id, 2 April 2020). *
Komentar:
Ito – Ya sewaktu beli Rapid Test apa gk berkomunikasi atau konfirmasi ke Dokter2 Ahli..atau para Ahli nya..kok sembarangan main beli dan borong Rapid test yg ternyata hsilnya tdk akurat bahkan bs Fatal,ini ada unsur politik atau unsur bisnis…??
Kaka Kaka – Gagal faham…
Ito – Kaka Kaka kenapa gagal paham, kamu yg gk paham Rapid test itu hasilnya gk Akurat justru bs Fatal. Yg akurat itu PCR/swab. Negara trtanga malaysia aja gk pakai Rapid test dan Negara spanyol n eropa tdk mau trima dan di balikan ke negara Asal …. kamu yg gk paham Jelas ini ada udang di balik tepung.
Zachary Biyan Sanders – Ito rapid tes itu tidak mendeteksi posiif virus coronanya kakak, tapi hanya mendeteksi reaksi antibodi pada tubuh seseorang.. Untuk mendeteksi virusnya ada ato tidak dilakukan dengan tes swab/pcr..
2 komentar