Biarkan Orang Lain Membenci Kita

Humaniora28 Dilihat

Tidak bisa kita memaksakan orang lain menyukai pribadi kita. Bahkan boleh dikata, setiap orang punya peluang untuk tidak disukai oleh orang lain. Oleh karenanya, tak perlu kecil hati jika ada yang tidak suka dengan kita. Itu hal yang wajar. Normal.

Berpikir positif menjadi solusi terbaik jika ada orang yang membenci kita. Anggap saja, bencinya orang merupakan jalan untuk perbaikan diri. Malahan bisa jadi orang-orang yang membenci kita, adalah promotor terbaik bagi kita untuk dikenal orang lain.

Sepanjang kita merasa senantiasa berbuat baik, maka tak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Sepanjang kita melakukan kegiatan yang tidak merugikan orang, maka tidak perlu kita pusing memikirkan persepsi dan anggapan orang. Tenang saja, santai dan nikmati hidupmu yang berharga.

Jika ada yang tidak suka, cukup benahi diri sendiri. Tak perlu membuat permasalahan menjadi ribet dengan saling caci dan memaki. Jika memang dirasa perlu, minta maaf dulu akan lebih baik. Justru bisa menjadi solusi pendingin suasana.

Kalaupun merasa benar pun tidak perlu juga harus segan dan menahan kata maaf. Sampaikan saja dengan bahasa halus. Suruh mengikhlaskan jika memang ada kata atau perbuatan selama ini ada salah. Barangkali itu membuka pintu batin orang yang tidak suka pada kita. Bahwa sebenarnya, kita tidak suka dengan adanya permusuhan. Saling menghormati dan mengasihi lebih baik.

Bagaimana jika tidak dimaafkan? Ya, easy going saja. Biarkan saja. Kita sudah selesai dengan urusan sesama manusia. Selebihnya, itu urusan Tuhan dengan dirinya. Biarkan Tuhan yang membuka pintu hatinya dengan cara-Nya.

Jika langkah itu sudah dilakukan, tentu untuk melunakkan hati, jangan pernah untuk memutuskan silaturrahim. Jangan menghindarinya. Bertatap muka seperti biasa, bergaul sebagaimana mestinya. Jika ada bantuan yang bisa kita tawarkan, tawarkan. Beri bantuan dengan keikhlasan.

Batu yang keras, tetap akan bisa berlubang jika ditetesi dengan air. Perlahan tapi pasti tentu akan melunak (berlubang). Namun, tentu harus dalam batas waktu yang tertentu. Jangan sampai kebaikan kita menjadi salah arti dimata orang tersebut. Sewajarnya saja, senormal mungkin, sebaik mungkin.

Maafkanlah, perlahan maafkanlah. Butuh jiwa besar untuk melakukan itu. Namun, memaafkan itu melegakan. Memaafkan itu memuliakan. Menghilangkan ganjalan besar dalam hati memang tidaklah mudah. Tapi itu bisa. Pasti bisa.

Sabar dan syukur menjadi kunci berikutnya. Bersabar karena kebencian orang menjadi bagian dari ujian bagi kita. Bersyukur karena masih ada orang yang memperdulikan kita, walaupun dengan cara yang berbeda.

Sikap-sikap di atas adalah sikap positif yang bisa kita tunjukkan pada orang lain. Terlepas orang membenci atau tidak, sikap positif yang bisa ditunjukkan seperti di atas akan menjadi penilaian orang dalam kehidupan sehari-hari.

Kebencian orang lain terhadap kita, memang tidak serta merta bisa dibiarkan saja dengan kesabaran. Jika orang lain yang membenci kita sampai melakukan kedzaliman, dan membahayakan diri kita, maka toleransi juga harus dipersempit. Lakukan itu untuk membela diri dan melindungi diri. Tentu juga harus dilakukan dengan cara yang baik. Jangan sampai melanggar aturan hukum yang berlaku.

Semoga saja, kita senantiasa diberikan kesabaran dalam menghadapi orang-orang yang membenci kita. Semoga pula, orang tersebut dibukakan pintu hatinya untuk menjadi lebih baik.

 

Tinggalkan Balasan