Setelah sejenak mampir ke Gedung Parlemen Selandia Baru dan menikmati piknik di halamannya yang luas dan mengagumi kecantikan Gedung Beehive yang mirip sarang tawon, saya meninggalkan kompleks parlemen dengan menyeberang Hill Street.
Tepat di seberang Parlemen ini terdapat dua buah gereja yang mewakili dua denominasi kepercayaan, yaitu sebuah katedral Katolik yang Bernama Metropolitan Cathedral of the Sacred Heart dan tidak berapa jauh, masih di pojok jalan yang sama terapat Gereja Anglikan yang memiliki nama resmi Wellington Cathedral of St. Paul. Saya hanya berjalan kaki dan melihat ke dua katedral itu dari depan saja.
Perjalanan di Wellington terus berlanjut menyeberangi perempatan dengan Molesworth Street dan sampai di Aitken Street dan terus berjalan hingga melewati Gedung Royal NZ Airforce dan kemudian belok kiri di Mulgrave Strreet. Gedung pertama yang saya lihat di sini dalah Gedung Arsip dengan nama resmi Archives New Zealand atau Te Rua Mahara O Te Kawanatanga. Gedung ini tampak megah dan modern dengan banyak dinding terbuat dari kaca.
Tepat di sebelah gedung arsip ini ada sebuah bangunan berlantai dua dan dicat putih, Di depannya ada papan nama bertuliskan Anglican House dan juga sebuah lambang bergambar topi yang biasa dipakai pemuka agama dengan logo salib bertuliskan Old Bishop Court di atasnya. Ada juga nama gedung ini dalam Bahasa Maori Ko te Karaiti te pou Herenga waka. Nama bangunan dalam bahasa Maori selalu lebih panjang dibandingkan dengan dalam Bahasa Inggris.
Ternyata rumah yang memiliki arsitektur era Victoria dengan gaya Italia ini merupakan tempat kediaman empat uskup Anglikan pertama di New Zealand dan dibangun pada tahun 1879. Sebuah rumah yang cantik dan ternyata memiliki hubungan erat dengan bangunan antik dan cantik yang ada di sebelahnya.
Bangunan di sebelah rumah ini adalah sebuah gereja tua yang memiliki nama resmi Old St Paul Cathedral. Tentu saja karena sekarang sudah ada katedral yang baru di Hill Street di seberang Gedung Parlemen.
Sejenak saya mengagumi bangunan gereja yang terbuat dari kayu ini. Sekilas rancangannya memiliki arsitektur gaya Gotik Revival yang memang popular pada abad ke XIX. Warna putih mendominasi gereja kayu yang memilik sebuah menara yang tidak teralu tinggi dengan atapnya yang lancip.
Tepat di depan pintu utama yang terbuka, ada sebuah spanduk warna merah bertuliskan NZ Historic Places Trust atau Pouhere Taonga, Tulisan OPEN dalam ukuran besar membuat saya penasaran untuk masuk ke dalam katedral ini.
Di beranda terlihat suasana agak sepi. Namun ada brosur dalam berbagai bahasa yang menjelaskan sekilas penjelasan mengenai sejarah dan rancang bangun gereja ini. Cukup untuk menjadi teman self guide tour.
Gereja yang terbuat dari kayu ini dibangun pada 1865-1866 di kawasan tempat tinggal etnis Maori yang Bernama Pipitea Pa yang terletak di tepian pantai kota Wellington. Tidak saja gereja mungil ini cantik jika dipandang dari luar, ketika saya melangkah masuk ke dalamnya, sejenak saya un terkesima dengan keindahan interiornya. Deretan kursi, karpet warna merah , altar serta atap yang lengkungan cantik serta dinding yang dilengkapi kaca pateri membuat suasana tampak sakral dan hening. Kebetulan hanya ada beberapa pengunjung saja yang ada di dalam katedral.
Gereja ini merupakan gereja Anglikan dan menjadi tempat uskup sejak dibangun hingga tahu 1960 an ketika gereja St Paul yang baru dan berlokasi di Hill Street dibangun. Dengan adanya gereja baru, ada usulan agar gereja tua ini dirobohkan saja. Namun akhirnya keberadaan gereja tua ini terus dilestarikan dan bahkan menjadi salah sati bangunan warisan atau heritage di Selandia Baru.
Walau sudah bukan merupakan gereja resmi, tempat ini tentunya masih dianggap sacral dan sering digunakan untuk sakramen pernikahan dan juga konser. Gereja ini juga sangat bersejarah karena Ratu Elizabeth II bersama suaminya Pangeran Philip pernah berkunjung ke katedral ini pada Januari 1954. Sambil meletakkan batu pertama pembangunan Katedral St Paul yang baru.
Kini, gereja tua nan cantik yang terbuat dari kayu dan bergaya Gotik revival ini terus berdiri tegak dengan gagah nya di Mulgrave Street, tepat di jantung kota Wellington dan siap mengucapkan selamat datang dan berkunjung kepada siapa saja yang mampir ke Wellington.