Amerika Serikat, sering disebut sebagai dedengkotnya kapitalisme dimana hampir tidak ada yang gratis. Semuanya diperhitungkan dengan uang dimana kemewahan dan kekayaan pun berjajar dengan kemiskinan. Namun siapa sangka, ada juga loh yang gratis di sini. Salah satunya adalah Lincoln Park Zoo di kota berangin atau the windy city, Chicago.
Di stasiun metro Grand di red line atau jalur merah saya membeli one day pass seharga USD 5.75 yang berlaku selama 24 jam untuk naik semua angkutan umum yang dikelola CTA atau Chicago Transport Authority .Di kota terbesar di negara bagian Illinois ini terdapat angkutan massal kereta api yang beroperasi selama 24 jam. Masyarakat setempat menyebutnya “ L” karena sebagian besar jalurnya merupakan elevated track atau jalur layang. Namun sebagian stasiun kecuali yang termasuk “the loop” akan berada di bawah tanah ketika memasuki pusat kota Chicago. Bahkan kereta api CTA jalur biru juga beroperasi sampai ke Bandara Internasional O’Hare.
Kartu one day pass saya juga berlaku untuk CTA bus yang merambah ke seluruh pelosok kota Chicago, sehingga saya pun dapat menuju “Linclon Park Zoo” dengan naik metro jalur merah dari stasiun Grand dan turun di Stasiun Clark/Division untuk kemudian ganti dengan bus no 22 tujuan Howard dan turun di persimpangan jalan Clark dan Armitage. Di Chicago, banyak nama stasiun dan halte bus yang ditandai dengan nama dua jalan untuk menunjukkan bahwa lokasinya terletak di persimpangan kedua jalan tersebut.
Kebetulan di bus no 22 itu saya berjumpa dengan seorang gadis manis yang memakai seragam Lincoln Park Zoo. Pasti dia mau bekerja, pikir saya dalam hati dan kemudian saya pun turun di halte Clark/Armitage mengikuti gadis tadi. Asyik deh , tidak usah pakai tanya-tanya bisa langsung sampai di tujuan.
Setelah berjalan sekitar lima menit saya pun sampai di sebuah taman yang cukup luas dan hijau. Taman ini bernama “Formal Garden” sesuai dengan sebuah papan nama dan sekilas sejarah taman yang didirikan pada tahun 1870 an ini. Uniknya di taman ini terdapat beberapa buah patung para seniman. Patung yang paling tua berada di taman ini adalah sang pangeran penyair dari Jerman yaitu “Friedrich von Schiller”. Patung ini didirikan oleh penduduk Chicago keturunan Jerman. Patung kedua didirikan pada 1887 adalah patung Storks at Play yang disebut juga Bates Fountain karena disertai sebuah air mancur yang cantik. Sedangkan patung ketiga belum terlalu lama didirikan yaitu pada 1987 milik sang dirigen terkenal Sir Georg Solti.
Sebuah pintu gerbang yang diapit sepasang tugu bertuliskan Lincoln Park Zoo menyambut saya. Di atasnya terdapat sebuah patung harimau , sementara di tugu lainnya bertakhta sepasang beruang. Yang asyiknya ketika memasuki pintu gerbang ini sebuah papan bergambarkan sepasang angsa mengucapkan “Welcome to Lincoln Park Zoo”, dan sebuah denah lokasi berjudul “Chicago’s Free Zoo” juga menyambut dengan ramah.
Hari masih pagi ketika saya sampai di kebun binatang gratis ini, namun sudah cukup banyak pengunjung yang datang, terutama keluarga yang membawa anak-anak. Mereka berlarian dengan riang melihat-lihat koleksi hewan yang cukup bervariasi. Baik singa laut, singa, harimau, kera, flamingo, dan juga beberapa jenis kuda zebra. Asyiknya, tidak hanya masuknya, di tempat ini kita juga bisa menikmati air minum dengan gratis .
Saya terus berjalan sampai ke pintu gerbang di arah jalan raya di dekat Lake Michigan. Di sini pintu gerbangnya dihias dengan patung berjenis-jenis hewan termasuk kambing hutan, singa, kera dan juga burung-burung. Sebuah papan nama dengan gambar angsa juga menceritakan bahwa kebun binatang ini dikelola oleh yayasan swasta dan bisa dinikmati dengan gratis berkat sumbangan para anggotanya termasuk juga donator, pengunjung, dan hasil keuntungan dari restoran, dan toko Souvenir di kawasan Lincoln Park Zoo ini.
Setelah puas melihat-lihat isi kebun binatang ini, saya pun kembali berjalan santai menuju halte bus sambil merenung. Kalau di Amerika saja ada kebun binatang gratis, kenapa para calon gubernur di Jakarta tidak ada yang berani kampanye untuk menggratiskan kebun binatang Ranginan?
Chicago, 2012