Dilarang Belanja di Mal Terluas di Dunia Ini!

Terbaru57 Dilihat

Kalau berkunjung ke New York City, wajib hukumnya mampir ke Manhattan dan mengagumi deretan gedung pencakar langit yang bahkan telah berusia hampir seratus tahun. Sementara jika mampir ke Washington DC, ibu kota negara Paman Sam ini, The Mall, adalah tempat yang tidak dapat dilewatkan begitu saja.

Pengembaraan kali ini dimulai di stasiun Metro L’Enfant Plaza yang merupakan salah satu stasiun metro yang cukup sibuk karena beberapa jalur saling bertemu dan juga ada jalur bus yang menuju ke Bandara National Ronald Reagan. Dengan menyusuri Maryland Avenue dan 6th Street dan akhirnya setelah menyeberang Independence Avenue, Saya pun tiba di Smithsonian National Air and Space Museum. Salah satu museum yang terdapat di kawasan National Mall ini.

Melewati Museum ini, Saya kembali harus menyeberangi Jefferson Drive dan kemudian sampai di lapangan yang luas dan memanjang dari timur ke barat. Di sebelah timur, di kejauhan , nampak salah satu ikon Washington, dan bahkan juga Amerika Serikat, yaitu gedung parlemen yang terkenal dengan nama Capitol. Kubahnya yang khas dan menjulang terlihat megah bahkan dari kejauhan sekali pun.

Di lapangan rumput yang maha luas ini, puluhan ribu orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang berjalan santai, berjemur di bawah terik matahari bulan Juni yang hangat atau juga bahkan berolahraga ataupun bermain segway. Dan persis di sebelah utara juga terdapat bangunan lain yang tidak kurang megahnya yaitu National Gallery of Art.

The Mall yang memiliki nama resmi National Mall ini memang bukan bangunan pusat perbelanjaan seperti di Jakarta, tetapi merupakan nama sebuah kawasan yang mirip dengan Lapangan Monas di pusat ibukota Indonesia. Yang membedakannya adalah lay outnya yang tidak bujur-sangkar seperti Monas, melainkan memanjang beberapa kilometer dari Capitol terus ke barat melewati Washington Monument , sampai ke Lincoln Memorial.

Sambil berjalan santai dan sesekali beristirahat di kursi taman yang nyaman, saya terus melangkah ke arah barat menyusuri The Mall ini. Ada banyak tempat yang menarik yang sempat saya lihat termasuk sebuah museum terbuka yang berisi puluhan patung dan karya seni dan dinamakan “The Hirshom Museum’s Sculpture Garden”.

Perjalanan ke barat terus berlanjut dan melewati “Smithsonian Institution” yang bentuknya bak puri dan jaman pertengahan sehingga disebut juga sebagai Smithsonian Castle. Di lapangan rumput di depannya juga terdapat komedi putar dimana anak-anak dengan riang sedang bermain, sementara nun jauh di sebelah utara terdapat Smithsonian National Museum.

Walaupun sudah berjalan lebih dari satu atau dua kilometer, namun, karena hangatnya sang surya yang disertai dengan embusan angin yang masih cukup sejuk, kaki tidak terasa terlalu capai karena kita tetap dapat sesekali beristirahat di kursi taman sambil menyaksikan orang dan wisatawan dari seluruh dunia yang lalu lalang. Akhirnya saya pun tiba di dekat Stasiun Metro Smithsonian dimana terdapat peta besar “The Mall” dan Tugu Monasnya Washington, yaitu Washington Monumen yang terlihat menjulang dengan megahnya.

Kalau dilihat di peta, perjalanan saya menyusuri The Mall barulah setengahnya saja dan masih ada hampir dua kilometer lagi untuk mencapai ujung barat di Lincoln Memorial. Setelah melewati Washington Memorial, di sebelah utara terlihat di kejauhan kemegahan Gedung Putih, atau juga “The White House” yang menjadi tempat tinggal resmi Om Obama. Di sini, yang terlihat adalah lapangan rumput yang luas dan bangunan-bangunan yang menjadi ikon kota Washington.

Wisata mall terus dilanjutkan dengan melewati “World War II Memorial” yang di sebelah selatan di dedikasikan untuk kawasan Pasifik sementara di sebelah utara untuk kawasan Atlantik. Di tengahnya terdapat air mancur berbentuk lingkaran yang sangat indah. Dari tempat ini kalau kita memandang ke timur akan terlihat Washington Monument dengan latar belakang The Capitol. Sedangkan kalau kita melihat ke barat akan terlihat di kejauhan Lincoln Memorial yang megah dengan kolam panjang di depannya yang disebut “Lincoln Memorial Reflecting Pool”.

Saya berjalan santai di jalan panjang yang diteduhi pepohonan dan juga dilengkapi kursi taman yang nyaman. Sesekali, saya sempatkan duduk beristirahat, maklum saja panjang jalan ini menuju ke Lincoln Memorial masih sekitar 1 kilometer lagi. Dari tempat ini saya dapat melihat Reflecting Pool di kejauhan dimana banyak terdapat bebek berwarna coklat yang tampak berkelompok dan sedang sibuk berenang kian kemari.

Di sudut selatan , ketika hampir tiba di Lincoln Memorial, saya sempat mampir ke sebuah taman yang dihiasi serdadu Amerika yang kebanyakan berjubah. Taman ini disebut sebagai Korean War Veteran Memorial untuk memperingati para serdadu Amerika dan PBB yang ikut serta pada Perang Korea di awal tahun 1950an.

Akhirnya saya pun tiba di Lincoln Memorial yang senja itu ramai dipadati pengunjung yang sebagian besar sedang duduk beristirahat di deretan anak tangga yang terbuat dari marmer. Pemandangan dari depan sini memang amat menawan, Hamparan Reflecting pool, WW II Memorial dengan air mancurnya yang indah, dan berlatar belakang Washington Monument serta The Capitol di kejauhan.

Di depan patung Raksasa Abe Lincoln yang sedang duduk saya termenung, sementara seorang ranger, atau pemandu wisata sedang asyik bercerita .Ini adalah Washington, dimana kita dapat menyaksikan panjangnya sejarah Amerika Serikat sebagai sebuah negara yang menjadi ikon demokrasi dunia. Sudah banyak yang saya saksikan, sementara masih banyak juga yang belum sempat dikunjungi, sementara kaki mulai terasa lelah sambil membayangkan harus kembali lagi berjalan beberapa kilometer untuk menyusuri kawasan lain di sekitar mall terluas di dunia ini. Sayangnya di mall ini, kita sama sekali tidak dapat berbelanja!

Washington , Juni 2014

 

Tinggalkan Balasan